Sambutan Presiden RI - Munas Alim Ulama dan Rapimnas I PPP, Jakarta, 13 November 2016

 
bagikan berita ke :

Minggu, 13 November 2016
Di baca 1353 kali

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MUSYAWARAH NASIONAL ALIM ULAMA DAN RAPAT PIMPINAN NASIONAL I PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)

ASRAMA HAJI PONDOK GEDE, JAKARTA

13 NOVEMBER 2016




Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,


Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbilalamin. Washalatu wassalamu ‘ala asrafil ambiyai walmursalin, sayyidina, wahabibina, wasyafi’ina, wamaulana Muhammadin, wa’ala alihi wasahbihi ajmain. Amma ba’du.


Yang saya hormati, yang saya muliakan para Alim Ulama,

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja yang hadir,

Yang saya hormati Ketua Umum PPP beserta seluruh jajaran Pengurus Pusat PPP dan Pengurus DPW yang pada siang ini hadir,

Hadirin dan Undangan yang berbahagia,


Hari ini saya gembira bisa ber-silaturahim lagi dengan Keluarga Besar PPP, dengan para alim ulama.


Dan saya kira tadi sudah disampaikan banyak sekali oleh Ketua Umum PPP, Bapak Romy. Sebagian besar sebetulnya ingin saya sampaikan. Jadi, saya mengambil yang belum tadi disampaikan.


Yang pertama, saya ingin mengingatkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa besar, negara besar. Penduduk kita adalah nomor 4 terbesar di dunia.


Dan juga perlu kita ingatkan. Kita memiliki 17.000 pulau, 17.000 pulau. Dua per tiga negara kita adalah air, adalah samudera. Inilah karunia yang diberikan Allah kepada kita sebagai bangsa yang besar.


Geografisnya berada di tengah-tengah Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Sumber daya alamnya—saya kira saya tidak ingin bercerita—banyak. Dari yang gas, minyak, minerba, barang tambang, semuanya ada. Hutan, kayu, semuanya ada.


Kesuburan sudah tidak juga saya sebutkan lagi. Tanah di negara kita, tanah air kita, tanah yang sangat subur.


Sejarah, kalau kita lihat, dari mulai Sriwijaya, Majapahit, yang kemudian Kerajaan Islam Samudera Pasai, Kerajaan Demak. Inilah yang membuktikan bahwa negara kita adalah negara besar.


Dan kekuatan sebagai alat pemersatu bangsa kita adalah Pancasila sebagai ideologi. Sistem ketatanegaraan kita menghargai, memberikan jaminan, menjamin kita untuk menyampaikan aspirasi, menyampaikan pendapat.


Dan kita juga menghargai adanya kebinekaan, kemajemukan karena memang bangsa kita adalah beragam, adalah majemuk. Kalau kita sudah berpakaian dari beberapa daerah, kelihatan sekali betapa kita ini memang berbeda-beda.


Bahasa lokal kita, berdasarkan informasi yang saya terima, ada 340. Tetapi saya mendapatkan informasi lagi, ada 646 bahasa lokal.


Suku, berdasarkan informasi yang saya terima, kira-kira ada 700. Tetapi informasi terakhir, data yang saya dapat, ada 1.128.


Betapa banyaknya, betapa beragamnya kita ini. Betul-betul beragam. Inilah anugerah yang diberikan Allah kepada kita untuk kita kelola secara baik.


Oleh sebab itu, saya sebagai Presiden, sebagai Kepala Negara, dan kita bersama-sama ingin agar persatuan, kebersamaan di antara kita ini betul-betul kita jaga. Kita bersama-sama menjaga agar prinsip-pinsip yang ada di dalam Pancasila betul-betul tetap utuh.


Mengenai demo yang tanggal 4 kemarin, saya sangat mengerti sekali. Saya sangat mengerti sekali. Niatnya baik. Niatnya sangat baik.


Tetapi pada kesempatan yang baik ini, saya juga ingin mengingatkan kita. Proses mengenai Jakarta sudah pada proses wilayah hukum, sudah diproses oleh hukum sebelum demo itu terjadi. Saksi-saksi sudah dipanggil. Saksi ahli sudah dimintai pendapat.


Dan sudah berkali-kali saya sampaikan. Saya tidak akan intervensi apa pun terhadap proses hukum itu. Begitu saya intervensi, setiap hal apa pun pasti larinya ke saya untuk ikut-ikutan. Iya pasti, sehingga saya betul-betul menjaga itu.


Dan proses hukum ini masih berjalan. Jadi, sabar. Ya sabar.


Saya perlu mengingatkan kembali mengenai kebersamaan kita sebagai bangsa, perlu mengingatkan ini. Yang mayoritas saya ajak untuk melindungi yang minoritas. Tapi yang minoritas juga mau menghormati, menghargai yang mayoritas. Saling menghargai, saling menghormati, itu yang terus saya ingatkan. Dan akan terus saya ingatkan.


Kalau kita lihat coba di dalam 1 bulan ini, 2 minggu ini, 3 minggu ini, 1 minggu ini, coba Bapak, Ibu semuanya buka di media sosial, isinya saling menghujat, saling mengejek, saling memaki, fitnah, adu domba, provokasi. Ajaran Nabi adalah kelembutan, akhlak kelembutan, akhlakul karimah, bukan yang tadi saya sebutkan.


Oleh sebab itu, saya mengajak Bapak, Ibu, Saudara-saudara sekalian untuk mendinginkan suasana, terutama di media sosial ini, memberikan rasa kesejukan. Gunakan media sosial untuk syiar, untuk dakwah. Ajaklah ke sana.


Saya kadang-kadang, kalau di media sosial, pilih yang lucu-lucu untuk hiburan pikiran. Kalau baca yang dengan kata-kata yang seram, ada yang ‘Bunuh’, ada yang ‘Bantai’, ini apa ini? Kita ini mau ke mana?


Itu bukan tata nilai Islam. Itu bukan tata nilai bangsa Indonesia. Ini akan merusak karakter kita, merusak identitas kita, merusak jati diri kita sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.


Selalu saya sampaikan setiap konferensi besar apa pun. Baik di G20, di APEC, di ASEAN, selalu kata-kata ini saya pakai sebagai pembuka, “Indonesia, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, ingin menyampaikan 1, 2, 3, 4, 5.” Selalu saya gunakan itu untuk mengingatkan negara-negara yang lain bahwa kita negara besar, negara dengan penduduk muslim terbesar.


Dan di Indonesia, Islam dan demokrasi bisa berjalan beriringan, bisa berjalan dengan baik. Keberagaman bisa kita tunjukkan berjalan dengan baik. Inilah hal-hal yang pada sore hari ini perlu saya mengingatkan pada kita semua, termasuk pada saya, bahwa kita memang sangat beragam, sangat beragam.


Saya kadang-kadang, kalau ke daerah, ingin membuka itu dengan bahasa daerah. Saya membaca saja masih banyak yang tertawa karena keliru. Yang saya hafal Jawa Barat, ‘Sampurasun’. Itu saya ngerti, hafal. Tapi yang lain itu sulit sekali untuk menyampaikan, padahal saya tinggal membaca. Ini memang berbeda-beda.


Jadi, apa yang sudah tadi disampaikan oleh Bapak Ketua Umum PPP saya kira sesuatu yang harus kita laksanakan bersama-sama, agar negara kita menjadi semakin baik. Dan kita menggunakan energi kita, energi kolektif kita, energi kebersamaan kita, energi persatuan kita, untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang betul-betul mendasar, yang menjadi tantangan bangsa kita ke depan, baik yang berupa kemiskinan, ketimpangan kaya dan miskin, pengangguran. Saya kira tantangan kita ada di situ.


Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, terima kasih atas undangan yang diberikan kepada saya pada sore hari ini dalam Munas Alim Ulama dan Rapimnas I Partai Persatuan Pembangunan.


Dan saya mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang, ada hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Bapak-Ibu bisa sampaikan kepada Bapak Ketua Umum untuk disampaikan kepada saya, untuk dibisikkan kepada saya. Jangan terlambat. Saya hanya manusia biasa yang penuh dengan kekurangan.


Saya tutup. Terima kasih.


Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden