Sambutan Presiden RI pada Konferensi Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon, Jakarta, 23-11-2010

 
bagikan berita ke :

Selasa, 23 November 2010
Di baca 790 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PERESMIAN PEMBUKAAN KONFERENSI DAN PAMERAN NASIONAL

GERAKAN PEREMPUAN TANAM DAN PELIHARA POHON

PADA TANGGAL 23 NOVEMBER 2010

DI MANGGALA WANABHAKTI, JAKARTA

                                                           

 

                                                           

 

Bismillahirrahmanirrahim,

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya cintai Ibu Negara, dan Ibu Herawati Boediono,

 

Yang saya hormati Saudara Ketua DPR RI, Saudari Wakil Ketua MPR RI, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,

 

Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat,

 

Saudara Wakil Gubernur DKI Jakarta, para pimpinan dan pengurus SIKIB dan organisasi kewanitaan di Indonesia, baik pusat maupun daerah, para peserta, baik konferensi maupun pameran, yang bertema "Penyelamatan Hutan Pantai dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir",

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas perkenan rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan ibadah, karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta, utamanya di dalam melanjutkan pembangunan bangsa.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Saya juga ingin mengucapkan selamat datang kepada para peserta yang datang dari berbagai wilayah di negeri kita ini, dan selamat mengikuti konferensi dan pameran.

 

Saya juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada pemrakarsa atas diselenggarakannya konferensi dan pameran nasional ini.

 

Tadi saya menyimak dengan seksama pidato Ibu Erna Witoelar dan pidato Menteri Kehutanan Republik Indonesia yang sangat tepat dengan apa yang menjadi tema konferensi dan pameran ini. Dan juga yang berkaitan dengan berbagai isu yang fundamental, yang menjadi tugas kita untuk menjawab dan mengatasinya, seperti isu lingkungan, isu kemiskinan, isu pemberdayaan kaum perempuan, dan sebagainya.

 

Tahun-tahun terakhir ini, saya sungguh menyimak apa yang dilaksanakan oleh kaum perempuan, yang dimotori oleh organisasi-organisasi kewanitaan, yang saya nilai konsisten untuk, di tengah-tengah kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh bangsa dan negara kita ini. Mencari solusi, mencari jalan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang kompleks itu. Dalam arti lain, saya harus mengatakan dengan hormat bahwa Ibu-ibu telah memilih untuk do something daripada do nothing. Ibu-ibu juga memilih untuk mencari solusi daripada membikin masalah.

 

Masih ada satu lagi simpanan saya. Kalau kita ingat prakarsa ibu-ibu semua sejak tahun 2007, Gerakan Tanam dan Pelihara Pohon waktu itu banyak yang mendukung, tetapi saya mendengar sebagian kecil memang seperti mengejek, "Memangnya kalau sekarang nanam pohon, terus enggak ada banjir lagi, begitu?" Tetapi saya senang waktu itu, ibu-ibu justru mengajak mereka semua dengan persuasif, "Ayolah kita menanam karena untuk anak-cucu kita, untuk negara yang sama-sama kita cintai." Ada pepatah, "Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu."

 

Atas jerih payah ibu-ibu di seluruh tanah air, yang didukung oleh banyak kalangan, maka kita menyaksikan hasil yang mulai kelihatan.

 

Saya ini termasuk pemerhati pohon dan lingkungan. Kalau ada pohon-pohon ditebang seenaknya di Jakarta ini, kalau ada tiba-tiba, mungkin angin kencang, tiba-tiba sekelompok pohon rebah, saya mesti langsung telepon. Kemarin saya menelepon Wakil Gubernur DKI Jakarta, "Kenapa tiba-tiba ada pohon dibabat banyak sekali?" Jawabannya memang ada. Tetapi, saya ingin kita semua sungguh mencintai lingkungan. Kalau kita sayang pada pohon, pada alam semesta, Allah akan menyayangi kita, karena semua itu ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, tepat bahwa tema lingkungan juga menjadi tema inti dari gerakan kaum perempuan di Indonesia.

 

Kalau menurut laporan Ibu Erna Witoelar, puluhan juta pohon telah kita tanam, maksud saya ibu-ibu. Puluhan juta benih ikan telah ditabur. Siapa yang tidak mengatakan bahwa ibu-ibu sekali lagi memilih berbuat, do something daripada diam ataupun bahkan terlalu banyak berkomentar. Ini sikap yang saya hargai. Mudah-mudahan menjadi budaya yang baik di negeri ini. Menjadi bagian dari solusi, do something, dan ikut mencari jalan keluar bagi permasalahan yang kita hadapi bersama. Oleh karena itu, Menhut telah mengatakan insya Allah dalam waktu dekat kita tingkatkan gerakan ini menjadi Gerakan Menanam 1 miliar Pohon tiap tahunnya; dan itu, boleh tepuk tangan, karena tidak banyak negara di dunia melakukan itu.

 

Bukan hanya Kementerian Kehutanan, bukan hanya pemerintah, termasuk pemerintah daerah, tapi harus menjadi gerakan nasional. Oleh karena itu, melalui pimpinan organisasi kewanitaan, saya berharap, tolong ajak kaum perempuan untuk mendukung Menteri Kehutanan, mendukung para Gubernur. Mendukung para bupati, dan para walikota, agar gerakan menanam dan tentunya memelihara 1 miliar pohon itu dapat dilaksanakan dengan baik.

 

Hadirin yang saya cintai,

 

Tema konferensi dan pameran ini, bisa dibaca di belakang saya, "Penyelamatan Hutan Pantai dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir". Saya dukung penuh tema ini. Mengapa? Kemiskinan di wilayah pesisir, di komunitas nelayan tergolong yang masih tinggi. Saya sering bertukar pikiran dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, dan para gubernur, bagaimana kita terus mencari ikhtiar meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

 

Kehidupan nelayan tradisional sering tidak pasti. Kalau musim tidak baik, cuaca buruk, gelombang tinggi, ikan pun menjauh, mereka gagal untuk mendapatkan hasil tangkapan yang tradisional. Saya lahir dan dibesarkan di perkampungan nelayan di Pacitan, tahu persis. Kadang-kadang, kalau musim buruk waktu itu, untuk membeli satu piring nasi tiwul, apalagi nasi beras, tidak selalu mudah. Oleh karena itulah, patut kalau dari masa ke masa kita perlu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

 

Di banyak tempat lagi-lagi komunitas pesisir diancam oleh ancaman tsunami, sebagaimana yang sering terjadi beberapa saat yang lalu. Kurang lebih tiga minggu yang lalu atau dua minggu yang lalu, saya berkunjung ke Mentawai, sekian tahun sebelumnya saya berkunjung ke Pangandaran dan Cilacap. Sekian tahun yang lalu saya berkali-kali datang ke Aceh dan Nias, termasuk Simeulue, melihat betapa memang ancaman tsunami di beberapa tempat di Indonesia ini, karena bentuk geografi kita, memang tinggi. Sekali lagi, lebih dialami oleh saudara-saudara kita kaum nelayan, komunitas di wilayah pesisir.

 

Oleh karena itu, tepat, Saudara-saudara, selain tentu pemerintah akan terus bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir ini, kalau kaum perempuan sungguh peduli dan kemudian berkontribusi di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir itu, termasuk tentunya yang sering saya lakukan, bukan hanya yang akan datang, gerakan kaum perempuan langsung di lapangan untuk menyelamatkan hutan pantai.

 

Ini juga sangat vital untuk kita lakukan di Indonesia, garis pantai kita panjang, hutan bakau kita banyak yang rusak, saatnya untuk kita melakukan rehabilitasi. Sebagaimana tadi dijelaskan manfaat dari rehabilitasi atau perawatan, atau penanaman, atau penyelamatan hutan pantai di negeri kita ini.

 

Para peserta konferensi dan pameran nasional sekalian,

 

Tadi saya katakan bahwa konferensi dan pameran ini sesungguhnya mengangkat paling tidak dua isu yang sangat penting yang dihadapi oleh bangsa mana pun di dunia ini, termasuk bangsa kita, yaitu isu tentang pembangunan, development, utamanya isu tentang pengentasan kemiskinan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat. Itu sentral, tidak pernah akan berhenti kita terus meningkatkan pembangunan kita dan meningkatkan upaya pengurangan kemiskinan. Never ending goal.

 

Yang kedua lingkungan sendiri, utamanya penyelamatan atau security dari masyarakat pesisir, dari ketidakberesan kita di dalam memperlakukan lingkungan, utamanya hutan pantai.

 

Saudara-saudara,

 

Ini kesempatan yang baik. Ibu-ibu banyak yang ada di tempat ini, mari saya, mari kita bicara tentang kemiskinan dan upaya penanggulangan kemiskinan.

 

Saudara-saudara,

 

Potret tentang kemiskinan bukan hanya dialami oleh bangsa kita, tetapi juga dialami oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Statistik mengatakan di dunia ini dari 6,8 milyar manusia, 20% adalah mereka yang hidupnya kurang dari 1 dolar per hari atau sama dengan sekitar 1,3 milyar manusia, itu miskin. Kalau dinaikan lagi, mereka yang hidup less than 2 dollars a day, tentu lebih banyak lagi. Ini potret dunia kita, apalagi di negara berkembang, termasuk negara kita juga masih kita hadapi persoalan ini.

 

Di Amerika Serikat, negara superpower, negara yang paling maju segalanya, termasuk ekonominya, saya membaca sebuah running text di sebuah televisi nasional bulan lalu, mereka mengatakan sebuah institusi, ada 35 juta yang dianggap juga belum mampu, atau 1 dari 7 rumah tangga mereka dianggap belum mampu. Ada yang berkata, "Tetapi pak income-nya lebih tinggi dengan yang miskin di Indonesia." Benar, tapi biaya hidupnya, the living cost juga lebih tinggi dibandingkan di negara kita.

 

Negara kita sendiri bagaimana? Masih menjadi permasalahan yang mendasar dan tetap menjadikan prioritas kita untuk mengurangi kemiskinan. Saya ingin ambil potret pada 6 tahun terakhir. Tahun 2004 yang miskin di negara kita 16,66% setara dengan 36 juta lebih. Tahun 2005 turun, menjadi 15%. Tetapi 2006 karena krisis minyak, harga BBM melambung sangat tinggi waktu itu, maka kemiskinan justru menjadi 17,75% atau setara dengan 39 juta sekian orang.

 

Alhamdulillah, dengan kerja keras semua di negeri ini, maka pada tahun 2010 ini telah kita turunkan yang dari 17,75 itu menjadi 13,33 atau setara dengan 31 juta. Tetapi dengan catatan penduduknya bertambah, sensus terakhir berjumlah 237 juta penduduk kita.

 

Yang ingin saya sampaikan, alhamdulilah makin susut, tetapi tentu kita harus bekerja lebih keras lagi untuk terus mengurangi kemiskinan itu. Dengan apa kita mengurangi kemiskinan, supaya Ibu-ibu tahu harus ikut berkontribusi di mana?

 

Pertama, harapan kita kalau ekonomi terus tumbuh. Alhamdulilah, ketika dunia mengalami krisis, yang lain tumbuh minus, kita tetap positif bersama-sama dengan Tiongkok dan India. Ini modal. Oleh karena itu, economic growth asalkan dengan pemerataan atau with equity, itu dijalankan, maka secara bertahap kemiskinan bisa kita kurangi.

 

Ibu-ibu pernah mendengar, sejak tahun 2005 kita mengenal triple track strategy. Bukan hanya pertumbuhan semata, tapi juga kemiskinan dan pengangguran yang kita sentuh. Tahun lalu kita kenalkan four, bukan tiga. Empat track strategy, disamping pro-growth, pro-poor, pro-job, juga pro-environment. Jadi sudah lengkap, ibarat makanan itu 4 sehat 5 sempurna. Kalau itu kita jalankan semua di negeri ini, tentu tahun demi tahun, dasawarsa demi dasawarsa, negara kita akan bertambah baik.

 

Tapi ternyata, kalau hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi semata sering tidak cukup. Oleh karena itu, pemerintah dengan anggaran yang tidak sedikit, itu juga melakukan intervensi langsung. Melalui apa? Bantuan-bantuan langsung, seperti Jamkesnas, BOS, PKH, jaminan lanjut usia, bantuan bencana dan sebagainya. Kemudian PNPM yang sudah dilaksanakan di semua kecamatan dan desa, dan Kredit Usaha Rakyat. Itu semua dilakukan.

 

Ada yang berkomentar, meskipun pemerintah telah menjalankan itu semua, tapi pendapatan kok tidak naik-naik. Sebenarnya naik income per kapita kita tahun 2004, itu sekitar 1.100 dolar Amerika Serikat. Tahun ini menjadi hampir 3.000, 2.963. Hampir naik 3 kali, siapa bilang tidak naik. Apa sudah cukup? Ya belum, memang masih harus kita tingkatkan lagi.

 

Lagi pula begini Saudara-saudara, mengukur kemiskinan jangan hanya income saja, dengarkan definisi kemiskinan menurut Bank Dunia yang dikeluarkan tahun 2000. Saya bacakan di sini. Poverty is hunger, orang miskin itu lapar. Poverty is lack of shelter, orang miskin itu sulit untuk berteduh. Poverty is being sick, sakit, and not able to go to school, tidak bisa bersekolah putra-putrinya, and not knowing to know how to read, tidak bisa, bagaimana bisa membaca.


Poverty is not having job,
tidak punya lapangan pekerjaan, is fear for the future, takut akan masa depan, and living one day at one time, hidupnya seolah-olah dari hari ke hari. Poverty is losing a child, kehilangan putra-putrinya barangkali bayi-bayinya, to illness, karena sakit, bring about by unclean water, karena air yang tidak bersih, air yang kotor. Poverty is powerlessness, orang tidak berdaya, lack of people's condition freedom, kadang-kadang tidak diwakili dan tidak punya kemerdekaan.

 

Atas dasar itulah, strategi kita bukan hanya meningkatkan income-nya, membikin mereka bisa sekolah, membikin mereka kalau sakit bisa berobat, membikin yang lain-lain. Itulah total strategy of poverty reduction. Mari kita jalankan, yang penting implementasinya di seluruh Indonesia dan saya mengundang semua pihak untuk menjadi bagian dari upaya besar ini.

 

Beberapa hari yang lalu, ada G-20 Summit, ibu-ibu tahu, hadirin tahu 20 negara plus tentu PBB dan lembaga-lembaga lain melaksanakan pertemuan puncak di Seoul, Korea Selatan. Untuk pertama kali isu pembangunan itu diangkat. Negara-negara maju biasanya, tentu bukan tidak suka, tetapi lebih dekat dengan masalah-masalah pertumbuhan, investasi, perdagangan, architecture financial dan seterusnya, tapi pertama kali dibahas isu development.

 

Dan saya kemarin menjadi lead speaker untuk membahas isu development di pertemuan Seoul itu, tentu saya sampaikan ekonomi dunia boleh tumbuh, tapi jangan lupa pertumbuhan itu juga dinikmati oleh yang miskin, oleh negara-negara berkembang. Kita katakan juga, ada gap, kesenjangan negara maju, negara berkembang, negara miskin. We have to narrow the gap, harus makin kecil gap itu, diperlukan kerja sama internasional.

 

Dan yang tidak kalah pentingnya, yang saya minta tolong ibu-ibu, tolong disukseskan adalah perlunya financial inclusion. Artinya apa? Usaha mikro, usaha kecil, koperasi itu diberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman. Kita sudah sejak tahun 2007 menjalankan program KUR, besar. 2009-2014 kita anggarkan 100 triliun untuk pinjaman itu. Itu penting. Tolong ibu-ibu bantu agar rakyat kita, termasuk yang di pesisir nanti mendapat akses pinjaman Kredit Usaha Rakyat agar tumbuh usaha kecilnya, koperasi dan usaha mikronya. Kalau itu terjadi, insya Allah mereka akan meningkat pendapatannya dan akhirnya menjadi kurang miskin.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Saya menilai tema yang dipilih oleh gerakan kaum perempuan adalah tema-tema yang memang menjadi permasalahan yang dihadapi rakyat kita, ketahanan pangan, sanitasi, air bersih, lingkungan. Hari ini kesejahteraan masyarakat pesisir. Saya justru ingin mengajak kaum perempuan Indonesia dan siapa saja komponen di negeri ini untuk masuk pada wilayah yang lebih lengkap lagi. Ibu-ibu tahu bahwa dunia harus mencapai Millenium Development Goals. Mari kita capai. Saya sudah menunjuk duta besar kita, Ibu Nila Muluk misalnya, dan tentu sejumlah menteri yang saya tugasi untuk menyukseskan Millenium Development Goals ini, mari kita sukseskan.

 

Ada lagi yang ingin saya sampaikan hari ini, yaitu ibu-ibu pernah dengar yang namanya human security. Tahun 1995, Perserikatan Bangsa Bangsa menyelenggarakan pertemuan puncak di Copenhagen dengan judul World Summit on Social Development. Yang dibahas waktu itu adalah laporan dari UNDP, badan PBB, yang berjudul Human Development Report of 1994. Di situ ada topik atau substansi tentang human security. Yang ini kalau kita dalami dan kita jalankan klop dengan Millenium Development Goals. Klop dengan tujuan pembangunan di indonesia, klop dengan pengurangan kemiskinan, klop dengan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.

 

Ada tujuh hal, tujuh ancaman terhadap manusia, terhadap komunitas. Tolong disimak yang ingin saya sampaikan dan apabila ini kita selesaikan satu per satu, maka meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia pada saatnya akan dapat kita capai dengan baik.

 

Pertama, ada tujuh ya. Pertama adalah yang disebut economic security. Keamanan ini bukan keamanan seperti militer, polisi, perang, bukan, keamanan lebih bersifat, ya keamanan, ya keselamatan, ya kebaikan, ya seperti-seperti itu. Economic security dalam arti, mari kita pastikan makin ke depan rakyat kita memiliki pekerjaan dan kemudian mendapatkan penghasilan. Itu dulu. Yang sedang bekerja sekarang, kalau tiap saat diancam pengangguran, PHK atau tidak bisa bekerja lagi, maka dia tidak mendapatkan economic security. Mari kita pastikan ada job, ada income.

 

Yang kedua, food security, pangan, makanan. Harus ada pangannya, didistribusikan dengan baik dan harganya terjangkau. Dunia sedang mengalami tantangan berat, karena penduduknya terus bertambah menjadi 6,8 milyar. Harganya pun di banyak negara telah mulai meningkat. Mari kita sentuh untuk food security ini.

 

Yang ketiga health security, kesehatan. Mari kita perangi penyakit menular. Mari kita bikin, kita hadirkan air bersih. Mari kita pastikan nutrisi dan gizi makin baik.

 

Yang keempat, environmental security, lingkungan. Mari kita cegah polusi, pencemaran yang berlebihan, air pun juga demikian, climate change jangan sampai merajalela di bumi ini, termasuk di negeri ini.

 

Yang kelima adalah personal security, keamanan orang-seorang, semua, termasuk saudara-saudara kita di seluruh di wilayah tanah air, di jalan-jalan, siang dan malam, di kota, di desa. Apa maksudnya keamanan orang-seorang ini? Tidak terancam oleh kejahatan, tidak terancam oleh kekerasan, tidak terancam oleh terorisme. Terorisme itu tiba-tiba orang tidak tahu-menahu di pasar, bom meledak, sekian puluh orang meninggal. Tidak tahu-menahu, dia mau belanja, mungkin beli obat untuk putrinya, beli buku, tiba-tiba ikut meninggal. Kalau perang jelas, negara melawan negara lain, tentara tugasnya perang, kalau gugur, ya resikonya. Tapi kalau terorisme, tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba jadi korban. Itu termasuk personal security.

 

Yang keenam, community security. Kita pernah mengalami konflik komunal, di Ambon, di Poso, di tempat-tempat lain. Ke depan marilah kita cegah, karena itu mengancam komunitas kita.

 

Dan yang ketujuh adalah political security. Artinya apa? Jangan sampai orang ingin berpolitik, ingin berdemokrasi, lantas mendapatkan ancaman yang berat, istilahnya penghilangan. Banyak kisah seperti ini di negara-negara yang memang tangan besi dijalankan. Kemudian kekerasan sehingga tidak ada kehidupan demokrasi, tidak ada kehidupan politik yang mereka bisa mengekspresikan pikirannya.

 

Saya kira 7 security itulah yang menjadi hajat kita dan mari kita sentuh secara bersama. Untuk ibu-ibu pilihlah yang klop, yang cocok dengan apa yang menjadi kepatutan dari gerakan kaum perempuan di Indonesia. Konferensi ini saja telah menyentuh banyak hal, telah menyentuh elemen dari human security yang tadi itu.

 

Akhirnya saudara-saudara, saya ingin menyampaikan ajakan dan harapan kepada organisasi kaum perempuan pada semua gerakan perempuan di negeri ini. Pertama, ajak dan bersama-samalah dengan masyarakat untuk menyelamatkan hutan pantai, yang riil, yang konkret, dalam kaitan gerakan perempuan tanam dan pelihara.

 

Yang kedua, bantu pemerintah, utamanya pemerintah daerah, gubernur bupati dan walikota untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, untuk mengurangi kemiskinan mereka.

 

Yang ketiga, ajak, berdayakan dan perankan kaum perempuan di wilayah pesisir, jangan hanya dibantu, dibantu, dibantu saja, tapi juga diberdayakan, untuk mereka sendiri bisa akhirnya meningkatkan taraf hidupnya. Ini bisa dengan pelatihan, dengan sekali lagi, menyalurkan Kredit Usaha Rakyat, dengan menghidupkan koperasi, dengan melaksanakan gerakan kebersihan, dengan menanam dan memelihara pohon, termasuk hutan pantai, dengan menyukseskan Keluarga Berencana. Ingat tantangan untuk Keluarga Berencana di komunitas masyarakat pesisir itu besar, tinggi. Mari kita sentuh dengan baik untuk mereka semua, untuk kesejahteraan mereka, untuk taraf hidup mereka semua.

 

Dan yang keempat, ini saran saya, di waktu yang akan datang barang kali bagus kalau organisasi perempuan, kaum perempuan memikirkan lagi, mungkin sudah dilakukan. Tetapi saya lihat ketika saya berkunjung ke daerah, ke provinsi, kabupaten dan kota, termasuk di sekitar Jakarta ini, saya masih belum puas benar, yaitu kebersihan lingkungan dan juga air bersih. Coba lakukan gerakan, ajak semuanya untuk membikin semua tempat di negeri kita ini bersih dan sehat, termasuk air, air minum, air bersih yang ada di situ. Kalau itu dilakukan, insya Allah akan berubah negeri ini.

 

Begini falsafahnya, kalau lingkungan kita kotor, tidak bersih, bau, berserakan sampah di sana-sini, ada nyamuk, ada lalat berhari-hari, berbulan-bulan kita seperti itu atau semrawut, tidak teratur dan segala macam, hati kita akan seperti itu. Tapi kalau makin bersih, makin bersih, makin bersih, hati kita bersih, jiwa kita bersih, pikiran kita bersih, tidak mudah korupsi, tidak mudah macam-macam, tidak mudah menyimpang ke sana ke mari, karena lingkungannya bersih, teratur, rapih, indah.

 

Satu-satunya dengan gerakan, tidak cukup dengan seminar, tidak cukup dengan konferensi, tidak bisa juga dengan inpres, perpres, undang-undang, gerakan di RT, RW, kampung, desa dipelopori. Tolong ibu-ibu, tolong di situ juga. Saya tahun sudah, tapi teruskan. Kalau seminar tentang globalisasi serahkan yang lain saja. Ibu-ibu lebih bagus seperti-seperti ini, selama ini sudah cocok dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat kita.

 

Itulah yang ingin saya sampaikan dan saudara-saudara akhirnya dengan memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Konferensi dan Pameran Nasional tentang Penyelamatan Hutan Pantai dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir dengan resmi saya nyatakan dibuka.

 

Sekian.

 

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.