Pengarahan Presiden RI kepada Keluarga Besar Yonif 744/Satya Yudha Bhakti, Atambua, 10 Februari 2011

 
bagikan berita ke :

Kamis, 10 Februari 2011
Di baca 1450 kali

PENGARAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPADA

KELUARGA BESAR

BATALYON INFANTERI 744/SATYA YUDHA BHAKTI

ATAMBUA, NUSA TENGGARA TIMUR

10 FEBRUARI 2011

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Om Swastiastu,

 

Shalom,

 

Yang saya hormati Menteri Pertahanan dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Panglima TNI, Pangdam Udayana dan para pimpinan jajaran Tentara Nasional Indonesia, Saudara Gubernur Nusa Tenggara Timur, Saudara Bupati Belu, para prajurit Batalyon Infanteri 744 dan para istri yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, marilah sekali lagi, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas perkenan rahmat dan rida-Nya, kita semua masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan tugas dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta.

 

Saya beserta istri dan sebagian yang hadir di ruangan ini, di samping bersyukur juga amat berbahagia karena kembali berada di tengah-tengah satuan yang amat kami cintai. Batalyon ini memiliki sejarah yang unik, yang khas, dan yang panjang. Kita pernah bertugas di Timor Timur yang sekarang menjadi negara yang berdaulat, Timor Leste, menjalankan tugas negara waktu itu demi Sang Saka Merah Putih. Banyak yang telah kita lakukan disertai pengorbanan jiwa dan raga kita semua.

 

Sejarah berubah setelah Timor Timur menjadi negara yang berdaulat dan kini sahabat dekat kita, maka Batalyon 744 yang sama-sama kita cintai, sebagaimana yang disampaikan oleh Komandan Batalyon dan lintasan sejarah tadi, berhijrah ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdomisili di Provinsi Nusa Tenggara Timur di mana sekarang kita ini berada.

 

Sejarah yang khas ini jangan hanya menjadi semacam memori yang indah atau nostalgia yang penuh kenangan, kenangan kehidupan prajurit, tetapi jadikanlah kebanggaan. Tidak ada satuan militer di negeri ini yang memiliki sejarah yang khas seperti Batalyon Infanteri 744/Satya Yudha Bhakti. Seluruh unit militer yang dulu bertugas di Timor Timur telah dilikuidasi atau sudah tidak ada lagi. Satu-satunya yang tetap tegak berdiri dan makin berjaya adalah Batalyon 744. Oleh karena itu, agungkan sejarah itu sambil memohon rida Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, agar perjalanan ke depan Batalyon 744 ini dalam menjalankan tugas negara selalu dalam lindungan dan selalu berhasil

 

Saudara-saudara,

 

Tugas TNI sebagaimana yang telah dicantumkan dalam konstitusi kita, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sudah sangat jelas. Tugas tentara singkatnya adalah menegakkan kedaulatan negara, menjaga Sang Saka Merah Putih dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Tidak boleh ada satu negara di dunia ini yang boleh mengganggu kedaulatan negara kita. Di sinilah hakekat tugas pertahanan negara yang dilaksanakan oleh Tentara Nasional Indonesia dan komponen pertahanan negara yang lain.

Tugas militer ini, kalau ingin kita sederhanakan menjadi dua, yaitu melaksanakan operasi militer untuk perang, operasi militer dalam rangka pertahanan negara, manakala menghadapi serangan atau kita berada dalam peperangan dengan negara lain. Yang kedua adalah operasi militer selain perang. Operasi militer selain perang, justru sekarang yang lebih sering dilaksanakan, misalnya operasi menangulangi bencana alam, operasi menghadapi terorisme, operasi pemeliharaan keamanan dunia atau peace keeping mission, dan sejumlah operasi militer yang tidak berkategori bertempur dalam peperangan.

 

Prajurit TNI, termasuk prajurit Batalyon Infanteri 744, harus senantiasa siap mengemban kedua jenis tugas, jenis operasi tadi. Bukan hanya sekedar mengemban tugas itu, tetapi tugas itu harus dapat dilaksanakan dengan berhasil. Agar berhasil di dalam melaksanakan tugas, baik operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain perang, maka prajurit harus senantiasa berlatih dan bersiap untuk bertempur, berlatih dan bersiap untuk melaksanakan tugas-tugas operasi.

 

Oleh karena itu, wajib hukumnya di jajaran TNI, di jajaran TNI Angkatan Darat, untuk menjalankan tugas-tugas pendidikan, tugas-tugas pelatihan, tugas-tugas pembinaan dan semua yang mesti dilaksanakan di masa damai, guna menunjang tugas negara, baik operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain perang.

 

Oleh karena itu, nasehat dan arahan saya selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dan sebagai sesepuh dari batalyon ini, kalian semua para prajurit, teruslah berlatih agar berlatih hari ini, bertempur hari esok, dan menang di hari lusa. Semboyan militer harus begitu. Lebih baik mandi keringat di medan latihan daripada mandi darah di medan pertempuran.Itu semua masih berlaku, berlatih, berlatih, dan berlatih.

 

Kepada para komandan, para pemimpin di satuan ini dan hakekatnya di jajaran TNI, pimpinlah prajurit dengan baik. Tugas komandan, tugas pemimpin, pada prinsipnya ada dua, memastikan bahwa prajurit yang dipimpinnya, satuan yang dipimpinnya, bisa menjalankan tugas pokok dengan berhasil, tugas apa pun, sebagaimana yang saya sampaikan tadi, baik operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain perang, military operation other than war.

 

Yang kedua tugas pemimpin dan komandan adalah memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan prajurit. Kesejahteraan prajurit dan keluarganya bukan hanya dari segi penghasilan yang layak, tetapi juga insentif yang lain, perlakuan yang baik, jiwa karsa yang tinggi, hubungan yang harmonis, bawahan menghormati atasannya, atasan menyayangi bawahannya. Dua itulah hakekat tugas pemimpin, tugas komandan dalam dunia militer.

 

Saudara-saudara,

 

Saya ingin menitipkan dua hal pada kesempatan yang baik ini. Pertama, setiap prajurit TNI tetaplah dekat dengan rakyat, rakyat dari mana kalian berasal dan rakyat kelak kalian akan kembali. Tanpa dukungan rakyat, Tentara Nasional Indonesia tidak akan bisa menjalankan tugas-tugasnya dengan berhasil. Terbukalah dengan rakyat, cintailah rakyat, bantulah rakyat. Oleh karena itu, gerakan Tentara Nasional Indonesia masuk desa misalnya ataupun pengembangan dari kegiatan seperti itu teruslah dijalankan.

 

Yang kedua, prajurit juga harus menghormati hukum dan etika keprajuritan. Dalam perang pun ada hukum dan etikanya. Tentara bukan gerombolan. Tentara adalah satuan-satuan militer yang disumpah oleh negara untuk menjalankan tugas negara dan tunduk pada hukum dan etika. Dalam pertempuran pun ada hukum dan etikanya. Saya ingin memberikan contoh apa yang dilakukan dulu di batalyon ini, ketika saya memimpin langsung dalam tugas-tugas pertempuran. Saya ingin siapa yang pernah saya pimpin dalam menjalankan tugas pertempuran antara tahun 86-88, 2 tahun lebih, berdiri dan angkat tangan. Terima kasih, silakan duduk.

 

Saya ingin bercerita sedikit. Kalian bersama saya, para tamtama, bintara, perwira waktu itu bersama-sama saya yang juga masuk ke dalam sejarah satuan tadi, ketika kita bertempur di sektor barat, di sekitar Aitana, tapi sebelumnya mulai dari Ainaro, Kablage, Maupise, dan di sekitar tempat-tempat itu, utamanya ketika kita bisa menangkap salah satu tokoh musuh waktu itu atas nama Yulius Sarmento.

 

Saudara masih ingat ketika kontak terjadi, saya dilapori musuh belum tewas, tetapi dalam keadaan luka parah. Perintah saya kepada tim combat dan pengawal, selamatkan, bawa ke atas. Para prajurti ragu-ragu waktu menerima perintah saya. Berusaha untuk menyarankan, "Komandan, ini musuh." Saya tahu itu musuh, tapi toh dia belum tewas. Bawa ke atas, tolong diselamatkan. Saya turun langsung ke bawah, medannya sangat terjal. Saya tahu sangat capek waktu itu kita, logistik kita tipis, udara sudah kurang bersahabat, tapi tetap kita bawa lawan yang dalam keadaan luka parah itu ke atas. Dokternya waktu itu dr. Putu. Mana Putu? Betul. Sekarang apa pangkatnya ini? Kolonel, waktu itu masih Letda? Letnan Satu. Silakan.

 

Saya perintahkan bikin hidup tawanan ini, tentu saya tahu yang membikin hidup itu Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, maksud saya pertahankan jangan sampai tewas. Saya mengirim messagelulik, awan kuning. Akhirnya helikopter kembali ke Dili. Malam itu kita melaksanakan boxformation untuk bersiaga kalau-kalau pasukan atau anak buah tokoh Yulius Sarmento membebaskan yang bersangkutan. ke Dili, dikirim helikopter. Masih ingat, helikopter tidak tembus karena cuaca buruk, orang Timor Timur mengatakan

 

Sampai subuh saya bersama dokter dan beberapa prajurit menunggui tawanan itu. Tuhan Maha Besar, singkat kata tawanan itu hidup kemudian dibawa ke Jakarta. Dan kemudian menjadi contoh ketika sekarang sudah almarhum Jenderal Edy Sudrajat dan sejumlah jenderal meninjau posko batalyon di puncak bukit, dilaporkan oleh, waktu itu, Mayor Jacky Anwar Makarim, "Jenderal, ini pertama kali 744 mendapatkan tawanan dan tawanan tetap hidup."

 

Itu sejarah. Saya hanya ingin menegakkan hukum dan etika pertempuran. Tawanan pun, kalau dia sudah menyerah, dan tidak berdaya kenapa harus kita bunuh. Seperti itulah yang membikin perang itu menjadi tidak makin liar, tidak ke sana, ke mari, karena semua prajurit tunduk kepada hukum perang dan etika dalam pertempuran. Sejak itu, kita melakukan sejumlah pelatihan bagaimana kita bertempur dalam hukum dan etika yang baik, tentu ceritanya masih panjang.

 

Tetapi era sekarang pun dalam mengemban tugas, hormatilah hukum dan etika perang. Kalau itu dihormati, tidak ada alasan tentara terlibat dalam pelanggaran HAM, apalagi pelanggaran HAM berat, karena militer pun sudah dituntun, ada hukum, aturan main dan etika untuk itu.

 

Saudara-saudara, utamanya para prajurit yang saya cintai,

 

Itulah yang ingin saya sampaikan. Ada kerinduan saya berkunjung ke batalyon ini. Saya bersama istri punya kenangan yang dalam, bahkan kedua anak saya, Agus dan Ibas juga tinggal di Dili selama 2 tahun lebih dan kita merasakan suka duka menjalankan tugas negara di daerah pertempuran waktu itu. Jadikanlah itu kenangan yang indah. Bagi yang mengalami tulislah buku tentang itu agar suatu saat dibaca oleh anak dan cucu.

 

Dan yang terakhir, prajurit harus siap mengorbankan jiwa dan raganya, tidak boleh menghitung untung dan rugi. Ketika negara memanggil, yang ada di dalam pikiran kita adalah Sang Saka Merah Putih. Tentu dengan persiapan yang baik, latihan yang baik, pendidikan yang baik, doa istri dan anak-anak, insya Allah tugas seberat apa pun, medan pertempuran dengan resiko dan bahaya apa pun, Tuhan akan melindungi.

 

Tadi saya lupa bahwa dalam rombongan saya juga ada Anggota Komisi I DPR RI. Saya minta untuk melihat langsung karena kebetulan sedang berkunjung bersama saya, kehidupan prajurit dengan demikian manakala politisi memahami kehidupan prajurit, maka dalam segi penganggaran, peralatan militer dan lain-lain, insya Allah akan mendapatkan dukungan yang baik.

 

Para prajurit itulah yang ingin saya sampaikan. Selamat berjuang. Dan yang sudah berpakaian preman, ada banyak sekarang adalah juga kakak-kakak kalian, yang dulu bertempur bersama saya. Coba berdiri yang sudah Purnawirawan. Adolf Votilman, itulah yang mengangkat tawanan, tokoh lawan waktu itu di Bukit Turiskai, betul namanya. Dan, atas prestasi itu mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa dan itu saya kenal semua adalah prajurit-prajurit pemberani dulu untuk negara kita, untuk Merah Putih yang sama-sama kita cintai.

 

Terima kasih. Terima kasih. Sampaikan salam saya kepada keluarga dan anak-anak. Silakan duduk.

 

Demikianlah para prajurit yang saya cintai, semoga Tuhan Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa selalu membimbing perjalanan negara kita dan embanan tugas Tentara Nasional Indonesia yang saya sama-sama kita banggakan. Sekian.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Om Shanti Shanti Shanti Om.

 

Terima kasih.