Sambutan Presiden RI - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438, Jakarta, 19 Desember 2016

 
bagikan berita ke :

Senin, 19 Desember 2016
Di baca 1664 kali

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW 1438 H
ISTANA NEGARA, JAKARTA
19 DESEMBER 2016
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Washsholaatu wassalaamu' alaa asyrofil anbiyaai walmursalin, sayyidina wahabibina wasyafi’ina wamaulana Muhammadin, wa‘alaalihi waashabihi ajma’in. Amma ba’du.

Yang saya hormati, Yang Mulia para Alim Ulama, para Kiai, Habaib,
Yang saya hormati Pimpinan Lembaga Negara yang hadir,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati para Duta Besar perwakilan negara-negara sahabat,
Hadirin dan Undangan yang berbahagia,

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kita dapat memperingati Maulid Nabi besar Muhammad SAW dalam keadaan sehat walafiat, tak kurang sesuatu apa pun.

Shalawat dan salam marilah senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.

Dan Hadirin sekalian yang saya hormati,
Peringatan Maulid Nabi menjadi momentum yang tepat bagi kita semuanya untuk merenungkan keteladanan Rasullullah. Dalam hal kekuatan, akidah, dan ibadah, Rasullullah menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan akidah, pembinaan ibadah, pembinaan muamalah bagi umat Islam dengan beragam latar belakang sosial budayanya.

Dalam hal kekuatan ekonomi, di bidang ekonomi, Rasullullah juga memberikan contoh bagaimana membangun sebuah etos kerja umat, menegakkan moral para pelaku ekonomi, serta menggerakkan zakat, menggerakan infak, menggerakkan sodaqoh, dan menggerakkan wakaf sebagai sebuah sistem jaminan sosial.

Dalam hal keteladanan sosial, Rasulullah juga memberikan contoh, memberikan keteladanan, bagaimana membangun hubungan persaudaraan, ukhuwah islamiyah, membangun dan membudayakan tolong-menolong di antara sesama muslim.

Dalam hal kekuatan politik, di bidang politik, Rasulullah juga memberikan contoh dan keteladanan bagaimana membangun kontrak politik dengan semua unsur dan komponen masyarakat melalui Piagam Madinah, seperti tadi yang sudah disinggung oleh Bapak Menteri Agama.

Piagam Madinah merupakan piagam-negara tertulis pertama di dunia, jauh sebelum munculnya Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia yang dilahirkan oleh PBB di tahun 1948.

Dalam Piagam Madinah ini, antara lain diatur politik pertahanan negara dan hubungan muslim dengan nonmuslim. Dengan Piagam Madinah, ini jelas sekali ajaran Islam dan umatnya yang menghargai kemajemukan suku, golongan, dan agama.

Insya Allah, dengan meneladani Rasulullah kita bisa buktikan bahwa Islam itu adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam yang mengajarkan kedamaian, Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam, khususnya rahmat bagi bangsa dan negara kita, Indonesia.

Sejarah membuktikan bahwa, ketika umat Islam berkuasa, tidak pernah terjadi gangguan terhadap umat lain, ataupun pemaksaan untuk memeluk agama Islam.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Tantangan bangsa kita ke depan adalah makin sengitnya era persaingan global. Karena itu, di dalam negeri, di antara kita sendiri harus selalu bersatu, harus bahu-membahu untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju, negara yang berdaulat, negara yang mandiri, negara yang berkepribadian, negara yang berkarakter.

Karena itu, mari kita bicara baik Indonesia, bicara baik. Kita promosikan keindahan alam Indonesia, kita promosikan kekayaan budaya Indonesia, kita promosikan keramah-tamahan masyarakat kita, Indonesia.

Karena bicara baik, perbuatan baik itu, meskipun hanya sebesar zarah menurut Alquran Surat Al Zalzalah, akan mendapatkan balasannya, akan mendapatkan pahalanya, maka saya mengajak umat Islam di Indonesia untuk kita semuanya selalu berbicara baik, untuk selalu berpikir positif, untuk selalu optimis, untuk selalu bekerja keras dan memperkuat ukhuwah wathaniyah kita.

Hindari ajaran kebencian, hindari saling menjelekkan di antara kita, hindari hasutan-hasutan yang tidak berguna, hindari saling memprovokasi yang tidak berguna, hindari fitnah karena semuanya itu hanya melemahkan kita, hanya merugikan umat Islam di Indonesia, hanya merugikan bangsa kita.

Terakhir, saya ingin mengingatkan bahwa seluruh energi besar umat Islam di Indonesia sangat diperlukan bumi pertiwi ini untuk pembangunan, pembangunan yang akan menekan kemiskinan, mengurangi kemiskinan, menekan tingkat pengangguran, mengurangi pengangguran, menghilangkan kesenjangan sosial baik antarwilayah maupun antara yang kaya dan yang miskin.

Dengan meneladani Rasulullah, marilah kita rawat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk bergerak maju, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Terima kasih. Saya tutup.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


*****
Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden