Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Dewan Perubahan Iklim, Jakarta, 30 September 2011

 
bagikan berita ke :

Jumat, 30 September 2011
Di baca 707 kali

SAMBUTAN PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA SIDANG DEWAN PERUBAHAN IKLIM,

DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA,

TANGGAL 30 SEPTEMBER 2011

 

 

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Saudara Wakil Presiden dan para peserta Sidang Dewan Perubahan Iklim yang saya hormati,

 

Alhamdulillah, hari ini kita dapat melaksanakan satu kegiatan penting, yaitu Sidang Dewan Perubahan Iklim, untuk membahas langkah-langkah secara nasional di dalam upaya mengelola atau mengatasi dampak perubahan iklim. Saya ingin mengingatkan kepada Saudara sekalian, bahwa upaya mengatasi perubahan iklim itu adalah agenda kita, agenda nasional, bukan hanya agenda dunia. Oleh karena itu, sikap kita haruslah dengan penuh kesadaran dan kesukarelaan untuk menyukseskan agenda nasional kita ini. Tidak boleh ada istilah terpaksa, atau karena ini menjadi komitmen global. Indonesia, Saudara-saudara, telah berbuat. Kita juga sudah punya rencana. Kebijakan kita juga sangat jelas, berkaitan dengan perubahan iklim ini. Yang penting, mari kita jaga konsistensi dari apa yang kita lakukan ini, dan ke depan mari kita berbuat lebih nyata dan lebih banyak lagi.

 

Kita menyadari bahwa dalam implementasinya, ada sejumlah persoalan yang harus kita kelola dengan baik dan kita atasi secara bersama. Sebagai contoh, ada persoalan koordinasi dan sinergi di antara kita, antar kementerian. Ada pula persoalan koordinasi dan sinergi antara pusat dengan daerah. Demikian juga, masih ada masalah sinergi dan relasi antara pemerintah, dunia usaha, dan the civil society yang bergerak di bidang perubahan iklim ini. Saya berharap ke depan, masalah atau persoalan itu bisa kita atasi dengan baik. Jangan kita merugi, gagal, untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi karena persoalan internal pada tingkat nasional. Jika ada perbedaan pandangan di antara kita, di antara policy makers, antara pusat dengan daerah, antara pemerintah dengan dunia usaha, dengan NGOs atau LSM, mari kita kembalikan kepada visi dan kebijakan dasar kita berkaitan dengan perubahan iklim ini, atau lengkapnya berkaitan dengan pembangunan seperti apa yang kita lakukan.

 

Saudara sudah tahu, dan kitapun terus gigih berupaya untuk mencapai sasaran pembangunan kita. Yang kita tuju adalah makin ke depan kesejahteraan rakyat makin tinggi, atau kemiskinan makin susut, lapangan pekerjaan makin baik. Yang itu juga berkorelasi pada susutnya kemiskinan, dan ekonomi ini terus tumbuh. Itulah yang kita sebut dengan, dulu, triple track strategy. Pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat yang pro pertumbuhan, pro lapangan pekerjaan, dan pro pengurangan kemiskinan. Ketiga sasaran itu, ketiga tracks itu, harus kita capai tanpa merusak dan mengabaikan lingkungan kita. Di sinilah sebetulnya hakikat dari green development, green economy. Itu kebijakan dasar kita, itu pilihan kita.

 

Oleh karena itu, saya berharap Dewan Nasional Perubahan Iklim terus bekerja, gigih berupaya, untuk memastikan bahwa semua kebijakan dan pelaksanaan pembangunan itu, baik untuk meningkatkan pertumbuhan, menciptakan lapangan pekerjaan, maupun menurunkan kemiskinan, semua itu tetap, tanpa merusak dan mengabaikan kelestarian lingkungan kita. Mari kita kembalikan ke situ. Kalau dispute di antara kita, mana yang kita utamakan ini, pengusahaan hutan atau proteksi hutan? Tidak harus dipilih, ya kalau kita ingin mencapai tujuan ekonomi dari pengusahaan hutan, lupakan lingkungan, atau sebaliknya, demi lingkungan stop pengusahaan hutan apapun, meskipun itu baik untuk ekonomi kita dan mereka juga memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian hutan. Itu yang saya maksudkan. Kembalikan semuanya itu pada strategi empat jalur. Tidak harus sekali lagi memilih salah satu. Semuanya bisa dihadirkan secara harmonis. Saya menangkap dispute, ataupun perbedaan pandangan selama ini berkisar kepada itu. Mana yang diprioritaskan, begitu bunyinya. Saya katakan capai tiga sasaran itu, growth, job, poverty reduction, dengan tetap melaksanakan pemeliharaan lingkungan.

 

Dalam konteks itu pula, saya ingin kita semua memahami lembaga yang telah kita bentuk untuk ini semua. Ada Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). Kalau kita ingin mengembangkan policy, itulah rumahnya. Kemudian kita kerja sama dengan negara sahabat untuk memelihara hutan. Tanpa kerja sama dengan negara manapun kita harus memelihara hutan. Tetapi ada kerja sama, karena mereka ingin contribute, ingin membantu, welcomed, karena mereka juga punya kepentingan. Ketika ada masalah-masalah, sudah ada rumahnya, yaitu Satgas, REDD+. Berdayakan itu, kembalikan itu. Jangan masing-masing merdeka sendiri-sendiri, seolah-olah punya otoritas dan kewenangannya. Ini koreksi saya, untuk kita segera tata, dengan demikian lebih bagus lagi.

 

Kemudian, tentu yang tidak kalah pentingnya, menyelesaikan perubahan iklim tidak mungkin hanya dilakukan oleh satu-dua negara. Mesti ada aksi kolektif dari bangsa-bangsa sedunia. Oleh karena itulah, kita pernah mengukir sejarah, dan kita juga dipandang oleh negara-negara lain karena komitmen kita, konsistensi kita terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, saya ingin kita tetap aktif di dalam berperan menghasilkan protokol baru pengganti Kyoto Protocol. Tahun lalu, alhamdulillah, konferensi di Meksiko berhasil. Dan itu bermula sebetulnya mulai dari Bali, kemudian di Polandia, kemudian di Copenhagen, kemudian di Cancun, Meksiko, insya Allah tahun depan di Durban, Afrika Selatan, saya tetap ingin Indonesia juga punya peranan yang penting di situ.

 

Dengan pengantar itu semua, Saudara-saudara, jangan sampai ini dianggap kerja sambilan. Ini kerja yang penting. Mari kita lebih serius lagi, ajak semua stakeholders, pemangku kepentingan, onboard, bersama-sama kita. Oleh karena itu, setelah ini saya berikan kesempatan nanti kepada Menko Kesra untuk memberikan pengantar. Kemudian saya persilakan Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim untuk meng-update apa saja yang mesti kita lakukan. Kemudian saya juga memberi kesempatan kepada Kepala UKP4, yang memimpin satgas kerja sama kita dengan negara sahabat. Dan kemudian, saya minta dua menteri lagi berbicara secara singkat nanti, yaitu Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Kehutanan untuk memastikan bahwa semua yang kita lakukan ini well-coordinated, saling bersinergi sehingga hasilnya harapan kita menjadi maksimal. Demikian pengantar saya, dan setelah break nanti, saya berikan kesempatan terlebih dahulu kepada Menko Kesra.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI