Sambutan Presiden RI pada Acara Haul Syeikh Nawawi Al Bantani Ke-118, Serang, 23 September 2011

 
bagikan berita ke :

Jumat, 23 September 2011
Di baca 1938 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA HAUL SYEIKH NAWAWI AL BANTANI KE 118,

DI SERANG, BANTEN,

TANGGAL 23 SEPTEMBER 2011

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Saudara Wakil Ketua Komisi Yudisial, Saudara Ketua Komite Ekonomi Nasional,

Yang saya hormati Saudari Gubernur Banten, dan para pejabat negara dan pejabat pemerintahan yang bertugas di Provinsi Banten,

Yang sama-sama kita cintai dan kita muliakan pimpinan Pondok Pesantren An-Nawawi, Al Mukarrom Bapak KH Ma'ruf Amin beserta Ibu,

Yang saya cintai dan saya muliakan para ulama, para habaib, para kiai, dan para santri, keluarga besar Pondok Pesantren An-Nawawi,

Hadirin hadirat sekalian yang dimuliakan Allah SWT,

 

Marilah, pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, sekali lagi, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena kepada kita semua masih diberikan nikmat kesempatan, nikmat kekuatan, dan nikmat kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya, dan pengabdian kita kepada umat, kepada masyarakat, serta kepada bangsa dan negara tercinta.

 

Kita juga bersyukur pada malam hari yang membahagiakan ini, kita dapat bersilaturahim di tempat ini, untuk bersama-sama memperingati haul Syeikh Nawawi Al Bantani, seorang ulama besar pada tingkat dunia, yang kita kagumi dan kita banggakan.

 

Salawat dan salam marilah sama-sama kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para keluarga, para sahabat, dan para pengikut Rasulullah. Insya Allah termasuk kita semua kelak hingga akhir zaman.

 

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya cintai,

 

Sebagai wujud dari penghormatan, kekaguman, dan kebanggaan kepada Syeikh Nawawi Al Bantani, yang kita peringati haul-nya pada malam hari ini, saya telah mempersiapkan sebuah sambutan untuk mengenang beliau dan apa yang bisa kita lakukan ke depan di negeri tercinta ini. Namun, sebelum saya membacakan sambutan yang telah saya persiapkan ini, saya ingin merespon apa yang disampaikan tadi oleh Al Mukarrom Bapak KH Ma'ruf Amin, dan juga yang disampaikan oleh Gubernur Banten.

 

Pertama-tama, memang seharusnya pemerintah, sebagai wujud dari kecintaan, penghormatan, dan terima kasih kepada ulama besar pada tingkat dunia, Syeikh Nawawi Al Bantani, kita bisa membesarkan Pondok Pesantren An-Nawawi ini. Saya sudah berbicara dengan Menteri Agama, Bapak Surya Dharma Ali, untuk memberikan bantuan pengembangan sekolah ini, termasuk peralatan laboratorium dan instrumen bahasa yang diperlukan. Bersama kita, juga ada Ketua Komite Ekonomi Nasional, Bapak Chairul Tanjung, saya yakin dengan ikhlas juga akan memberikan bantuan pada Pondok Pesantren An-Nawawi ini.

 

Saya juga ingin memberikan bantuan, agar semua itu bisa digunakan dengan sebaik-baiknya, untuk menjadikan pondok pesantren ini sesuatu yang dalam bahasa Inggris disebut the center of excellence, pusat keunggulan dalam penyebaran dan syiar agama Islam.

 

Yang kedua, Ibu Gubernur menyampaikan harapan kepada saya selaku Presiden, agar kiranya Banten ditetapkan menjadi kawasan ekonomi wisata khusus, agar bisa dikembangkan pariwisata dan ekonomi di Banten ini, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tadi telah saya jelaskan, usulan dari Provinsi Banten tengah kita telaah dan kita kaji. Saya pun ingin Kawasan Wisata Khusus Banten ini bisa diwujudkan, dengan demikian insya Allah akan lebih meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat di wilayah ini. Tolong bersabar dulu, mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama pemerintah bisa memberikan penetapannya itu.

 

Yang kedua, usulan atau prakarsa untuk membangun jembatan Selat Sunda, sudah saya jawab empat tahun yang lalu, bahwa saya setuju. Dan setelah itu, pemerintah segera bekerja membangun jembatan Selat Sunda, menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Itu adalah pekerjaan maha besar. Nantinya, insya Allah, kalau jembatan bisa dibangun, akan menjadi jembatan terpanjang di dunia. Oleh karena itu, tidak boleh serampangan, apalagi ada Gunung Krakatu, kemudian ada kekuatan angin yang besar, ada wilayah yang tidak bisa ditancapkan tiangnya, berbeda dengan jembatan Surabaya-Madura atau Suramadu. Pendek kata, diperlukan teknologi, biaya yang tidak kecil untuk membangunnya.

 

Oleh karena itulah, selama 2,5 tahun pemerintah bekerja untuk menyiapkan rencananya. Insya Allah, dalam waktu dekat, Peraturan Presiden untuk menetapkan kelanjutan dari proyek ini bisa kita keluarkan. Dengan demikian, pada saatnya nanti, mudah-mudahan sebelum tahun 2014, sebagai pertanggungjawaban saya kepada rakyat dan masyarakat Banten, kiranya sudah bisa dimulai pembangunan jembatan Selat Sunda ini. Membangunnya memerlukan waktu yang lama, tapi insya Allah, akan terwujud pada saatnya nanti, manakala sudah rampung semua kajiannya. Dan kalau jembatan sudah dibangun, kawasan Banten dan kawasan Lampung akan tumbuh menjadi kawasan ekonomi baru. Dan pertumbuhan itu insya Allah membawa manfaat dan kesejahteraan, bukan hanya bagi masyarakat Banten dan Lampung, tetapi juga bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan.

 

Itulah jawaban saya. Dengan demikian, Saudara-saudara mengerti bahwa pemerintah pusat pun ingin membantu provinsi-provinsinya, termasuk Provinsi Banten yang memiliki potensi untuk dikembangkan di masa depan.

 

Hadirin dan hadirat yang saya hormati,

 

Sekarang saya ingin menyampaikan sambutan saya, khusus mengenang ulama besar kita, Syeikh Nawawi Al Bantani.

 

Haul Syeikh Nawawi Al Bantani mengingatkan kita untuk mengenang, sekaligus meneladani kehidupan beliau yang sarat dengan keteladanan dalam menyebarkan Islam, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Ada jarak waktu yang terbentang cukup jauh antara zaman dimana kita hidup sekarang ini dengan zaman ketika Syeikh Nawawi menjalani hidup dan perjuangannya. Beliau hidup lebih dari seabad yang lalu, namun jarak waktu yang begitu panjang tidaklah menyebabkan kita merasa jauh dari peri kehidupan beliau. Justru, kita selalu merasa dekat. Beliau seakan selalu hadir dan mewarnai kehidupan para kerabat serta para santrinya.

 

Sebagaimana kita ketahui bersama, sebagaimana tadi disampaikan oleh Bapak Ma'ruf Amin, Syeikh Nawawi Al Bantani adalah salah seorang ulama besar dari negara kita yang pernah mengajar di Masjidil Haram, Makkah Al Mukaromah, pada akhir abad XIX. Beliau pun mendapat gelar sebagai Sayyid Ulama Al Hijjaz, atau tokoh ulama Arab Saudi. Murid-muridnya datang dari berbagai negara, terutama dari Asia Tenggara. Saat itu, tentu tidak banyak ulama yang berasal dari tanah air kita yang memiliki kesempatan menyebarkan ilmunya di tanah suci, kecuali mereka yang benar-benar memiliki keluasan ilmu, kecerdasan intelektual, dan ke-tawadlu-an dari sosok ulama yang mulia.

 

Selama bermukim di Tanah Suci Mekkah, selain menyebarkan ilmunya, beliau juga banyak berinteraksi dengan para ulama dari berbagai negara. Melalui interaksi yang sangat erat itulah, keulamaannya diakui pula oleh para ulama dunia. Ketika beliau kembali ke tanah air, beliau mendirikan Pondok Pesantren An-Nawawi di kota ini. Pondok Pesantren yang telah melahirkan ribuan santri, ulama, dan cendekiawan muslim yang mumpuni. Beliau turut membentuk intelektualitas dan keulamaan para tokoh organisasi Islam di tanah air sebagaimana yang disebutkan tadi, cikal bakal atau pendiri dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyyah, dan Tarbiyah Islamiyah.

 

Beliau juga telah menulis lebih dari seratus buku atau kitab yang mencakup berbagai bidang ilmu agama, seperti Tafsir, Hadits, Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, dan Ilmu Tasawuf. Sebagian buku-buku itu sampai kini masih menjadi rujukan, tidak hanya di tanah air, tetapi juga di luar negeri, termasuk di Universitas Al Azhar Mesir. Sebagian pesantren di tanah air, sampai saat ini, masih menjadikan buku-buku beliau sebagai rujukan utama. Itulah Saudara, sekelumit sejarah yang penuh keteladanan dari Syeikh Nawawi Al Bantani.

 

Hadirin yang saya muliakan,

 

Salah satu pandangan Syeikh Nawawi Al Bantani yang patut kita teladani pada saat ini adalah pandangan keagamaan beliau yang moderat, yang benar, yang lurus, bukan yang ekstrim, bukan yang radikal, bukan yang bertentangan dengan Al Quran dan Al Hadits. Beliau dapat menerima atau mengakomodasi tradisi lokal dalam praktek keagamaan, selama hal itu tidak bertentangan dengan ajaran dasar agama Islam, seperti pelaksanaan haul pada malam hari ini.

 

Kita patut bersyukur, bahwa negara kita adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Umat Islam Indonesia mampu berperan dalam membawa perubahan besar menuju kebangkitan peradaban Islam. Keberhasilan pembangunan di tanah air kita telah menjadikan dunia Islam menaruh harapan, keinginan, dan kepercayaan kepada bangsa kita untuk meraih kembali kejayaan Islam di masa depan. Indonesia telah berhasil membuktikan bahwa Islam, demokrasi, dan modernitas dapat berjalan seiring dan sejalan, bahkan saling melengkapi. Kita telah berhasil membuktikan bahwa ajaran Islam yang bersifat universal telah menjadi inspirasi yang tidak pernah kering dalam mewujudkan sikap toleransi, perdamaian, dan jembatan ke arah kemajuan peradaban dunia.

 

Saat ini dan ke depan, kita mengemban tugas sejarah yang berat, namun mulia, untuk lebih banyak menyebarkan Islam yang sejuk dan damai sebagaimana didakwahkan oleh Rasulullah SAW hingga para ulama berikutnya, termasuk Syeikh Nawawi Al Bantani. Kita harus mampu membangun nilai-nilai peradaban Islam yang mencerahkan dan memberikan kedamaian, membangun peradaban mulia, yang mendorong keberagaman yang ramah dan makin memperkuat proses pemberdayaan masyarakat yang majemuk, kritis, dan bertanggungjawab.

 

Hadirin dan hadirat yang saya muliakan,

 

Dari apa yang saya kemukakan tadi, saya mengajak hadirin dan hadirat sekalian, untuk dapat meneladani beberapa nilai universal kehidupan yang telah diwariskan oleh Yang Mulia Syeikh Nawawi Al Bantani. Mari kita teladani sikap hidup beliau yang tetap rendah hati, tawadlu, walaupun telah memiliki penguasaan ilmu agama yang sangat luas. Saya juga ingin mengajak segenap keluarga besar Pesantren An-Nawawi untuk memperkuat fondasi pendidikan dan strategi dakwah agar pesantren ini dapat terus tumbuh dan berkembang tanpa kehilangan jati dirinya di tengah arus zaman yang terus berubah. Mari kita tingkatkan kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, utamanya dengan memberikan perhatian besar pada visi ke-Islam-an, kemodernan, dan kemanusiaan agar pondok pesantren dapat mengimbangi kemajuan dan perkembangan zaman.

 

Melalui momentum haul Syeikh Nawawi Al Bantani, marilah kita sebarkan ilmu yang bermanfaat, akhlak yang mulia, pribadi yang santun, toleran, dan kesolehan sosial sebagaimana diajarkan oleh beliau. Mari kita berikan sumbangan terbaik kepada bangsa dan negara kita, baik untuk saat ini maupun untuk generasi berikutnya. Mari kita bangun tatanan masyarakat berilmu, ulil albab, sebagai ciri bangsa yang berdaya saing tinggi, yang mampu memberikan kontribusi pada pembangunan peradaban.

 

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada keluarga besar Syeikh Nawawi yang telah mewarisi perjuangan beliau dalam memajukan dakwah, menyebarkan syiar Islam, dan menerapkan nilai-nilai universal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ke depan, Saudara-saudara, saya berharap keluarga besar Syeikh Nawawi beserta Pondok Pesantren An-Nawawi dapat terus meningkatkan peran dan pengabdiannya yang lebih luas lagi dalam meningkatkan iman, ilmu, dan amal soleh kaum muslimin, terutama di Banten dan sekitarnya.

 

Demikianlah pesan yang dapat saya sampaikan pada kesempatan yang membahagiakan dan semoga penuh berkah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian. Terima kasih.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI