Pengarahan Presiden RI kepada Perwira Tinggi dan Menengah Polri, Jakarta, 17 Januari 2012

 
bagikan berita ke :

Selasa, 17 Januari 2012
Di baca 775 kali

PENGARAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPADA

PARA PERWIRA TINGGI POLRI DAN KOMISARIS BESAR POLISI

DI RUANG RAPAT UTAMA MABES POLRI, JAKARTA

TANGGAL 17 JANUARI 2012

 

 



Bismillahirrahmanirrahiim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri, Jaksa Agung, Panglima TNI dan para Kepala Staf Angkatan, Pimpinan dan Anggota Komisi Kepolisian Nasional,

 

Yang saya hormati Kapolri beserta para Pimpinan dan Pejabat teras Polri, termasuk para Kapolda,

 

Hadirin sekalian yang saya cintai,

 

Alhamdulillah, hari ini kita dapat menyerasikan pemikiran dan upaya kita untuk terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan utamanya untuk terus menjaga stabilitas dan keamanan dalam negeri kita, termasuk keamanan dan ketertiban masyarakat kita. Tadi kita telah mengikuti dengan seksama apa yang disampaikan oleh Kapolri, mendengarkan paparan Kapolri, saya yakin Saudara semua akan memahami jenis dan ragam tantangan yang dihadapi oleh Polri, yang sesungguhnya juga dihadapi oleh bangsa dan negara kita. Kemudian, kita juga mengetahui kondisi objektif dari kepolisian kita, kemampuan dan batas kemampuannya, baik karena keterbatasan personil maupun peralatan dan perlengkapan yang diperlukan. Kita juga mengetahui kebijakan serta upaya untuk melakukan modernisasi dan peningkatan kemampuan jajaran Polri, termasuk tentunya resources ataupun sumber daya, utamanya sumber daya keuangan yang diperlukan untuk modernisasi, peningkatan postur, dan kemampuan itu. Saya mengucapkan terima kasih kepada Kapolri dengan jajaran yang telah memberikan presentasi itu kepada saya dan juga didengar oleh pejabat negara yang lain.

 

Saudara-Saudara,

 

Ini kesempatan yang baik bagi saya di hadapan para pimpinan dan pejabat utama Polri, untuk saya bisa menyampaikan dua hal. Hal yang pertama, ini kewajiban saya selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, yaitu terima kasih dan penghargaan saya atas capaian dan prestasi Polri terutama tahun-tahun terakhir ini. Sekaligus hal yang kedua adalah koreksi dan instruksi saya kepada jajaran Polri untuk melakukan perbaikan atas hal-hal yang kurang atau hal-hal yang belum baik. Sengaja saya pasangkan, sebab bagi kita semua selalu ada capaian atau prestasi atau kinerja baik dan juga ada yang belum bisa kita capai, belum bisa kita wujudkan dengan baik. Biasanya media massa dan sebagian kalangan masyarakat lebih sering dan lebih suka melihat kekurangan dan kesalahan Polri, memang demikian kelaziman dan kenyataannya. Saya berharap tidak perlu Saudara-Saudara terlalu gundah, tidak perlu. Saya pun mengalami. Itu harapan saya. Jika Saudara-Saudara semua, para Jenderal dan para pejabat utama kepolisian sekarang ini, kelak sudah tidak berdinas aktif, sudah tidak menjadi anggota Polri aktif, barangkali 3, 5, 9, 11 tahun mendatang kalau melihat Polri juga jangan yang serba kurang, tapi lihat juga yang baik-baiknya. Jangan sampai lupa nanti.

 

Sementara Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, selalu mencatat, tidak pernah lewat di dalam mencatat apa yang kita lakukan termasuk apa yang baik, dan apa yang belum baik, dari jajaran kepolisian kita. Dengan pengantar demikian, Saudara-Saudara, terima kasih dan penghargaan saya ini ingin saya sampaikan atau yang ingin saya sampaikan adalah satu, capaian dan hasil nyata dalam pencegahan dan penindakan kejahatan terorisme. Saya tahu karena saya mengikuti, saya mendapatkan laporan-laporan. Kalau publik biasanya begitu ada kejadian baru itu yang dilihat dan juga diributkan, tidak terhitung apa yang Saudara bisa cegah, bisa netralisasikan, dengan demikian tidak sampai terjadi aksi-aksi terorisme. Yang kedua, capaian dan hasil nyata dalam pemberantasan kejahatan narkoba memang seolah-olah di bawah permukaan tetapi saya juga tahu kerja keras Saudara-Saudara untuk mengatasi kejahatan itu.

 

Yang ketiga, kerja keras dalam berbagai tugas pengamanan berskala besar. Mungkin juga tidak banyak yang memperhatikan seperti pengamanan mudik lebaran yang semakin ke depan, semakin banyak kompleksitas permasalahannya, pengamanan Natal dan Tahun Baru, termasuk pengamanan Sea Games yang belum lama ini dilaksanakan di Sumatera Selatan dan DKI Jakarta. Yang keempat, yang perlu saya berikan ucapan terima kasih dan penghargaan juga tugas-tugas pengamanan khusus bersama jajaran TNI karena ada unsur VVIP, baik dari Indonesia maupun dari negara-negara lain, dalam kegiatan internasional yang penting seperti ASEAN Summit di Jakarta dan di Bali, dan juga East Asia Summit yang dilaksanakan di Bali akhir tahun lalu. Yang kelima, saya juga mencatat pelayanan kepolisian yang semakin baik kepada masyarakat. Saya ada datanya, perubahan dari tahun ke tahun selama ini. Yang keenam, juga saya catat recruitment, pengadaan, penyediaan tenaga, menyangkut personil Polri yang saya nilai bersih dan transparan. Ini juga penting sehingga warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi perwira ataupun angggota Polri. Dan yang ketujuh, masih menyangkut terima kasih dan penghargaan yang ingin saya sampaikan, akuntabilitas penggunaan anggaran di jajaran Polri yang makin baik dan telah mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian oleh BPK. Saya berharap, Saudara-Saudara, semua itu dipertahankan dan ditingkatkan. Saya yakin hampir tidak ada yang rajin dan sudi berterima kasih atas kinerja dan hasil kerja keras Saudara-Saudara sebagaimana yang saya sampaikan tadi. Jadi sekali lagi, jangan sedih, manusia bisa lupa mencatat tapi Allah SWT senatiasa mencatatnya.

 

Nah, sekarang giliran saya untuk menyampaikan koreksi saya atas berbagai kekurangan dan hal-hal yang belum baik yang menyangkut pelaksanaan tugas Polri. Ini disamping merupakan evaluasi dan observasi saya. Saudara juga sering mendengar apa yang disampaikan oleh masyarakat luas dan media massa. Dalam konteks ini, tentu kita berterima kasih kepada masyarakat luas dan media massa yang terus menyampaikan kritik-kritiknya karena sebagian kritik itu saya nilai kena dan memang harus kita terima secara terbuka. Evaluasi dan koreksi saya adalah, kalau tadi ada tujuh, yang saya ucapkan terima kasih dan penghargaan, di sini ada empat yang perlu saya sampaikan. Pertama, dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, salah satu tugas pokok Saudara utamanya di dalam menangani aksi-aksi kekerasan, masih ada yang tidak siap. Saya tahu karena saya mengikuti. Saya bahkan pernah bicara langsung dengan Kapolres. Kan Kapoldanya sedang dalam perjalanan, Kapolri sedang terbang menuju ke lokasi. Saya langsung bicara seperti itu. Ada yang kurang responsif, ada yang kurang profesional di lapangan, dan ada yang tidak tuntas.

 

Yang kedua, masih yang tadi sehingga dikesankan, Saudara-Saudara, ada semacam pembiaran. Saya tahu bukan pembiaran, tetapi karena tadi, tidak siap, kurang responsif, kurang profesional, tidak tuntas, dengan mudah dituduh pembiaran. Bahkan yang dianggap melaksanakan pembiaran bukan hanya Polri, tapi negara.

 

Yang kedua, masih terjadi kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan oleh oknum-oknum Polri. Saudara bertanya, kenapa kok hanya Polri? Orang lain melakukan pelanggaran yang sama, sepertinya biasa-biasa saja. Kenapa kalau Polri, satu orang saja pelanggaran yang ini juga lazim ini langsung disorot? Ya karena Saudara adalah penegak hukum. Sementara itu penindakan dan penyelesaiannya sering dilihat oleh publik kurang transparan. Barangkali Saudara sudah melakukan penindakan, penyelesaian, tetapi tidak cukup terpublikasikan, dengan demikian masyarakat merasa tidak ada tindakan yang dilakukan oleh organisasi. Itu yang kedua.

 

Yang ketiga, masih terjadi kesalahan teknis di lapangan. Ini menunjukkan tingkat profesionalitas sebagian anggota Polri yang belum seperti yang kita harapkan sehingga menimbulkan ekses yang tidak perlu, termasuk penegakan hukum dengan cara yang tidak tepat, eksesif, dan melebihi kepatutannya. Beberapa kasus seperti ini, ada yang mencuat sampai tingkat dunia. Pertanyaan, lantas oleh dunia, oleh sejumlah pemimpin dunia tidak ditujukan kepada Kapolri, tapi langsung kepada saya. Bayangkan kejadian di sebuah tempat barangkali dilakukan oleh kalau letnan, apa, inspektur gitu, itu bisa menjadi isu yang mengemuka pada tingkat global.

 

Yang keempat, reformasi birokrasi di jajaran Polri meskipun saya telah melihat sejumlah hasil dan kemajuan yang nyata, namun publik, termasuk saya masih menganggap perlu ditingkatkan sehingga dalam waktu 3 sampai 5 tahun mendatang Polri kita berada dalam posisi yang didambakan oleh masyarakat luas yang juga Saudara dambakan sendiri, saya mengikuti yang disampaikan Pak Kapolri tadi, proses untuk menuju ke polisi bertaraf dunia.

 

Terhadap yang belum baik ini, Saudara-Saudara, yang masih-masih, yang masih kurang-kurang ini, silakan dilakukan pembenahan dan perbaikan yang sungguh-sungguh. Saudara-Saudara, khususnya para pimpinan dan pejabat utama Polri dengan mukadimah itu. Ada suara adzan ya? Kita break sebentar ya. Kita masih bisa jamak qosor nanti. Saya kira belum akan lewat zuhurnya.

 

Bagian kedua dari arahan saya kali ini adalah berkaitan dengan salah satu tugas pokok yang amat penting, yang mesti dilaksanakan jajaran Polri dalam situasi nasional sekarang ini, yaitu saya mulai dengan sebuah pertanyaan. Mengapa keamanan dalam negeri, serta kamtibmas itu penting? Saudara pasti tahu atas atau apa yang berkaitan dengan kehidupan bernegara dan pembangunan bangsa. Saya ingin hanya ingin mengingatkan saja. Yang kita tuju mengapa kita terus membangun, tiada lain adalah agar kesejahteraan rakyat, itu terus meningkat dari masa ke masa. Peningkatan kesejahteraan rakyat itu bisa kita capai, manakala ekonomi kita tumbuh kuat, adil, dan merata. Prasyarat agar pembangunan ekonomi itu sukses, kondisi dalam negeri, termasuk stabilitas politik, ketertiban hukum, dan kamtibmas itu harus baik dan kondusif untuk pembangunan ekonomi yang pembangunan ekonomi itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sementara itu, dari sisi, dari perspektif harapan dan aspirasi masyarakat, orang-seorang, mereka menginginkan situasi yang aman dan tenteram, di mana pun mereka berada, bisa di jakarta, bisa di Medan, Medan bisa di Semarang, bisa di Jayapura, di mana pun, juga situasi yang tertib, terbebas dari ketakutan atas aksi-aksi kekerasan sehingga mereka bisa menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan tenang.

 

Di kota-kota besar, masyarakat kita sudah terbiasa kalau ada unjuk rasa, tetapi mereka cemas dan mereka tidak berharap kalau unjuk rasa yang semula tertib dan damai itu menjadi kerusuhan, menjadi aksi-aksi yang anarkis dan destruktif. Saudara harus memahami perasaan masyarakat kita.

 

Mari kita melakukan flashback, berkilas balik atas situasi di negeri kita pada tahun 1998, 1999, 2000, 2001 bahkan, mari kita bawa memori kita ke tahun-tahun itu. Kita tahu apa yang terjadi. Konflik dan kekerasan membara di berbagai penjuru tanah air. Saya juga sering datang, bertemu dengan Saudara semua waktu itu dalam kapasitas yang berbeda juga dalam kapasitas saya yang berbeda. Pembangunan nyaris terhenti, ekonomi kita nyaris hancur. Masyarakat dirundung ketakutan, kecemasan dan ketidaktentraman. Saya kira masih segar dalam ingatan kita.

 

Kalau kita ingat itu, Saudara-Saudara, betapa mahal dan betapa amat berharganya kondisi yang baik dari kehidupan di negeri ini, kamtibmas di negeri kita. Sama dengan, kalau Saudara sedang sakit baru merasakan betapa mahal dan berharganya kalau sehat. Kalau sehat terus barangkali menganggap biasa-biasa saja, tapi kalau kita pernah sakit, apalagi sakitnya berat, kita merasakan betapa pentingnya sehat. Sama dengan yang dirasakan rakyat atas situasi keamanan dan ketertiban di negeri kita.

 

Kalau saya menyebut kemdagri beberapa kali, keamanan dalam negeri, itu adalah gangguan bersenjata di dalam negeri, internal security threat, yang dulu pernah kita hadapi di Aceh sebelum peace process dan sekarang pun masih kita hadapi dalam skala yang lebih kecil di Papua. Itu Kemdagri, internal security.

 

Sedangakan kamtibmas, Saudara tahu itu lebih berkaitan dengan public security dan juga public order, karena law and order itu salah satu domain dari Kepolisian untuk menegakkannya. Ingat, secara universal sering dimaknai keamanan itu, security itu sebagai external defense, pertahanan, itu lebih pada domain TNI. Ada internal security atau kamdagri, Polri juga TNI kalau berupa pemberontakan bersenjata berskala besar apalagi. Kemudian public security, public order, itu domain dari Kepolisian kita.

 

Saudara-Saudara,

 

Terus terang di era demokrasi dan reformasi ini pentingnya stabilitas dan kamtibmas ini sering dilupakan. Bahkan dulu saya pernah mendengar ada yang menganggap tidak penting lagi stabilitas dan keamanan begitu. Seolah-olah dalam era demokrasi dan reformasi, yang ada hanyalah kebebasan dan hak asasi manusia. Itu dengan tegas saya katakan salah besar. Negara manapun, Saudara-Saudara, termasuk negara yang menganut demokrasi super liberal, mereka tetap menganggap pentingnya stabilitas politik, supremasi hukum, serta keamanan dan ketertiban publik atau kamtibmas istilah kita, dan itu tetap menjadi agenda yang penting untuk dijaga dan dipeliharanya.

 

Pertanyaan, kemudian pertanyaan yang kedua, kemudian adalah apa peran dan tugas pokok Polri. Saya hanya mengingatkan kembali, termasuk apa peran dan tugas Polri dalam menjaga kamtibmas, bahkan Kemdagri. Saya kira sudah sangat jelas, pertama, tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945, konstitusi kita, Kapolri sudah menjelaskan tadi Pasal 30 Ayat 4, betul? Dan kemudian undang-undang Saudara sendiri, Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 13. Di situ dengan gamblang dinyatakan ada 3 tugas pokok Polri, tugas Saudara.

 

Pertama adalah memelihara kamtibmas, maintaining public security and public order. Yang kedua, menegakkan hukum, enforcing the law atau fighting the crimes. Yang ketiga, memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Saudara-Saudara juga protecting the people, serving the people.

 

Tiga tugas yang tidak mudah, yang tidak ringan, tapi sebetulnya mulia dan itu telah menjadi amanah konstitusi dan amanah undang-undang, dan itulah yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab jajaran Kepolisian di seluruh tanah air.

 

Saudara-Saudara,

 

Dengan mengingatkan dua hal itu, maka saya ingin mengajak Saudara melihat realitas, fenomena maupun kecenderungan atau trend yang berlangsung dewasa ini dan juga yang mengarah ke masa depan. Yang ingin saya angkat dalam konteks ini adalah bagaimana cara menjaga keamanan dalam negeri dan keamanan, serta ketertiban masyarakat di era sekarang ini. Tapi untuk memudahkan pemahaman kita, pemahaman Saudara, mari kita lihat, bagaimana dulu sebelum reformasi, kita menjaga dan menegakkan kamtibmas. Saya ingin ajak untuk mengenali itu, karena Saudara akan tahu nanti, itu sudah berubah semuanya dan justru tugas berat ini berada di tangan atau di jajaran Kepolisian. Mari kita lihat dulu.


Di era otoritarian, belum seperti era sekarang, era demokrasi dan keterbukaan, cara apa pun, demi stabilitas dan keamanan seolah dibenarkan, dulu. Militer dan Polisi bersama-sama menjalankan tugas kamtibmas. Saya kira masih ingat semuanya. Cara yang dilakukan itu bisa terbuka, bisa tertutup. Pers pun juga bisa dikontrol, jangan terlalu gaduh, karena ini untuk kepentingan nasional, stabilitas nasional, dan keamanan kita, dulu begitu. Kebijakan dan cara-cara itu sudah berlalu, sudah kita hentikan, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan rule of law.

 

Sekarang dan ke depan, dengan tugas yang sama, dengan tujuan yang sama, maka cara-cara yang kita pilih haruslah cara yang akuntabel. Bisa dipertanggungjawabkan, sesuai dengan rule of law dan juga nilai-nilai demokrasi. Dan sebagaimana yang saya katakan tadi, ini sepenuhnya merupakan domain, tanggung jawab, dan tugas Kepolisian. Dalam keadaan tertentu, apalagi yang sangat ekstrim, bisa saja TNI ditugaskan untuk membantu Polri, tetapi bagaimanapun, sekali lagi, domain ini adalah domain Saudara, jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia.

 

Nah dengan kilas balik itu, saya akan masuk sekarang, tantangan dan permasalahan yang Saudara hadapi, termasuk yang saya hadapi, yang dihadapi oleh kita semua di era demokrasi dan keterbukaan ini. Kita merasakan, rakyat merasakan, Saudara merasakan bahwa kebebasan dan hak menjadi sangat mengemuka. Sekarang ini, sekali-sekali, terjadi ekses atau yang disebut dengan kebablasan. Penggunaan kebebasan yang keliru, ada freedom of speech, ada freedom of assembly, ada freedom of the press, tapi tidak ada di negara mana pun freedom of action, boleh bertindak apa saja, boleh membakar, boleh merusak, tidak ada.

 

Sekali lagi, penggunaan kebebasan yang keliru dalam kehidupan masyarakat yang majemuk kerap menimbulkan benturan, konflik, bahkan kekerasan. Sebagaimana saya katakan tadi, unjuk rasa yang tadinya peaceful, damai dan tertib, setiap saat bisa menjadi aksi anarkis dan aksi destruktif. Unsur-unsur Sara, orang enggan menyebut sara, saya masih menggunakan elemen sara itu, suku, agama, ras. Memang masih kerap menyebabkan benturan dan kekerasan horizontal. Harus kita pahami karena kita ingin mencegahnya, kita ingin mengelolanya. Kalau kita berpura-pura, ah itu bukan masalah lagi, wrong, salah.

 

Pengaruh media, termasuk social media, Twitter, Facebook dan bentuk social media yang lain kerap menyulut emosi, bahkan tindakan yang berlebihan dari masyarakat kita. Kalau ada isu yang tiba-tiba menyebar, yang belum tentu akurat dan belum tentu benar seperti itu, tapi itu dengan cepat membakar emosi rakyat kita. Ada juga ekses konflik politik yang juga mudah mengalir ke tingkat akar rumput, masyarakat luas yang itu pun juga bisa menimbulkan benturan.

 

Sementara itu, tuntutan dan aspirasi masyarakat terhadap apa pun, di samping sering diwujudkan dalam unjuk rasa, sering pula akhirnya atau diikuti oleh aksi yang tidak tertib dan merusak. Last but not least, untuk menambah betapa kompleks dan tidak ringannya tantangan yang Saudara hadapi, yang kita hadapi, terus terang jangan ada dusta di antara kita, ada juga motif dan kepentingan politik yang menimbulkan ketegangan dan konflik yang melibatkan masyarakat.

 

Saudara-Saudara,

 

Para Pimpinan dan Pejabat jajaran Polri sekalian,

 

Melihat itu semua, kita bisa menarik sejumlah kesimpulan. Pertama, tugas Polri memang semakin berat. Tantangan yang Saudara hadapi makin riil dan kompleks. Cara-cara model otoritarian yang dilaksanakan di waktu yang lalu, tentu tidak bisa digunakan lagi. Setiap tindakan Saudara, satuan Polri di mana pun akan diketahui oleh publik dan dengan cepat menyebar dari telinga ke telinga, dari mulut ke mulut, melalui media massa, termasuk social media. Sementara kamtibmas harus tetap dijaga atau dengan kata lain tidak ada alasan bagi Polri meskipun kompleks, kemudian apa namanya, seperti itu jenisnya, tapi tetap harus dijaga. Dan kalau kita melihat itu semua, kesimpulan yang lain, peran Polri memang semakin penting. Kalau perannya semakin penting, jawabannya kemampuan Polri harus ditingkatkan, termasuk seluruh personil, peralatan, dan perlengkapannya.

 

Saudara-Saudara,

 

My own estimate, perkiraan saya pribadi setelah memimpin negeri ini selama 7 tahun lebih, setelah 5 tahun sebelumnya saya juga berada di pemerintahan, termasuk mengelola keamanan dalam negeri kita, mengatasi kamtibmas bersama-sama Saudara dan pihak-pihak lain, melihat perkembangan dunia, melihat hakekat transisi yang ada di negeri kita, maka 5 sampai 10 tahun ke depan, saya perkirakan keadaan seperti ini masih akan terjadi sampai demokrasi kita betul-betul matang, sampai peradaban kita betul-betul menuju ke titik yang sudah dewasa, bahkan apa yang akan terjadi ini disertai dengan kompleksitas dan intensitas yang tidak makin menurun. Sehingga saya potong saja, Polri di seluruh tanah air harus siap dan harus mampu menjalankan tugas yang penting ini.

 

Saudara-Saudara,

 

Kita tentu bertanya menghadapi seperti ini, melihat masyarakat, melihat apa yang dilakukan Polri 24 jam sehari, 7 hari seminggu, begitu. Kira-kira apa yang diharapkan oleh publik, kriteria keberhasilan seperti apa yang diinginkan yang bisa diberikan oleh Polri, khususnya dalam menjaga atau menegakkan keamanan dan ketertiban publik. Pertama, ya saya katakan tadi kamtibmas tetap terjaga alias pula gangguan kamtibmas tidak boleh dibiarkan. Jangan biarkan di negeri ini, rakyat kita cemas dan takut, karena setiap saat bisa terjadi kekerasan, pengrusakan, tindakan main hakim sendiri, seperti itu. Itu pertama, termasuk kriteria keberhasilan.

 

Yang kedua, perusuh, perusak, dan pelaku kekerasan horizontal tetap harus ditindak. Tidak bisa diterima oleh akal sehat kalau mereka dibiarkan. Dengan cara-cara yang sesuai norma demokrasi dan rule of law, harus. Dalam kaitan ini, aksi kekerasan dapat dihentikan, kalau bisa dihentikan segera, segera, memerlukan waktu 1 jam, 2 jam, gunakan itu, memerlukan waktu yang lebih lama, lakukan itu, tapi jangan dibiarkan. Setelah itu, karena ini pelanggaran hukum, apalagi kekerasan, apalagi ada korban di pihak masyarakat, maka penegakan hukum dijalankan. Itu kriteria keberhasilan yang kedua.

 

Sedangkan yang ketiga, jalankan tugas secara profesional dengan taktik dan teknik yang tepat, sehingga dapat dicegah jatuhnya korban jiwa di pihak sipil, termasuk para perusuh. Kapolri telah menyinggung. Begini, Saudara-Saudara, tujuan dan sasaran kita, tujuan dan sasaran Saudara. Kerusuhan bisa dihentikan, aksi-aksi anarkis bisa dihentikan, tapi dapat dicegah jatuhnya korban yang tidak perlu. Jauhkan peluru dan jangan mudah menggunakan peluru, yakinkan itu, mulai dari Kapolri sampai anggota atau prajurit yang paling depan. Tidak dilarang seorang jenderal memeriksa laras senjata anggota Polri, sebagaimana para jenderal, laksmana, marsekal jajaran TNI memeriksa senjata yang dipegang oleh prajurit-prajuritnya.

 

Meskipun mereka melakukan kerusuhan, mereka adalah rakyat kita. Jawabannya, cegah dan hindari jatuhnya korban jiwa. Beda kalau Saudara menangani kejahatan, perompakan, terorisme, apa pun, mereka menembak, melawan, ya itu Saudara bukan hanya self defense, tapi harus menghentikan, itu pun kalau bisa dilumpuhkan tanpa harus korban jiwa, lumpuhkan untuk hukum ditegakkan. Tapi huru-hara kerusuhan ini betul-betul cegah dan hindari jatuhnya korban jiwa.

 

Saudara-Saudara.

 

Tentu ini tidak begitu saja bisa dilaksanakan oleh Polri, kalau Saudara tidak memiliki sesuatu yang Saudara inginkan, yang negara inginkan, yang pemerintah inginkan kepada jajaran Polri. Nah di sini, saya ingin menyebut beberapa, mengingat tugasnya seperti itu, menghadapi kerusuhan, huru-hara harus diatasi, tapi tidak boleh ada jatuh korban jiwa misalnya, maka saya ingin menyampaikan sejumlah elemen penting dan saya minta dijalankan oleh Saudara semua karena ini penting.

 

Pertama adalah diperlukan memang kapabilitas dan profesionalitas dari semua anggota Kepolisian yang menangani gangguan kamtibnas, termasuk skills, keterampilan. Ini produk dari pendidikan dan pelatihan. Yakinkan semua puluhan ribu, ratusan ribu anggota Polri betul-betul memiliki kapabilitas, profesionalitas dan skill yang tinggi untuk mengatasi itu.

 

Yang kedua, kesiagaan dan reaction time itu tinggi, cepat digerakkan, siaga, baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Saya mendengar tadi rekomendasi dari Kapolri agar mudah digerakkan seperti apa. TNI punya pasukan pemukul reaksi cepat, rapid deployment force, satuan-satuan Kepolisian tertentu, Brimob misalnya, satuan-satuan yang lain juga perlu apa namanya memiliki kemampuan untuk bisa digerakkan dengan cepat, apakah local deployment, apakah strategic and rapid deployment, misalkan dari Jakarta dikirim ke Sumatera, ke Sulawesi, ke Papua dan sebagainya. Kesiagaan dan waktu reaksi.

 

Yang ketiga, taktik dan teknik yang tepat. Ini penting, jangan diremehkan, taktik dan teknik. Saya tidak perlu mendetailkan. Saya kira Saudara sudah tahu. Ini juga produk dari pelatihan dan pendidikan.

 

Yang keempat, personil yang cukup. Saya sering mengingatkan sejak Kapolrinya Pak Dai Bachtiar, Pak Sutanto, Pak Bambang Hendarso, ketika saya mengikuti ada kerusuhan, saya cek di mana Polri kita, berapa kekuatannya. Terus terang kalau massa yang beringas itu jumlahnya 2.000, Polrinya hanya 30 orang, saya cemas. Itu namanya out- numbered. Jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan yang harus dihentikan aksi-aksi destruktifnya. Tidak boleh seperti itu, harus rasional. Caranya, antisipasi, perkiraan keadaan yang tepat, gelar awal yang memadai, cadangan yang sudah siap, penambahan bisa dilakukan setiap saat dengan perlengkapan yang memadai dan seterusnya, barangkali sebagian sudah dimiliki, sebagian belum dimiliki. Inilah yang harus kita pastikan ke depan. Di banyak negara, kalau ada 1.000 massa yang sangat rusuh, anarkis, destruktif, polisinya kurang lebih sama atau setara atau rasionya kena. Manusia plus perlengkapannya, plus alat transportnya dan lain-lain.

 

Yang kelima, sudah saya katakan perlengkapan harus cukup dan memadai. Saya mendengar tadi macam-macam yang disampaikan untuk mengatasi huru-hara, saya kira benar semua.

 

Dan last but not least, kepemimpinan lapangan. Siapa yang memegang komando di situ, harus efektif, harus tegas, harus baik, jangan sampai anggota bergerak sendiri, nembak-nembak sendiri, mengejar-ngejar tanpa tujuan. Leadership is very important pada tingkat depan. Pendidikan, pelatihan, pembinaan, penugasan kepada mereka harus menjamah sampai di situ karena tidak ada lagi yang bisa mengontrol, kecuali pemimpin-pemimpin di lapangan.

 

Kesalahan di situ, bablas sampai Perserikatan Bangsa-Bangsa, sampai New York, sampai Jenewa, kalau itu dianggap pelanggaran HAM ataupun itu dianggap pelanggaran hukum. Betapa kebijakannya benar, apa namanya, programnya benar, konsepnya benar, seperti tadi. Tapi ujungnya di tempat-tempat tertentu ada kesalahan, maka vonis akan diberikan seolah-olah apa yang Saudara lakukan dari awal itu tidak dilakukan. Enam hal inilah, saya yang saya juga ingin dilakukan perbaikan secara sistematis dan apa namanya, sungguh-sungguh.

 

Saudara-Saudara,

 

Saya mengaitkan akhirnya semuanya ini dengan apa yang dipresentasikan oleh Kapolri tadi ya, bagaimana kebijakan dan program kita untuk meningkatkan kemampuan Saudara, kemampuan Polri, utamanya 2012-2014. Saya setuju saya kira jajaran kabinet juga setuju bahwa 3 tahun mendatang kita ingin benar-benar membangun dan meningkatkan kemampuan Polri sesuai dengan sasaran. Sasaran tadi saya lihat banyak, yang ideal, setengah ideal, minimal ideal gitu. Boleh-boleh saja asalkan jangan bingung sendiri nanti membeda-bedakan begitu. Sesuai, ulangi, maksud saya sasaran ditentukan sudah ada tadi, yang achieveable, yang betul-betul bisa dicapai sesuai dengan anggaran negara.

 

Saya lihat muka Menteri Keuangan tadi, begitu Pak Timur Pradopo menghitung 2012, 2013, 2014, setara dengan 160 triliun on top, hampir pingsan tadi. Setelah itu dikurangi sedikit, ini tadi ideal, sekarang minimal ideal, berkurang, tapi masih puluhan triliun masih stres. Begitu, nah yang minimal sekali, Pak, begitu katanya, 2012, 2013, 2014 setara dengan delapan sekian triliun, tersenyum.

 

Saya instruksikan kepada Menteri Keuangan, itu bisa dipenuhi. Karena itu, saya juga mengharapkan dukungan DPR untuk peningkatan dalam jumlah seperti itu. Memang tidak boleh business as usual para Menteri, harus ada peningkatan anggaran untuk Polri, itu pun untuk kalau idealnya di sini, hanya untuk mendekatkan gap, apakah gap personil, apakah gap perlengkapan. Dengan demikian, insya Allah, kinerja dan prestasinya bertambah baik.

 

Saya hanya mengingatkan, setelah nanti tolong dihitung, Bapak sudah merencanakan nanti dihitung bersama-sama tambahan personil, misalkan 15 ribu, 20 ribu, 30 ribu. Saya hanya melihat begini, kalau kapasitas barangkali cukup, tapi bagaimana menjaga mutu. Sama dengan TNI kalau ditambah dengan 10, 20 ribu, 30 ribu, pertanyaan saya barangkali semua dihidupkan, pusat pendidikan darat, laut, udara, tapi bagaimana menjaga mutu.

 

Kemudian cost, quality of life setelah mereka menjadi anggota Polri atau anggota TNI tolong dihitung sama-sama, tetapi saya setuju jumlah harus ditambah. Saya sudah meminta Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi, khusus untuk Polri zero growth itu dikecualikan karena kita ingin menambah dalam jumlah yang pas nanti, yang rasional sehingga tugas-tugas sampai tahun 2014 itu bisa dilaksanakan dengan baik.

 

Saudara-Saudara,

 

Tentu ada prioritas dan saya pesan saja, Pak Kapolri, Saudara-Saudara, pendidikannya, pelatihannya, pembinaannya yang benar. Satu orang saja, sepuluh orang saja yang tidak pas, mudah menarik picu, yang harusnya enggak bawa peluru, bawa peluru, rusak sudah. Jadi betul-betul sampai di situ pelatihan, pendidikan, pembinaan, termasuk kepemimpinan dari para pemimpin Kepolisian di tingkat depan.

 

Yang disampaikan Kapolri tadi akan menjadi pertimbangan saya semuanya, tentu harus ada prioritas. Kita, Pak Timur akan percepat, tapi tetap bertahap. Karena kalau saya hitung dengan angka yang ideal, ini kalau para menteri juga mengusulkan yang ideal-ideal begitu, saya hitung-hitung diperlukan 10X kita punya spending, government expenditure. Kalau kita punya GDP sekarang ini US$ 800 miliar sekian, maka GDP kita harus 8 triliun. Di dunia ini yang punya GDP di atas 8 triliun baru satu, Amerika Serikat. Nomor dua, 6 triliun, Tiongkok. Nomor tiga, Jepang, hampir 6 triliun, kemudian Inggris, Perancis, Jerman di bawah-bawah itu. Jadi tentu belum memungkinkan untuk menuju yang ideal, baik Polri maupun TNI maupun yang lain-lain. Tetapi kita tahu prioritas, kita tahu mana yang harus kita adakan dalam tiga tahun mendatang.

 

Meskipun ya kita syukuri, 7 tahun yang lalu kita punya APBN baru 400 sekian triliun, sekarang, tahun ini 1.435 triliun. Tetapi itu pun belum cukup untuk menuju yang serba ideal semuanya. Dari 1.435 triliun, pendidikan yang Pak Nuh dengan Pak Suryadharma Ali, bukan untuk kantor beliau, untuk Indonesia, itu sudah 20 persen, tinggal 80 persen. Untuk membayar pinjaman utang, meskipun debt to GDP ratio kita makin susut, makin susut gitu, tetapi tetap harus dibayar, karena ini sejak puluhan tahun yang lalu kita punya berhutang. Itu sudah mengambil porsi, bisa mencapai 15 persen. Subsidi bukan hanya BBM, bukan hanya listrik, tetapi banyak sekali, itu bisa mencapai 15 persen. Dialirkan ke daerah DAU, DAK, dana otonomi khusus, dana bagi hasil, dana bantuan khusus itu bisa mencapai 30 persen. Nah sisanya inilah yang ditata.

 

Saya ingin makin ke depan makin tinggi, sehingga sisanya itu pun makin besar. Kita bisa penuhi apa yang diharapkan oleh semua, itu pun tetap secara bertahap. Yang saya berikan atensi kepada Kapolri dan semua menteri, kepada para gubernur juga, bupati dan walikota, saya lihat belanja pegawai atau dulu disebut anggaran rutin, itu ada yang tidak efisien, masih terlalu tinggi. Akan saya instruksikan nanti, kalau perlu kita bikin moratorium. Untuk spending-spending yang bisa kita tunda, kita alirkan untuk belanja modal, belanja barang, dan pengurangan kemiskinan, harus begitu. Kalau tidak tambah anggarannya, tambah belanjanya, tapi alirannya malah yang belanja pegawai ataupun kegiatan-kegiatan rutin yang sebenarnya sangat bisa dihemat. Saya akan pimpin untuk melakukan penertiban APBN seperti itu, dengan harapan juga mendapatkan kebersamaan dari DPR RI, karena fungsi anggaran DPR RI dengan pemerintah.

 

Saudara-Saudara,

 

Ya meskipun saya tahu, diperlukan peningkatan kemampuan, sebagaimana yang disarankan Kapolri dan yang sudah saya respon baru saja, tetapi saya berharap Saudara-Saudara tidak perlu atau tidak berarti Polri harus menunggu semuanya ditingkatkan, tidak perlu menunggu sampai modernisasi dan peningkatan kemampuan selesai. Sekarang pun Saudara sudah bisa melakukan peningkatan kinerja. Saya yakin ini sudah bisa dimulai. Dan saya yakin pula dengan kemampuan sekarang pun yang Saudara miliki sudah bisa dilakukan peningkatan prestasi dan capaian, termasuk tidak usah menunggu lama-lama, lakukan koreksi dan perbaikan, atas apa yang oleh publik dianggap masih kurang di jajaran Polri, sebagaimana yang terjadi di lembaga mana pun.

 

Tidak ada di Indonesia ini lembaga, lembaga mana pun yang tidak memiliki kelebihan dan kekurangannya, tidak ada. Jadi biasanya mudah melihat yang lain, tapi lupa melihat sendiri. Gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Oleh karena itu, kita ya lebih seringlah melihat diri sendiri ketimbang menuding yang lain-lain. Intinya saya sebagai Kepala Negara mengatakan, di lembaga mana pun ada kekurang-kekurangannya, yang penting mari kita perbaiki bersama-sama.

 

Saudara-Saudara,

 

Sebelum mengakhiri sambutan saya, ada dua isu yang saya minta perhatian khusus, yaitu bagaimana Saudara mengemban tugas di Papua dan di Aceh. Ini sekarang menjadi perhatian banyak pihak, termasuk perhatian dunia. Saya sudah menyampaikan kebijakan dasar Indonesia tentang Papua dan Aceh kepada dunia, kepada PBB, kepada para world leaders yang sering bertemu saya, dan belum lama ini bertemu di Bali, tentang soal Papua dan Aceh. Oleh karena itu, saya akan sampaikan supaya Saudara firm, tidak ragu-ragu, tapi juga menjalankan tugas dengan tepat.

 

Untuk Papua, bagaimanapun kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI harus ditegakkan, termasuk Papua. Tidak ada di dunia ini, negara mana pun tiba-tiba diperbolehkan bagiannya melepaskan diri semau-maunya. Amerika Serikat, saya tidak yakin kalau Hawaii melapaskan diri, Texas melepaskan diri, kemudian diam saja, juga negara-negara berdaulat yang lain. Hukum dan kamtibmas tetap ditegakkan. Ini universal, bukan hanya Indonesia, bukan hanya untuk Papua dan Aceh, untuk semua. Kalau penegak hukum Indonesia dilarang untuk memproses hukum bagi warga negara Indonesia yang dianggap melanggar hukum, apakah di Papua, di Aceh, di Jawa, di Kalimantan, di Bali, di Maluku, di mana pun, saya kira tidak benar. Itu pernah sekian ratus orang ditahan di New York karena demonstran atau pengunjuk rasa menutup jalan, ditahan, sekian ratus ditahan di London dan di kota-kota yang lain karena melakukan kerusuhan. Itu universal, Law enforcement.

 

Aneh kalau Indonesia tidak boleh menegakkan hukum Kepolisiannya. Tetapi Saudara juga harus ingat bahwa kebijakan kita untuk Papua ini yang tadinya lebih pada security approach, ini sekarang lebih pada prosperity approach dengan berbagai kebijakan, anggaran khusus, affirmative action, dengan demikian, kita bisa mempercepat pembangunan, pemerataan, dan keadilan di wilayah itu.

 

Pesan saya, meskipun kedaulatan dan keutuhan wilayah mesti ditegakkan, hukum dan keamanan mesti dijaga, tapi cegah tindakan yang eksesif, tindakan-tindakan yang melebihi kepatutannya dan berpotensi melanggar hukum dan HAM. Saya katakan berkali-kali, isunya bisa sampai tingkat dunia. Dan saya tidak segan-segan kalau memang ada nyata-nyata prajurit kita, apakah TNI atau Polri betul-betul melanggar HAM, melanggar hukum, melakukan sesuatu yang tidak patut, hukum tegakkan. Kalau perlu pengadilan lapangan, court martial. Supaya dunia tahu, kalau keutuhan wilayah, kedaulatan harga mati. Tetapi kalau ada kesalahan, kita tindak. Kita pertanggungjawabkan kepada siapa pun, apa yang menjadi kebijakan dan tindakan kita ini.

 

Aceh, situasi keamanan dalam negeri dan juga situasi kamtibmas di Aceh harus tetap dijaga. Hukum juga harus ditegakkan. Memang saya ikuti, akhir-akhir ini, ada sejumlah gangguan kamtibmas dan semuanya ini berkaitan dengan pemilukada. Saya harus katakan dengan jelas, ada kaitannya dengan itu. Tetapi apa pun yang menyebabkan sekali lagi, jaga keamanan dan ketertiban. Perdamaian, peace yang telah kita raih juga dijaga, jangan mundur kembali. Betapa malangnya Saudara-Saudara kita di Aceh, setelah dulu puluhan tahun berada dalam keadaan yang tidak baik, akhirnya kita berikhtiar memohon ridho Allah SWT, bekerja sama, akhirnya mencapai situasi seperti ini, kemudian harus mundur kembali karena ambisi-ambisi politik tertentu, apalagi berkaitan dengan Pemilukada. Mari sama-sama kita cegah dan jaga.

 

Saya telah meminta kepada jajaran pemerintahan melaksanakan pendekatan yang baik, komunikasi yang baik dengan semua pihak, Pemilukada bisa berjalan dengan baik, semua pihak bisa ikut Pemilukada dan kemudian keamanan dan ketertiban tetap kita jaga. Dengan demikian, demokrasinya baik, garis representasinya terjaga, tapi tetap menjaga perdamaian, keamanan, dan ketertiban.

 

Yang terakhir, sekali ini khusus kepada Saudara-Saudara jajaran Kepolisian. Ini instruksi saya dan arahan saya, saya mengikuti dinamika dan perkembangan di tingkat publik akhir-akhir ini, terutama 2-3 minggu terakhir ini. Saya ikuti dari media massa yang konvensional maupun dari social media, ada peningkatan kritik dan hujatan kepada jajaran Kepolisian atas beberapa kasus. Sekali lagi, kalau Saudara dikritik atau dihujat, tidak perlu terlalu terganggu. Saya lebih dari 7 tahun ini tidak pernah sepi dari kritik dan hujatan. Jadi tidak perlu Saudara, jangan-jangan hanya Polri, saya pun juga mengalami, banyak yang mengalami. Oleh karena itu, terimalah ini sebagai realitas. Yang penting, yang penting saya ingin Saudara melakukan hal-hal sebagai berikut.

 

Pertama, yang paling penting introspeksi. Jika memang ada yang salah dan tidak benar di jajaran Saudara, lakukan perbaikan. Itu yang paling pertama, sebelum yang lain-lain.

 

Yang kedua, kalau hujatan itu berlebihan dan tidak mencerminkan kebenaran, dikarang-karang, false information, tayangan yang tidak benar, disambung sana, sambung sini dan merugikan nama baik Polri, nama baik negara, lakukan sesuatu untuk mengklarifikasi dan menjelaskan berulang-ulang bahwa itu tidak benar, itu fitnah, tidak begitu duduk persoalannya. Lakukan itu pula. Itu yang kedua, setelah introspeksi dan perbaikan tadi.

 

Yang ketiga, di atas segalanya, reformasi jajaran Polri harus terus berlanjut, termasuk upaya untuk menjaga integritas para perwira dan anggota Polri, karena yang terakhir ini berkaitan dengan trust, kepercayaan masyarakat kepada jajaran Polri.

 

Saudara-Saudara,

 

Selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, saya telah mengatakan, saya mencatat banyak kemajuan, capaian dan prestasi, tapi saya mencatat pula sejumlah kekurangan, hal-hal yang belum baik, maka dengan semangat yang baik, lakukan perbaikan-perbaikan atas yang kurang-kurang, jaga dan tingkatkan yang sudah baik-baik, dan kemudian ambil tanggung jawab penuh, 3 tahun mendatang tugas Saudara menjadi lebih berat, terutama di dalam penegakan keamanan dan ketertiban masyarakat.

 

Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Selamat bertugas. Sampaikan salam saya kepada seluruh jajaran Kepolisian di Indonesia. Saya mendengar apa masih benar bahwa apa yang kita sampaikan dimonitor oleh daerah-daerah. Saya kira Saudara-audara di daerah mendengarkan apa yang saya sampaikan ini. Selamat bertugas, Saudara-Saudara, tetaplah menjalankan tugas dengan baik. Tuhan beserta kita.


Wassalamu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI