Sambutan Presiden RI - Peresmian Pelabuhan Wasior, Wasior, 19 Maret 2016

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 19 Maret 2016
Di baca 1115 kali

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERESMIAN PELABUHAN WASIOR

WASIOR, PAPUA BARAT

19 MARET 2016

 

 

 

Presiden Joko Widodo:

Selamat siang,

Salam sejahtera untuk kita semuanya,

Syalom.

 

Warga:

Syalom.

 

Presiden Joko Widodo:

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

 

Warga:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

 

Presiden Joko Widodo:

Apa kabar?

 

Warga:

Baik.

 

Presiden Joko Widodo:

Saya senaaang sekali. Siang hari ini, saya bisa hadir di Kabupaten Teluk Wondama, di Pelabuhan Wasior, bertemu dengan masyarakat. Masyarakatnya ramah-ramah sekali. Tadi di jalan, bersalaman aja sampai diguncang-guncang tangan saya.

 

Tapi Pak Menteri Perhubungan sayangnya tidak ngajak saya naik kapal. Jadi, lebih murah. Saya disuruh naik heli. Pengennya naik kapal.

 

Mestinya, kalau meresmikan pelabuhan, mestinya naik kapal. Bener kan? Kalau meresmikan airport, bandara, naik pesawat atau heli.

 

Tapi ini perintah. Udah, langsung sekarang perintah-perintah saja. Bandara dibangun, dimulai dengan runway yang panjang. Tapi tugasnya Pak Gubernur, Pak Bupati menyiapkan lahan, udah.

 

Jadi, tahun depan berarti airport-nya dibangun biar pesawat gede bisa turun. Masak tadi airport-nya hanya pendek gini?

 

Ya gunanya, kalau turun ke bawah, seperti itu. Jadi tahu, “Kok hanya pendek?” Berarti diperpanjang.

 

Tadi Pak Menhub menyampaikan, “Diperpanjang ga bisa.” Berarti dipindah. Carikan tempatnya. Nanti biar segera disiapkan anggarannya.

 

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,

Kenapa pelabuhan dibangun, kenapa airport juga dibangun di titik-titik terluar di negara kita ini? Karena kita ingin mempersatukan seluruh kabupaten, seluruh provinsi yang ada di negara kita, Indonesia.

 

Jadi, masyarakat Provinsi Aceh bisa naik kapal ke Jawa, ke Sulawesi, langsung ke timur Maluku, langsung kalau mau ke Wasior ke Wasior. Yang dari sini juga sama. Mau naik kapal ke Sumatera, juga sama, bisa dari sini ke Maluku, terus ke Jawa, bisa ke Sumatera. Kenapa tidak?

 

Tahun kemarin, sudah ada berapa kapal laut kita? Tiga ya? Tiga rute sudah ada. Yang lewat Wasior baru satu. Tahun ini ditambah lagi enam rute yang pasti jadwalnya.

 

Tapi bayarnya jangan mahal-mahal. Tiketnya disubsidi saja agar semua masyarakat bisa menggunakan.

 

Inilah yang nanti akan mempersatukan kita. Jadi, saya sampaikan juga waktu meresmikan airport di Rembele, di Kabupaten Bener Meriah, di Aceh. Juga airport baru, saya sampaikan. Dari Bener Meriah di Aceh, bisa terbang langsung juga ke Papua Barat. Kenapa tidak? Nanti dari sini juga, mestinya bisa terbang ke paling barat Indonesia. Kenapa tidak?

 

Ya itulah yang mempersatukan kita. Kalau di sana ada, di sini enggak ada, ya enggak akan sambung. Kalau di sini ada, di sana enggak ada, juga enggak akan sambung.

 

Tahun ini di wilayah Indonesia timur selesai dibangun 27 pelabuhan laut. Ada yang ekspansi, perluasan. Ada yang pembangunan baru. Ada 27 pelabuhan laut selesai dibangun pada tahun ini.

 

Dan kita harapkan nanti pada akhir tahun akan tambah lagi 68 pelabuhan laut lagi. Ini tidak hanya di Papua tetapi juga di Maluku, di NTT, dan beberapa di Sulawesi.

 

Selain untuk angkutan penumpang, juga untuk mempermudah angkutan barang. Tetapi, kalau barang sudah sampai di sini, misalnya yang di—saya berikan contoh yang di Papua, bukan Papua Barat—misalnya di Merauke sudah ada pelabuhan, artinya barang dari mana pun bisa berlabuh di Pelabuhan Merauke.

 

Tapi untuk naik lagi ke Pegunungan Tengah, ini kan perlu jalan darat. Jalannya belum ada sehingga harga—kemarin saya tanyakan—bensin sampai 60 ribu, semen sampai 800 ribu karena jalan daratnya ga ada. Inilah yang juga sudah saya targetkan. Tahun ini jalan daratnya bisa tembus. Itu yang di Merauke, di Agats, juga kemudian sampe di Wamena

 

 

 

Yang di sini juga sama. Tadi saya dibisiki oleh Menteri PU bahwa, yang dari Manokwari ke Windesi sampai nanti tembus di Wasior, itu hanya kurang 30 km. Tahun depan, moga-moga sudah tembus.

 

Ini janjinya Menteri PU, bukan janji saya. Saya ngecek nanti. Tahun depan saya cek. Ini Menteri PU.

 

Nanti, kalau tahun depan belum tembus, ini saya bagian ngecek-ngecek. Saya cek, kalau belum tembus, tinggal memarahi ya kan? Kalau sudah jadi, saya cek. Kalau sudah jadi atau masih dalam proses, baru nanti saya datang ke sini lagi.

 

Jadi, kembali ke masalah harga. Kalau semuanya sambung, barang-barang itu akan sama harganya di semua tempat. Tidak bisa semen misalnya di Sulawesi harganya 70 ribu, kemudian tadi di Wamena bisa sampe 800 ribu.

 

Ini harus dirampungkan, harus diselesaikan. Masalahnya apa? Infrastruktur jalannya belum ada.

 

Di sini juga sama. Kalau di sini, semen harganya berapa, Pak Bupati?

 

Warga:

80.

 

Presiden Joko Widodo:

80? Oh ya mirip-miriplah. Misalnya di Jawa 70 ribu, di sini 80 ribu, ya tidak ada masalah. Tapi, kalau udah sampai kayak di Wamena, 800, itu pasti infrastrukturnya belum siap.

 

Kalau bensin, berapa di sini?

 

 

Warga:

12ribu

 

Presiden Joko Widodo

12 ribu? Kok mahal ya?

 

Warga:

Iya.

 

Presiden Joko Widodo:

Kalau ke daerah, saya akan bertanya seperti ini. Akan saya cek, ada kekeliruan di sebelah mana.

 

Jangan-jangan Pertamina ngambil untung terlalu banyak. Iya enggak? Enggak boleh kayak gitu. Coba saya cek.

 

Saya itu kan bagian ngecek-ngecek gitu. Saya, kalau ke daerah itu, biasanya kalau ke rakyat itu, ada yang bisikin saya, “Pak, harga berasnya mahal, Pak.” Saya hanya catat aja, catat-catat. Nanti, “Ini apa sebabnya?.” “Pak, semennya mahal.” Saya catat.

 

Ya gunanya turun ke daerah seperti itu, sehingga keluhan-keluhan yang ada bisa kita tampung. Dan, kalau bisa secepat-cepatnya diselesaikan, diselesaikan. Kalau tidak, ya mundur setahun, dua tahun kan enggak apa-apa.

 

Tapi harus diselesaikan kalau ada masalah. Kalau tidak, nanti Pak Bupati ada juga bisikin saya. Nanti Bu Wagub, Bu Irene, bisikin saya. Pak Gubenur, Pak Abraham, bisikin saya.

 

Belum tentu kalau kita ini juga bener terus, iya enggak? Kadang-kadang ada salahnya. Tapi yang salah itu yang harus diluruskan, yang harus dibetulkan, dibenarkan.

 

Jangan merasa kita betul terus, benar terus. Belum tentu, sehingga itulah perlunya turun ke bawah, turun ke lapangan, mendengarkan suara-suara dan keinginan-keinginan yang ada di bawah.

 

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan, dengan mengucap ‘Bismillahirrahmanirrahim’, dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pelabuhan Wasior di Teluk Wondama, saya resmikan.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presidenw