PERTEMUAN DENGAN MASYARAKAT NELAYAN PENERIMA KUR DAN PNPM MANDIRI KOTA CIREBON, 17 SEPTEMBER 2008

 
bagikan berita ke :

Rabu, 17 September 2008
Di baca 1461 kali

PENGARAHAN DAN DIALOG
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERTEMUAN DENGAN MASYARAKAT NELAYAN PENERIMA
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) KOTA CIREBON DAN PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN KABUPATEN CIREBON
DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA KEJAWANAN, CIREBON
PADA TANGGAL 17 SEPTEMBER 2008

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Menteri Kelautan dan Perikanan dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur Jawa Barat, Ketua DPRD Jawa Barat, dan para pejabat negara yang bertugas di Jawa Barat, termasuk pimpinan TNI dan Polri, Saudara Walikota Cirebon dan para pimpinan Pemerintahan yang mengemban tugas di Cirebon, Saudara Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan, Saudara Jainur Manurung,

 

Yang saya cintai para anggota komunitas nelayan dan para karyawan di PPPN Kejawanan Cirebon,

 

Alhamdulillah, di tengah-tengah kita menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan ini, hari ini kita dapat bersilaturahim dan berdialog. Tujuan kunjungan saya hari ini ke tempat ini, pertama, melihat langsung upaya pengelolaan dan pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara yang ada di Cirebon ini, dan yang kedua, bertatap muka dan berdialog dengan Saudara-saudara komunitas nelayan.

 

Sebagaimana Saudara-saudara ketahui, Pemerintah, baik Pemerintah pusat, Pemerintah provinsi Jawa Barat, Pemerintah kota Cirebon, sekali lagi tidak pernah berhenti untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat untuk membangun daerah ini, termasuk memajukan taraf hidup para nelayan. Empat tahun saya mengemban tugas, mengemban amanah untuk melanjutkan pembangunan di negeri ini, saya juga senantiasa bertemu dengan para nelayan, para petani, para buruh, para guru, para petugas Puskesmas, para pengusaha kecil, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk melihat dari dekat kehidupan mereka, melihat langsung permasalahan yang dihadapi, dan kemudian penting bagi saya untuk bisa mengembangkan kebijakan, program, dan anggaran untuk secara bertahap mengatasi masalah-masalah itu. Negara kita besar, penduduknya banyak. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat diperlukan waktu yang tidak sedikit, anggaran yang besar, dan program yang tepat dan berkesinambungan.

 

Ada kalanya persoalan yang saya jumpai di lapangan, termasuk yang dihadapi para nelayan, dalam jangka waktu 1,2,3 bulan bisa diatasi. Ada kalanya memerlukan waktu yang lebih lama. Ada kalanya karena anggaran negara tidak mesti dibagi secara adil semua sektor pembangunan, pertanian, kesehatan, pendidikan, keagamaan, termasuk kegiatan nelayan di seluruh Indonesia maka ada yang dilaksanakan pembangunan di bidang perikanan itu secara bertahap dengan prioritas-prioritas tertentu. Tapi satu hal, kami semua, ya, mulai Pak Walikota, Pak Gubernur, Pak Menteri, Bu Menteri, saya, dan semua turut berikhtiar untuk mengatasi masalah-masalah di negeri ini, membangun bangsa dan negara kita menuju hari esok yang lebih baik. Masalah selalu ada, bukan hanya di negeri kita. Di negara manapun di dunia ini sama menghadapi masalah. Yang namanya harga minyak yang meroket dialami oleh semua bangsa di dunia. Yang namanya kelangkaan atau kesulitan pangan dialami oleh seluruh bangsa di dunia. Perubahan iklim yang sering menimbulkan banjir yang besar, kebakaran yang dahsyat, taufan yang menyebabkan puluhan ribu manusia menjadi korban, jutaan manusia mengungsi seperti di India, di Bangladesh, di Amerika, di Myanmar, China, itu juga menunjukkan bahwa permasalahan perubahan iklim dialami oleh manusia dan bangsa-bangsa di dunia. Oleh karena itu, karena ini bukan hanya khas Indonesia, mari kita dengan teguh, dengan penuh keyakinan, dengan penuh semangat, bahu-membahu mengatasi masalah ini secara bersama.

 

Tadi Saudara Manurung membacakan sajak dengan salah satu kata-kata “Bersama kita bisa”. Ini maknanya luas. Bersama itu, ya kalau di Cirebon mulai Pak Walikota, Pak Bardi, dengan semua, dengan warganya, dengan komunitasnya, dengan kaum nelayan bekerja bersama-sama, pasti hasilnya akan baik, demikian juga Gubernur. Kalau provinsi Jawa Barat seia-sekata, saling mendukung, saling membantu, pasti tujuan dicapai. Demikian pula secara nasional, kita bersatu untuk mencapai masalah itu. Jadi bersama itu tidak boleh karena perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan etnis, perbedaan daerah, termasuk perbedaan partai politik, lantas kita berjarak, kita seolah-olah tidak saling kenal, tidak bersama-sama mengatasi masalah. Saya mengajak kalau sudah untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, mari kita bersatu, tinggalkan perbedaan-perbedaan itu karena kita banyak samanya dibandingkan perbedaannya. Nah, di situlah makna “Bersama kita bisa”. Untuk Cirebon, ya bantu Walikota Cirebon melaksanakan tugasnya dengan baik. Pak Walikota Cirebon, pimpin semuanya, ajak semua secara adil untuk mencapai tujuan. Demikian juga Pak Gubernur, demikian juga saya. Saya kira semboyan itu bagus karena semua untuk satu, satu untuk semua.

 

Sebelum saya persilakan Saudara-saudara menyampaikan saran, usulan, pertanyaan apapun kepada saya, kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, saya respon yang disampaikan oleh Pak Manurung tadi. Jawa Barat akan terus tumbuh. Ekonomi Jawa Barat, insya Allah 5 tahun lagi, 5 tahun berikutnya akan tumbuh dengan baik. Demikian juga Cirebon, demikian pula peran dari Pelabuhan Perikanan Nusantara ini. Oleh karena itu saya setuju, mari kita dengan kemampuan yang ada, dengan anggaran yang ada, kita kembangkan fasilitas ini, prasarana dan sarana ini agar bisa menimbulkan pergerakan ekonomi di bidang perikanan. Tadi Bapak mengatakan, insya Allah tahun depan kita anggarkan Rp 8,7 milyar. Kurangnya berapa tadi? Rp 25 milyar. Ini Menteri Kelautan di sini, tolong diusahakan untuk tahun 2010 bisa dianggarkan kekurangannya yang Rp 25 M.

 

Kalau usulan Pemerintah, mekanismenya dibahas bersama DPR RI. Tetapi saya yakin DPR RI, kalau itu penting untuk mengembangkan sarana ini tentu harapan saya DPR RI juga bersetuju. Nah, di sini ada Pak Gubernur, ada Pak Walikota. Di samping yang dari pusat, daerah juga harus sharing, apa yang bisa dibantukan provinsi silakan. Apa yang bisa dibantukan Pak Walikota silakan. Dengan demikian ya bersama kita bisa tadi. Anggaran pun disatukan, mungkin pusat lebih banyak ya, sehingga tempat ini makin ke depan makin bagus dan makin maju. Tentang yang lain-lain, tadi permasalahan fasilitas yang lain, saya kira Menteri Kelautan dan Perikanan sudah punya planning dan nanti saya berikan kesempatan beliau untuk menyampaikan apa saja karena begini.

 

Prioritas bagi kelautan dan perikanan antara lain adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, termasuk tentunya kaum nelayan harus. Saya tahu kehidupan nelayan itu sering dipengaruhi oleh iklim. Kadang-kadang karena gelombang laut tinggi, karena kadang-kadang yang diharapkan musim panen ikan tidak terjadi, atau oleh faktor-faktor yang lain. Oleh karena itu saya sudah menginstruksikan dan Menteri Kelautan juga melakukan secara bertahap membangun apa saja untuk meningkatkan kelayakan hidup masyarakat pesisir mulai dari kapal tangkap, mulai dari pemberian modal atau kredit usaha, kemudian ditambah pula dengan mendirikan SPBN, Solar Pack Dealer, untuk nelayan. Jadi supaya tidak ke mana-mana, lebih mudah, lebih murah. Dan segala hal saya minta dijelaskan kepada para nelayan kita apa saja yang sudah kita capai, apa saja yang sedang kita laksanakan, dengan demikian kita tahu bahwa kita menuju pada arah yang benar, bahwa tidak seketika, tentu tidak mungkin seketika karena kami juga harus membangun semua masyarakat pesisir di Indonesia ini.

 

Yang lain-lain saya ingin dengar nanti dari dialog ini, ya, karena tujuan saya datang untuk mendengarkan lebih banyak apa yang menjadi persoalan Saudara-saudara dan nanti secara umum saya jawab kebijakan umumnya. Secara operasional dan teknis, Menteri Kelautan dan Perikanan silakan nanti menjawabnya. Demikian Saudara-saudara pengantar dari dialog ini, saya persilakan dialog dimulai. Yang memandu siapa? Pak Gubernur atau Pak Menteri? Pak Gubernur. Saya persilakan Pak Gubernur siapa yang ingin berbicara, silakan.

 

Moderator (Gubernur Jawa Barat):

 

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Yang terhormat, Bapak Presiden Republik Indonesia beserta Ibu,

 

Menteri Kelautan dan Perikanan yang kami hormati, serta para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,

Para Muspida dan para pejabat di provinsi maupun di kota Cirebon,

 

Dan hadirin sekalian para nelayan yang berbahagia,

 

Mari kita laksanakan dialog dengan Bapak Presiden. Kita buka tempo yang pertama untuk 3 penanya. Pertanyaannya singkat tapi jelas supaya waktu yang singkat ini kita bisa gunakan dengan sebaik-baiknya. Silakan tempo yang pertama kita buka. Bapak 1,2, yang ketiga, silakan Pak. Sebutkan nama dan asal dari mana, silakan Pak.

 

Penanya 1 (Sdr. Enjo Suharjo):

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera buat kita semuanya,

 

Mohon maaf, sebelumnya saya memperkenalkan diri dulu, Pak. Nama saya Enjo Suharjo sebagai Ketua KTNA kota Cirebon. KTNA adalah Kontak Tani Nelayan Andalan yang ada di kota Cirebon, Bapak Presiden.

 

Bapak Presiden dan Ibu yang sangat kami cintai dan kami hormati,

 

Sebelumnya kami mengucapkan selamat datang kepada Bapak dan Ibu beserta rombongan yang telah jauh begitu dari Jakarta bisa hadir di kota Cirebon ini. Selain daripada itu, sebelum kami menyampaikan beberapa informasi dan usulan, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih dan syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, bahwa Pemerintah sudah memberikan kebaikan-kebaikan yang sangat dirasakan kepada masyarakat kota Cirebon, khususnya para masyarakat nelayan itu sendiri. Suatu contoh, seperti infrastruktur, jalan-jalan, jembatan, kemudian jalan yang ada di pantai Kesinden sampai ke pelabuhan itu sudah dibuatkan jalan aspal dan kemudian ada juga pemecah gelombang di sana sudah terpasang, itu hasil daripada Pemerintah yang peduli kepada masyarakatnya. Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu disampaikan kepada Bapak dan sebelumnya kami mohon maaf sebagai masyarakat nelayan, Pak, dan mohon dimaklumi kalau nanti bahasa kami ini bahasanya bahasa, ada bahasa yang merakyat gitu Pak, ya.

 

Bapak Presiden dan Ibu yang saya hormati,

 

Perlu diketahui kota Cirebon mempunyai panjang pantai sekitar 6 kilo meter, Pak, terdiri dari 5 kecamatan dan 22 kelurahan. Kalau dilihat memang kota Cirebon sangat kecil tapi sangat potensial dan dikatakan kota Cirebon adalah kota udang, kota usaha dan dagang, Pak. Nah, selanjutnya dari beberapa hal yang perlu kami sampaikan, yang pertama, kami sebagai masyarakat nelayan, kami sebagai KTNA telah banyak berbuat untuk pemberdayaan masyarakat nelayan itu sendiri. Satu, masalah penghijauan pantai telah kami lakukan, Pak, dari mulai pantai Kesinden sampai ke Pegambiran ke sini. Dari penghijauan pantai itu sendiri dilakukan dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2007 kemarin. Namun demikian, masih ada saja tanaman tersebut atau mangrove tersebut kehidupannya kurang sempurna, karena apa? Karena terjadi fenomena alam.

 

Suatu contoh di pantai Kesinden yang sekarang sekarang sudah terpasang pemecah gelombang. Namun, sangat sayang sekali, Pak, membuat pemecah gelombang ini tidak nyambung, Pak. Ada kurang lebih 1 kilo meter yang belum terpasang nyambung karena dibuatnya dari mulai ujung Utara, kemudian berapa ratus meter, baru dari sebelah Selatan ke Utara. Akhirnya, mungkin dananya tidak nyampe atau bagaimana saya kurang tahu, tidak nyambung, Pak. Jadi mohon untuk ke depan barangkali untuk di pantai Kesinden dilanjutkan membuat pemecah gelombang tersebut karena sangat manfaat sekali bagi para petambak yang ada di sana. Tatkala ombak besar, Pak, yang menerjang di pantai Kesinden ini yang belum terpasang pemecah gelombang, itu habis semua, Pak. Para petani petambak ini mengeluh dan melapor kepada kami bahwa: ikan saya, udang kami terhempas ombak. Nah, kemudian ombak ini sudah sampai ke tepi jalan, Pak. Jadi sangat khawatir sekali kalau dibiarkan, kalau tidak ada penanggulangan atau tindak lanjut dari Pemerintah, sangat mengkhawatirkan sekali.

 

Nah selanjutnya, ke depan barangkali di kota Cirebon juga, kami akan melaksanakan budi daya kerang hijau, Pak. Alhamdulillah, dari Pemerintah pusat kami sudah ...

 

Presiden RI:

Apa, Pak? kerang...

 

Presiden RI:

Apa, Pak? kerang...

 

Presiden RI:

Kerang hijau.

 

Penanya 1:

Kerang hijau, betul. Yang alokasinya akan kami alokasikan di daerah pantai Kesinden ke sebelah, hampir 1 kilo meter dari pantai Kesinden, Pak. Insya Allah dalam tahun ini karena anggarannya, kami tadi mendapat informasi dari Dinas Pertanian dan Kelautan sudah ada, dan insya Allah dalam tahun ini kami akan melaksanakan budi daya tersebut. Dan selanjutnya, kami mengharapkan nanti kalau ada bantuan untuk penghijauan seperti mangrove mungkin kami juga akan membudi dayakan kepiting karena kepiting juga sangat potensial sekali di kota Cirebon. Dan ini sekedar informasi juga, kami sedang bekerja sama, Pak, dengan perguruan tinggi yaitu Kusuma Jati yang ada hak dari luar, dari swasta, yaitu dari BAT, Pak, ini sekedar informasi saja. Rencananya akan menghijaukan pantai Kesinden, kemudian akan memberi bantuan kepada masyarakat untuk pemberdayaan masyarakat yaitu kepada para petambak yang ada di sana. Dan ini sangat bagus sekali saya lihat, ke depan itu berjenjang terus sampai 3 tahun, Pak. Jadi, rencana ini mohon ada dukungan dari Pemerintah, Pemerintah pusat, Pemerintah provinsi, maupun Pemerintah kota Cirebon itu sendiri.

 

Dan selanjutnya, yang terakhir barangkali, semoga Bapak Presiden beserta Ibu, Bapak yang sedang memimpin bangsa, Bapak diberi kesehatan, panjang umur, oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Dan yang terakhir sekali, barangkali nanti setelah acara selesai, Pak, kami sebagai masyarakat nelayan di sini, kami baru bertemu dengan Bapak Presiden ingin foto bersama, mohon ijin, Pak. Saya kira itu saja yang perlu disampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.

 

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

 

Moderator:

Terima kasih, dari Pak Enjo Suharjo, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan ya. Yang kedua dari..ya, silakan. Pak, jangan terlalu panjang pertanyaannya.

 

Penanya 2 (Sdr. Yunus Anshori):

Iya, semoga singkat.

 

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Bapak Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Ani Yudhoyono yang kami hormati. Bapak-bapak Menteri Kabinet Indonesia Bersatu yang kami hormati. Bapak Gubernur, Bapak Walikota, dan Bapak Bakorwil wilayah Cirebon yang kami hormati.

 

Sebelum saya menyampaikan beberapa hal, saya perkenalkan dulu nama saya Yunus Anshori, warga kecamatan Kapetakan, kabupaten Cirebon yang saat ini adalah sebagai Ketua Unit Pengelola Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan, PNPM, yang merupakan satu kelanjutan dari PPK pada masa yang lalu. Bapak Presiden Republik Indonesia yang kami hormati, bahwa perjalanan PNPM yang merupakan kelanjutan dari PPK telah berlangsung cukup lama dan telah terlihat keberhasilannya. Ini terbukti dengan ada peningkatan UKM di kabupaten Cirebon, salah satu ukurannya itu adalah sumbangsih dari PPK atau PNPM sehingga PNPM khusus mengenai daya beli masyarakat adalah meningkat.

 

Kemudian, salah satu hal lain yang menggembirakan dari keberhasilan, yaitu dengan sehatnya simpan pinjam khusus perempuan. Ini merupakan salah satu penyelesaian dari program gender, kelompoknya adalah perempuan semua, pemanfaatnya adalah perempuan semua. Nah, ini saya sarankan bisa dikoordinasikan dengan koperasi yang ada di Menteri UKM yaitu adalah Perkasa. Cuma barangkali persoalan hukum, landasan hukum bagi kelompok simpan pinjam khusus untuk perempuan hampir semuanya belum berlandasan hukum sehingga kami belum dapat melaksanakan hal yang berkaitan dengan Perkasa yang merupakan program daripada Menteri Koperasi dan UKM. Kemudian selanjutnya Bapak Presiden yang kami hormati, bahwa PNPM ini ada beberapa hal, ada beberapa macam, perkotaan, pedesaan, kemudian infrastruktur, dan sebagainya. Perlu adanya satu keseragaman dalam PNPM Mandiri secara nasional sehingga tidak tumpang tindih dalam aturan PNPM ini.

 

Kemudian yang kedua, bahwa untuk saat ini penekanan PNPM Mandiri pedesaan adalah pada desa tertinggal. Diusulkan kami mohon bahwa penekanan PNPM ke depan adalah bukan pada desa tertinggal tetapi kepada rumah tangga miskin sehingga dengan rumah tangga miskin ini maka akan makin merata pemberian bantuan atau pinjaman kepada masyarakat ini dan pembangunan fisik yang akan makin merata bagi masyarakat PNPM. Kemudian selanjutnya kami sampaikan pula ucapan terima kasih kepada Pemerintah kabupaten Cirebon yang telah sekuat tenaga membantu memberikan berbagai macam kemudahan-kemudahan dalam melaksanakan program PNPM ini.

 

Terakhir barangkali ingin saya sampaikan bahwa Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang disingkat dengan Presiden SBY saya ucapkan Semoga Berlanjut Yudhoyono. Terima kasih.

 

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

 

Moderator:

Wa'alaikum salam. Yang ketiga, silakan Pak.

 

Penanya 3 (Sdr. Mulyadi):

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Nama saya Mulyadi mewakili nelayan tradisional yang ada di kota Cirebon.

 

Yang terhormat Bapak Presiden beserta Ibu Hj. Ani Bambang Yudhoyono yang saya banggakan,

 

Yang terhormat para Menteri, pejabat tinggi yang saya hormati,

 

Yang terhormat para Bapak, para Ibu yang ada di sini, yang saya hormati,

 

Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, pada hari ini kita bisa bertatap muka bersama Presiden langsung berdekatan, biasanya lihatnya di TV. Para nelayan merasa bersyukur sekali, Pak, bisa bertemu ini. Para nelayan merasa terima kasih sekali, Pak, banyak perhatian dari Pemerintah, tak henti-hentinya membangun para nelayan, membantu para nelayan, sampai sekarang pun ada pembangunan jiti yang dilaksanakan yang anggarannya katanya dari dana DAT. Para nelayan kota mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

 

Namun Pak, ada keluhan, ada permasalahan. Permasalahan yang pertama, Pak, alhamdulillah Pemerintah kota Cirebon telah memberi bantuan rumpon terumbu karang, hasilnya cukup lumayan. Namun baru beberapa titik ya Pak, terima kasih. Melalui Bapak Presiden yang terhormat, kami mohon Pak bantuan terumbu karang buatan itu skala besar atau secara permanen. Permasalahan yang kedua, saudara kami, Pak, yang ada di sebelah Utara mempunyai alur sungai yaitu sungai Kedung Pande sama sungai Sukalila. Pendangkalannya cukup tinggi, Pak, sehingga keluar masuk para nelayan susah ketika surut. Kami mohon, Pak, melalui Bapak Presiden, mohon dikeruk biar lancar keluar masuknya.

 

Yang ketiga, di wilayah kami Pak, mempunyai TPI tapi TPI-nya, pengoperasiannya begitu nggak maksimallah, empat-empot. Kemungkinan permodalan yang kurang Pak. Jadi mohon Pak, ada bantuan permodalan TPI sehingga kalau nelayan lelang dibayar cash. Permasalahan yang keempat, maaf sebelumnya Pak, para nelayan tradisional itu sudah tidak make solar Pak, makenya minyak tanah sebab kenapa? Sudah nggak mampu beli solar sehingga mesin itu cepet rusak, udah tua, rusakan pula. Jadi mohon Pak, ada bantuan peremajaan mesin supaya kita melaut tuh lancar kalau mesinnya yang baru itu Pak, kami mohon dengan sangat.

 

Yang terakhir ini Pak, kami mohon Pak, dengan sangat sekali harga BBM yang begitu tinggi menurut para nelayan, kami mohon Pak, ada subsidi khusus BBM untuk nelayan. Kurang lebihnya sekian saja, Pak. Mohon maaf barangkali ada kata-kata yang kurang berkenan atau kurang sopan. Mari akhiri wabilahitaufiq walhidayah, wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

 

Moderator:

Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh. Terima kasih Pak Mulyadi. Yang keempat, supaya lengkap ada ibu-ibunya, ada kaum perempuannya.

 

Penanya 4 (Hj. Kadmini):

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Yang terhormat Bapak Presiden Republik Indonesia dan Ibu Hj. Ani Yudhoyono yang saya cintai,

 

Perkenalkan nama saya Hj. Kadmini sebagai pengolah ikan kering yaitu hasil dari laut. Alhamdulillah saya berdiri menjadi usaha pengolah ikan kering sejak tahun 1985. Alhamdulillah saya jalankan usaha ini dari mulai nol sehingga sampai sekarang saya masih tetap berjalan. Dan kami juga ucapkan terima kasih atas bantuan dari Pemerintah yang lewat bank sehingga saya sampai sekarang masih bisa berdiri dan berjalan tetep juga di usaha ikan kering ini.

 

Bapak Presiden yang saya cintai, sekian lama saya usaha ikan kering yang mendapatkan hasil yang cukup baik sehingga saya sampai dapat membiayai sekolah anak-anak saya ke perguruan tinggi. Tetapi itu atas bantuan dari Pemerintah. Pinjaman ke bank saya sudah melunasi tepat waktu, tidak pernah saya meleset. Tetapi, kami mohon maaf sekali kepada Bapak Presiden beserta Ibu dan semuanya yang hadir. Untuk tahun 2008 ini kami agak prihatin Pak, tidak seperti tahun-tahun yang lalu karena bahan baku yang kami butuhkan itu sangat kurang sekali, sedangkan pesanan makin tinggi tapi kami tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diminta sama pelanggan apalagi untuk ngasih ke luar negeri di dalam negeri pun masih kekurangan. Bahkan kami sampai mencari, bergabung dengan teman-teman yang sama usahanya dengan saya yaitu ikan kering, mencari bahan baku ke luar kota kadang sampai ke luar, ke Jawa Tengah atau ke Pamanukan yang cukup jauh. Walaupun dampaknya biaya operasional nambah sehingga penghasilan kami yang tadinya besar itu kecil sekali.

 

Walaupun seperti itu, kami masih mempunyai tenaga kerja. Dulu tenaga kerja saya itu 25 sampai 30 orang, sebagian besar kaum ibu-ibu di sekitar nelayan. Saat sekarang, pekerja yang tadinya cukup banyak sekarang menurun Pak, karena bahan baku yang diolahnya itu kekurangan. Kami mohon sekali kepada Bapak Presiden dan para pejabat yang ada mohon bantuannya, lebih mohon diperhatikan lagi bagaimana untuk mengatasi agar kami dapat memenuhi kebutuhan bahan baku yang kami jalankan karena kami masih ingin tetap bertahan untuk menjalankan usaha ini, ingin mengembangkan usaha kami ini, dan ingin meningkatkan produksi yang saya tangani ini. Itu saja, mudah-mudahan Bapak Presiden lebih mengerti untuk penjelasan yang saya sampaikan ini. Demikian saja, dan saya akhiri terima kasih atas segala perhatian dan bantuannya. Saya ucapkan saya mohon maaf atas segala kekurangannya, wabilahitaufiq wal hidayah, wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

 

Moderator:

Wa'alaikum salam. Terima kasih kepada Ibu Kadmini yang terakhir tadi, sudah ada 4 penanya dan saya persilakan kepada Bapak Presiden untuk menjawabnya. Silakan Bapak.

 

Presiden RI:

Terima kasih Pak Gubernur. Terima kasih Bapak, Ibu yang sudah menyampaikan pendapat dan usulan kepada saya, kepada Pemerintah. Ini nampaknya di negeri kita ini ada keseragaman kalau saya dialog dengan nelayan, dengan petani, dengan guru di manapun di tanah air ini, mukadimahnya begini: Pak Presiden, kami berterima kasih karena Pemerintah sudah begini, begitu, namun... Namunnya panjang itu 1,2,3,4. Ada lagi yang lebih kreatif: Pak SBY, saya tidak minta-minta, kami ini pantang meminta Pak, nah ini di Boyolali Jawa Tengah ini karena pengusaha lele itu harus mandiri. Saya hanya ingin menyampaikan kami kekurangan ini Pak, kekurangan ini Pak, kekurangan ini Pak, sama saja.

 

Baik, tapi saya mendengar, yang Bapak, Ibu sampaikan itu benar, yang Bapak, Ibu sampaikan itu penting, yang Bapak, Ibu sampaikan itu mesti menjadi tugas kita, Pak Walikota, Pak Gubernur, Pak Menteri, saya, dan semuanya. Satu persatu tadi Pak Suharjo pimpinan KTNA, KTNA in aktif senang saya karena organisasi profesi itu harus menyuarakan kepentingan yang diwakili. Jadi kalau KTNA ya kepentingan tani dan nelayan. Senang saya seperti ini, tidak terlalu menyuarakan kepentingan politik, nanti malah tidak diwakili tani dan nelayannya padahal dibentuk untuk itu. Saya senang sekali.

 

Langsung saya jawab permasalahannya saja, Bapak. Tolong nanti dilihat saja, Pak Walikota, Pak Gubernur dikirim siapa, Pak Menteri dikirim siapa untuk melihat satu kilo yang gap di mana, yang break water itu. Saya kira kalau ada gap seperti itu ya nggak pas mesti ada lobang-lobangnya. Tolong dipikirkan bagaimana mengatasinya, timelinenya, tahapannya seperti apa, dan bagaimana penganggarannya. Tapi ini masalah yang harus kita selesaikan.

 

Kemudian, tadi disebut juga adanya budi daya kerang hijau, silakan dilihat. Ini begini, budi daya kerang hijau, budi daya terumbu karang, terumbu karang buatan ini, tolong dilihat syarat pertamanya memang menjadi solusi, tidak mengganggu alur dari pelayaran, tidak mengganggu lingkungan justru yang ada di situ, dan kemudian dirawat dengan baik sehingga betul-betul mencapai tujuan untuk menambah hasil tangkapannya lebih banyak lagi. Pastikan itu, kalau itu terpenuhi semua adalah program yang baik untuk dilanjutkan.

 

Kemudian, kalau foto bersama, saya kira nanti tolong diatur, cepat saja karena saya naik kereta api lagi nanti menuju ke Purwokerto, Jawa Tengah. Saya akan ketemu dengan saudara kita yang lain, para petani, para pengusaha kecil, dan sebagainya, ya untuk mendengar seperti ini. Saya yakin Pak Walikota sudah siang dan malam, Pak Gubernur, tapi sekali-kali saya harus tahu untuk memastikan bahwa kebijakan program Pemerintah itu berjalan, dijalankan dengan benar, para pemimpin turun lapangan, dan kemudian mana yang harus diatasi pada tingkat pusat, kami akan mengatasi setelah terlebih dahulu Pemerintah daerah mengatasinya.

 

Yang kedua, Bapak Yunus Anshori tadi, PNPM itu salah satu paket kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bapak, Ibu kan pernah dengar namanya cluster a, cluster b, cluster c, atau paketlah, paket a. Itu membantu rumah tangga yang miskin dan sangat miskin, seperti berobat tanpa biaya, sekolah tanpa biaya, lantas BLT bersyarat, membantu lanjut usia, membantu yang kena musibah, beras dengan harga yang murah, itu khusus, membantu langsung. Nah, yang kedua namanya PNPM tadi, tujuannya sesungguhnya membantu desa-desa dan kecamatan yang memerlukan dan akan terus dilanjutkan program ini. Jadi, memang sasarannya adalah unit daerah meskipun betul dilihat juga komponen dari angka kemiskinan ataupun rumah tangga miskin.

 

Nah, paket yang ketiga namanya KUR, sudah dengar ya. KUR itu cara meminjamkan kepada para pengusaha mikro, kecil, yang dulu syaratnya macem-macem, syaratnya sederhana. Asalkan ada usahanya, jelas, ya tentu akan mendapatkan pinjaman. Tapi kalau kita, Pak, saya ingin pinjam. Berapa? Rp 10 juta. Usahanya apa? Entar dulu, kita pikir-pikir, ya nggak mungkin dipinjami, nggak mungkin dipinjami. Saya pinjam Rp 5 juta. Untuk apa? Buka warung. Mana warungnya? Itu, Pak. Bukanya? Tiap hari, Pak. Dicek, betul. Dipinjami. Jadi ini tolong banyak SMS yang masuk ke saya. Satu hari SMS itu masuk 400-600 ke saya. Kemarin tanggal 15 masuk 459. kadang-kadang bagus, kadang-kadang marah-marah sama saya, kadang-kadang, karena belum tahu, ”Pak SBY mana buktinya KUR nggak bisa, mana kami ini ingin berusaha tapi nggak bisa dapat pinjaman KUR”, smsnya ke Ibu. ”Bapak, bapak ini siapa”, Saya dari NTT, NTT ya, oh dari Sulawesi Selatan. Kami ingin tidak bergantung. ”Bapak ini pinjam kemana, usahanya apa?”. Nah, mulai rendah suaranya. ”Itulah bu, saya ini bingung mau usaha apa ini”. ya kira-kira datang ke BRI meskipun gebrak loket disitu, kalau usahanya gak jelas mana dipinjami. Usahanya yang jelas dulu, saya mau jual bakso dorongan. Mana dorongannya ada. Sudah berapa lama? 3 minggu, berapa hasilnya sebulan, nanti dipinjami entah Rp 1 juta, Rp 2 juta.

 

Jadi ini perlu dijelaskan syarat-syaratnya mendapatkan pinjaman kredit usaha rakyat karena pemerintah mengeluarkan agunan yang besar, Rp 1, 4 triliun sendiri untuk itu. Silahkan nanti ya. Kemudian, saya senang bagi Pak Yunus Anshori, kaum perempuan ini, mesti diberdayakan. Saudara tahu namanya Muhammad Yunus, seorang Bangladesh, yang mendapatkan hadiah Nobel. Namanya sama ya, Yunus Anshori. Kalau itu Muhammad Yunus Bangladesh, mendapatkan Nobel perdamaian, luar biasa. Sudah saya undang ke Jakarta, sudah dua kali ketemu saya, memberikan pinjaman kredit mikro, tapi suksesnya karena menggerakan kaum perempuan. Kaum perempuan itu disiplin, tertib, rapi. Biasanya tidak suka korupsi. Hasilnya mesti bagus, yang keras tepuk tangannya kaum perempuan kalau gitu, jadi libatkan, ajak serta, ya ajak serta, ajak serta supaya utuh program PNPM itu.

 

Bapak Mulyadi, ini beliau tadi. Terima kasih, Saya senang seperti ini. Dijelaskan apa adanya, terbuka, supaya yang lain juga dengar, kami juga dengar, nanti solusinya juga nyata. Rumpon sudah ada tapi kurang. Silahkan, saya kira kalau dalam batas kemampuan Pak Menteri akan membantu, Pak Gubernur juga akan ikut membantu supaya tidak ditanggung Pak Walikota semua. Silahkan, dimana tempatnya Pak Mulyadi? Oke.

 

Pendangkalan sungai. Kami terus melakukan pengerukan. Saya pernah meninjau ke Banten, hal yang sama. Saya meninjau juga dulu di luar Jawa hal yang sama, di Pacitan hal yang sama. Terus dikeruk, tetapi tentu ada anggarannya, ada soal sarana yang diperlukan. Silahkan dilihat nanti sejauhmana urgensinya. Kemudian, kalau memang tidak bisa diatasi oleh Provinsi dan Kota, tentu nanti akan dibantu pelaksanaannya oleh Menteri Kelautan dan Perikanan.

 

Ini diperlukan kapal keruk toh? tahu kapal keruk? itu jaman dulu menakutkan. Kalau kapal keruk yang betulkan ngeruk pasir supaya tidak dangkal, kapal bisa keluar masuk. Ngeruk sungai supaya kalau ada hujan deras tidak jadi banjir. Tapi jaman dulu ada kapal keruk, ngeruk uang negara. Jadi kalau ada koruptor kelas kakap, itu kapal keruk itu. Orang seperti itu harus masuk penjara, tidak boleh lagi ya. Tapi ini kapal keruk betulan ini ya untuk ngeruk itu tadi.

 

TPI ya, Tempat Pelelangan Ikan, tidak maksimal, bantu modal. Silahkan, teknis dilihat seperti apa. Sekali lagi kalau dalam batas kemampuan anggaran kita dan memang memiliki urgensi yang tinggi dengan menyatukan anggaran Kota, Provinsi dan Pusat, kita bisa membantunya. Tapi saya tidak ingin berjanji dulu, silahkan dilihat oleh pejabat terkait seperti apa kondisinya.

 

Tak mampu beli solar, pakai minyak tanah, mesin cepat rusak. Begini Saudara-saudara ya, persoalan BBM ini permasalahan sedunia. Harga BBM kita kecuali Brunei Darussalam, di Asia ini yang paling murah kita. Tidak mungkin Pemerintah terus menaikkan harga BBM, kasihan rakyat. Tapi ingat, karena harga BBM yang masih dianggap mahal itu paling murah dibandingkan negara-negara lain, subsidinya besar sekali. Minyak tanah, misalkan harganya Rp 10.000 perliter, kita jual Rp 3.000. Berarti kami menomboki Rp 7.000. Kalau diperlukan 3 juta kilo liter pertahun minyak tanah, belum solar, belum premium, maka ratusan triliun, ratusan triliun lebih kita gunakan untuk menomboki. Tetapi tetap kami keluarkan, dengan catatan anggaran untuk yang lain-lain berkurang.

 

Oleh karena itu, pilihan untuk menaikkan kemarin tidak ada cara lain, daripada APBN kita rusak, ekonomi kita akhirnya mengalami krisis lagi. Tolong dimengerti, tidak ada pemimpin yang begitu saja mau menaikkan BBM kalau tidak terpaksa atau dengan tujuan yang baik. Bung Karno dulu menaikan BBM berapa kali? ada catatannya 12 kali, pak Harto 18 kali, pak Habibie karena memimpin 1 tahun lebih sedikit, 1 kali, Gus Dur 1 kali karena memimpin sedikit, Ibu Mega 2 kali plus penyesuaian 7 kali, 3 kali lah begitu, SBY 3 kali, sama dengan Ibu Mega.

 

Itu juga karena keadaan, tidak ada yang ah, saya naikkan saja, enggak ada, gila itu. Sampai 3 bulan enggak bisa tidur, tanya isteri saya Bapak, Ibu. Kalau sudah sedih, kelihatan mikir terus karena pasti dimarahi tiap hari saya. Tetapi saya bertanggungjawab untuk masa depan untuk keseluruhan. Tolong dimengerti ini pun masih yang paling murah di Asia, kecuali Brunei Darussalam.

 

Usulnya apakah tidak ada subsidi khusus untuk nelayan, yang saya tahu ada anggaran untuk itu, tolong nanti pak Menteri jelaskan secara singkat, ya, untuk nelayan supaya seperti apa. Untuk peremajaan mesin ini, coba dilihat, saya tidak ingin berjanji tetapi ini logis karena minyak tanah, solarnya mahal, kecuali kalau disubsidi mesinnya mudah rusak kan begitu kan. Terus nggak ada bantuan kira-kira begitu. Silahkan pak Menteri jawab nanti.

 

Dan yang terakhir, Hj. Kadmini tadi, ya ini bu, kita melakukan semuanya ini, bikin baik ini nelayannya yang subsidi tadi, yang solar, yang ini, dengan teknologi membantu dengan penginderaan, melihat dimana tempat-tempat ikan itu tujuannya, supaya produksi itu stabil, sustainable sehingga Ibu ada bahan baku. Ini semua untuk Ibu.

 

Oleh karena itulah, mari kita sukseskan semua. Kalau hulunya benar, hilirnya pasti baik. Kalau hasil tangkapannya baik, pasti Ibu punya bahan baku sehingga pengolahan ikan kering tadi akan berjalan dengan baik. Memang dalam hidup ini, kadang-kadang rejekinya besar, ibu, kadang-kadang rejekinya kecil, harus tabah kita. Harus kita hadapi dan dengan keyakinan Allah itu Maha Pengasih lagi maha Penyayang dan Maha Pemurah, pasti apabila semuanya berjalan makin baik, Ibu juga kembali mendapatkan rejeki yang lebih baik.

 

Itulah yang saya sampaikan dan saya beri kesempatan Pak Menteri sekitar 5-7 menit. Tolong jelaskan secara operasional teknis apa yang disampaikan beliau-beliau tadi. Supaya apa kepastian dan nanti bisa ditindak lanjuti. Saya persilakan Pak Fredy.

 

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN:

Terimakasih Bapak Presiden, Bapak Presiden beserta Ibu Negara yang kami hormati, Para Menteri Kabinet yang hadir disini dan seterusnya, hadirin dan rekan nelayan yang saya cintai. Menjawab pertanyaan tadi, terus terang saja sejak Bapak Presiden jadi Presiden mulai tahun 2005, itu setelah saya jadi Menteri, kita melihat program yang ada, itu memang banyak yang belum signifikan. Kemudian kita berupaya untuk mendorong, sehingga 2005 itu terjadi sertifikat anggaran yang kita dorong ke bawah.

 

Tapi saya akui memang belum bisa menjawab permasalahan yang ada. Kami beri contoh, membangun SPBN atau pompa bensin untuk nelayan. Itu justru mendekatkan itu dengan nelayan di pelabuhan karena kita menghindari supaya nelayan jangan beli bahan bakar di tengah kota. jadi beli beberapa langkah yang kita tempuh, yang sudah kita bangun, mencapai 225 unit dari 600 unit. Ini salah satu contoh, bagaimana kita berusaha supaya nelayan itu tidak akibat biaya besar, tetapi mengurangi cost-cost yang ada.

 

Kemudian juga untuk kedai pesisir, tadi oleh Kepala Pelabuhan disebutkan ada waserba dan sebagainya. Itupun kita bangun seluruh Indonesia. Kita sudah membangun kurang lebih 166 dalam rangka membantu nelayan untuk membeli suku cadang, kebutuhan lain-lain pada saat mau melaut. Ini pun kita bangun di Pelabuhan dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada nelayan juga. Hal ini upaya-upaya yang akan terus kita lakukan.

 

Kemudian, pemberdayaan perempuan, tadi dari Ibu tadi, memang belum masuk dalam kelompok yang kita buat secara menyeluruh, tapi kita sudah melakukan pemberdayaan di seluruh Indonesia 350 ribu perempuan, ibu-ibu di 222 kabupaten, kota. Mudah-mudahan tahun depan juga masuk di Cirebon. dalam rangka tadi membantu mereka meningkatkan produksi keluarga, khususnya di pengeringan ikan, dan sebagainya.

 

Jadi banyak sekali langkah-langkah kita selesaikan, kita bantu juga mesin-mesin pengolah dan sebagainya. Tadi saya katakan memang anggarannya kecil, masalah di Indonesia begitu besar. Departemen Kelautan dan Perikanan menangani hampir seluruhnya itu ada 80% anggaran kita, kita turunkan semua ke daerah. Cirebon, khususnya dalam hal ini Jawa Barat, Pak Gubernur, kita alokasikan, saya pastikan tahun depan cukup besar. Tahun ini saja dari seluruh anggaran ini Rp 50 miliar kurang lebih, khusus untuk Cirebon. Di dalamnya ada provinsi, dekonsentrasi dan sebagainya. Jadi memang kita berupaya kita berupaya kalau anggaran yang kita dorong ke daerah itu akan lebih memungkinkan untuk daerah juga mengembangkan dirinya, membantu nelayan untuk budi daya.

 

Kemudian juga menjawab tadi, pergantian mesin. Pergantian mesin ini kita sudah lakukan untuk 3.600 satu kelompok usaha bersama. Di dalam media koperasi dan sebagainya. Dimana kita sudah mengganti kurang lebih 508 mesin kapal. Namun, dari masukan yang ada, nanti kita lihat kepala pelabuhan, kita lihat kemungkinan kalau anggaran 2009 bisa kita bantu, kita tentu saja membantu. Tapi sekali lagi mungkin tidak bisa semuanya karena harus bertahap. Karena anggarannya sudah turun ke daerah juga. Kalau tidak terlalu besar dari anggaran yang ada, tapi upaya ke sana selalu ada, untuk selalu membantu nelayan tentunya saja untuk selalu meringankan.

 

Saya pikir dalam kepemimpinan Bapak Presiden, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, banyak sekali yang telah kita kerjakan. Memang tidak cukup waktu jika saya sebutkan satu persatu disini. Saya ambil contoh tadi, kita mengganti kapal-kapal yang ada di PP di seluruh Indonesia. Sehingga nelayan itu dalam suatu kelompok, yang tadi cuma 2, 3, orang dan sebagainya dibantu demikian. Tapi satu hal yang harus kita ingat khusus rumpon saya minta perhatian, Bapak Presiden ijinkan saya jelaskan, sekarang ditemukan bahwa rumpon yang dibuat dari ban-ban itu nggak boleh dipakai, ban-ban bekas. Jadi saya minta sekali lagi ya, karena sekarang didapati bahwa itu bisa mengakibatkan 30 tahun ke depan masyarakat yang mengkonsumsi ikan dari rumpon yang pakai ban bekas itu bisa lumpuh karena ini sudah didapati di Amerika dan sebagainya. Makanya sekarang sudah kita edarkan ke seluruh Indonesia, Kepala Dinas, Gubernur, supaya ikut mengawasi jangan ada rumpon yang dipasang dari ban-ban bekas.

 

PRESIDEN RI:

Bahan itu maksudnya kaleng, karet.

 

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN:

Karet.

 

PRESIDEN RI:

Oh ban, bukan bahan ya. Ban bekas.

 

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN:

Ban mobil, iya. Jadi ini sudah kita edarkan edarannya supaya kalau bisa di, karena kadang-kadang masyarakat inisiatif sendiri, kalau bisa jangan ya. Karena itu jangka panjang tidak menguntungkan bangsa kita, kita banyak yang akan sakit. di Amerika sekarang, Bapak Presiden, untuk mereka kembalikan California itu, mereka butuh 30 miliar dollar untuk mengangkat kembali dari laut. Mudah-mudahan tapi tetap kita dorong rumpon yang buat dalam bentuk yang lain, yang kita buat ada teknologinya. dengan harapan bisa membantu masyarakat sehingga tidak terlalu gelap, terlalu jauh melaut untuk menangkap ikan.

 

Dan sekali lagi, saya yakin kalau Pusat bersama-sama terpadu, Pusat, Daerah lewat Gubernur, kemudian lewat Bupati, Walikota, kalau kita jalan sama-sama dengan program yang ada, kita bisa mengatasi masalah break water yang ada. Seperti misalnya tadi, masalah break water, itupun DKP tidak kerja sendiri, DKP bekerja sama dengan PU dan Perhubungan untuk kita melakukan bagaimana sesuai dengan dana yang ada, kita bisa saling mengisi, membantu sehingga masalah-masalah darat bisa terselesaikan.

 

Demikian, Bapak Presiden dari kami, terima kasih.

 

Presiden RI:

Terima kasih, Pak Menteri, saya ulangi, yang Pak Manurung sampaikan tadi, Rp 8,7 M tahun 2009. dan kurangnya Rp 25 M untuk 2010 tolong diperjuangkan, supaya tembus.

 

Kemudian yang disampaikan oleh beliau-beliau tadi, break water kemudian budi daya rumput, kerang hijau, lantas peremajaan mesin, SPBN, termasuk tadi rumpon, tolong juga dikelola dengan baik. Kalau penggunaan ban bekas itu mengganggu lingkungan dan mengganggu kesehatan bagi konsumennya nanti di waktu yang akan datang keluarkan aturan, seperti apa rumpon itu, bahan yang paling baik, bikin model, bikin contoh, jelaskan pada seluruh nelayan di Indonesia.

 

Dengan demikian rumpon tetap bisa dibangun tanpa mengganggu lingkungan dan kesehatan. Tolong sampaikan seperti itu, pak Menteri dan nanti kita semua, para Gubernur, Bupati, Walikota menindaklanjutinya.

 

Saya kira itu yang penting saya sampaikan Saudara-saudara dan saya mendoakan Saudara-saudara selalu mendapatkan lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, meskipun ada masalah insya Allah bisa kita atasi secara bertahap dan mudah-mudahan alam makin bersahabat.

 

Dengan demikian ikan yang ditangkap juga makin banyak dan halal, dan mudah-mudahan membawa manfaat bagi seluruh keluarga. Sampaikan salam saya kepada keluarga yang tidak hadir di tempat ini dan marilah kita lanjutkan ibadah kita, karya kita, pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta.

 

Sekian. Terima kasih.

 

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI