Sambutan Presiden RI pada Peresmian RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta, 7 Juli 2011
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERESMIAN RUMAH SAKIT
KHUSUS KANKER
MOCHTAR RIADY COMPREHENSIVE CANCER CENTER
(MRCCC)
SILOAM SEMANGGI
DI SEMANGGI, JAKARTA
TANGGAL 7 JULI 2011
Assalamualaikum Wr. Wb.,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Â
Yang saya cintai dan saya hormati Ibu Karlina Umar Wirahadikusumah,
Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden,
Utusan Khusus Presiden untuk MDG,
Para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
Para diplomat yang bertugas di Indonesia,
Bapak Mochtar Riady dan segenap keluarga besar Lippo Grup serta MRCCC,
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Â
Marilah pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena kepada kita masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk melanjutkan tugas dan pengabdian kita, membangun bangsa dan negara tercinta, utamanya memajukan dunia kesehatan di tanah air.
Â
Saya atas nama negara
dan pemerintah, dan selaku pribadi, pertama-tama mengucapkan selamat disertai
penghargaan yang tinggi atas prakarsa yang baik dan telah dapat dibangunnya
Rumah Sakit Khusus Kanker MRCCC, yang sebentar lagi akan saya resmikan. Semoga
niat baik dari Bapak Mochtar Riady dan semua yang mewujudkan impian indah ini,
mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa karena sangat berguna untuk misi
kemanusiaan di negeri kita.
Dengan dapat dibangunnya fasilitas ini, maka Rumah Sakit Khusus Kanker pada
khususnya, dan infrastruktur kesehatan pada umumnya, lebih meningkat lagi.
Tentu, ini baik bagi pengembangan sektor kesehatan di Indonesia.
Â
Sebagaimana kita ketahui, kesehatan sangat penting. Ada tiga hal, yang menurut saya melekat pada kualitas hidup manusia, yaitu kesehatan, pendidikan, dan pendapatan yang layak. Manakala tiga-tiganya dimiliki, kita boleh mengatakan, seseorang itu, rumah tangga itu, memiliki kehidupan yang layak. Oleh karena itu, setiap usaha, prakarsa, dan karya nyata dari manapun datangnya, tentu dari pemerintah tapi nonpemerintah, dan pihak manapun untuk meningkatkan derajat kesehatan, pendidikan, dan peningkatan pendapatan orang-seorang, tentunya kita semua wajib berterima kasih, dan menyampaikan penghargaan yang tinggi.
Â
Saudara-saudara,
Bulan lalu, saya bertemu dengan Direktur Jenderal WHO, World Health Organization, di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, di
Jenewa. Kebetulan bulan lalu, saya bersama delegasi diundang untuk hadir di
markas PBB di Jenewa atas undangan pimpinan ILO, organisasi buruh sedunia,
untuk memberikan pidato kunci saya di sebuah acara yang penting, yaitu sesi ke-100
ILO. Mengapa saya sebagai Presiden Indonesia diminta untuk hadir dan memberikan
sambutan? Menurut Pimpinan ILO, karena Indonesia dinilai memberikan perhatian
yang baik kepada kaum buruh, dan pada saat dunia menghadapi krisis tahun
2008-2009 yang lalu, solusi yang diambil oleh bangsa kita juga dianggap
berpihak pada kaum buruh, tentu di samping berpihak kepada rakyat secara
keseluruhan. Untuk itulah, kita diminta untuk berbagi kebijakan, program, dan
aksi nyata kita yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemajuan kaum pekerja di
Indonesia, dan termasuk upaya kita di dalam mengelola krisis global dua tahun
yang lalu.
Â
Pada kesempatan yang baik itulah, sebagaimana saya sampaikan tadi, saya melaksanakan pertemuan bilateral. Saya dengan delegasi Dr. Margaret Chan, Pimpinan WHO. Ada tiga hal yang kami bicarakan. Pertama, ingin terus dilanjutkan dan dikukuhkan kerja sama antara Indonesia dengan WHO. Pertama, di dalam mengatasi penyakit menular, communicable diseases. Yang kedua, justru kerja sama di dalam mengatasi penyakit tidak menular, noncommunicable diseases. Dan yang ketiga, kerja sama di dalam mencapai tujuan MDGs atau Millennium Development Goals. Bahkan Dr. Margaret Chan juga mengundang saya untuk bisa hadir pada bulan September di New York, di Perserikatan Bangsa-Bangsa, karena akan dibahas masalah yang sangat penting: upaya global, upaya bangsa-bangsa di dalam mencegah dan mengontrol penyakit tidak menular.
Â
Jadi, tepat sekali apa yang disampaikan oleh Bapak Mochtar Riady dan Menteri Kesehatan kita tadi, betapa kita harus memberikan perhatian, membangun fasilitas untuk bisa mencegah dan mengatasi berkembangnya penyakit tidak menular sebagai trend baru pada bangsa-bangsa sedunia. Dan pengalaman menunjukkan, makin maju kehidupan sebuah bangsa, menjadi emerging nations, menjadi developed countries, maka kecenderungan untuk penyakit tidak menular sebagai sumber kematian itu makin tinggi dan makin nyata, sebagaimana tadi dijelaskan oleh Menteri Kesehatan.
Â
Bapak-Ibu, Hadirin yang saya hormati,
Saya memiliki pendapat
yang sama. Marilah kita lakukan semua upaya, baik pemerintah maupun kalangan
yang lain, untuk bersatu padu melakukan langkah-langkah yang efektif di dalam
mencegah dan mengontrol berkembangnya penyakit tidak menular. Tentu kita masih
punya pekerjaan rumah, terutama di daerah-daerah, untuk mengatasi penyakit
menular.
Upaya besar ini,
prevention and control of noncommunicable diseases,
bisa kita lakukan melalui pendidikan atau edukasi, melalui penerangan,
penyuluhan atau sosialisasi. Kita berharap Puskesmas itu proaktif untuk
menjelaskan kepada masyarakat di seluruh tanah air bagaimana kita bisa
mencegah, menghindari, dan melakukan treatment dini terhadap mereka yang
terkena penyakit tidak menular, sampai kepada iklan, billboard, spanduk
mesti digalakkan, terutama di kota-kota besar agar masyarakat waspada, peduli,
dan sadar ada yang membahayakan kehidupan kita, yaitu penyakit tidak menular.
Jadi, billboard kita, spanduk kita, jangan hanya diisi yang serba
politik, tapi mari kita isi pula sesuatu yang menjadi kepentingan rakyat kita
secara keseluruhan.
Â
Hadirin yang saya hormati,
Â
Arah, kebijakan, dan program kesehatan kita sudah memperhatikan semua tantangan, ancaman, dan persoalan di bidang kesehatan nasional, yang dihadapi oleh rakyat kita, dan dari waktu ke waktu ini akan terus kita sesuaikan, kita kembangkan, dan kita tingkatkan, merespon pada situasi yang juga terus berubah. Yang ingin saya sampaikan adalah prioritas atau agenda utama pemerintah di dalam bidang kesehatan, antara lain kita memang harus membantu saudara-saudara kita yang tidak mampu. Lahirlah sejumlah kebijakan dan program, seperti Jamkesmas dan kebijakan-kebijakan yang sejenis. Tidak boleh terjadi di negeri ini, saudara kita karena miskin, tidak punya, kemudian sakit, tidak bisa berobat. Itu adalah kewajiban moral kita untuk memastikan dengan kebijakan, dengan anggaran yang kita hitung, mereka harus bisa berobat.
Â
Yang kedua, kita juga terus meningkatkan membangun infrastruktur kesehatan di daerah, termasuk daerah-daerah terpencil. Ini kita lakukan selama tujuh tahun terakhir ini, dengan harapan makin ke depan, dengan pertumbuhan ekonomi kita, dengan penerimaan negara kita, dengan pembelanjaan negara yang makin meningkat, kita berharap infrastruktur kesehatan di seluruh Indonesia bisa terus kita tingkatkan.
Â
Kemudian, kita tentu ingin memodernisasi fasilitas, infrastruktur, dan rumah sakit-rumah sakit kita. Modern hospitals tentu harus kita hadirkan di kota-kota besar, karena memang diperlukan, setelah saya katakan tadi, fasilitas dan infrastruktur untuk saudara-saudara kita, terutama yang tidak mampu, juga kita bangun dan kita kembangkan.
Â
Kita tentu tidak
ingin, Saudara-saudara, banyak warga negara kita memilih berobat di luar
negeri, entah ke Singapura, entah ke Tokyo, entah ke Australia, ke Malaysia, kemanapun
karena dianggap negara-negara itu memiliki rumah sakit yang modern dan kemudian
kita dianggap tidak. Oleh karena itulah, kita juga ingin, disamping
meningkatkan jumlah modern hospitals, kita juga ingin terus meningkatkan
knowledge and skills dari para dokter kita, para spesialis kita, para
paramedis kita. Dengan demikian, kita memiliki daya saing yang lebih meningkat.
Saudara-saudara,
Dalam kaitan itu semua, berkaitan dengan kegiatan kita hari ini, maka saya
ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada dunia usaha,
tentu termasuk MRCCC, yang juga berkenan untuk membantu saudara-saudara kita
yang kurang mampu. Saya mendapatkan informasi, bahwa sekitar 30% dari MRCCC ini
juga menyediakan kemudahan bagi saudara-saudara kita yang tergolong tidak
mampu. Boleh tepuk tangan, Saudara-saudara.
Ibu Menteri Kesehatan melapor kepada saya, sebenarnya persyaratan yang kita
harapkan sekitar 10% itu bisa dipenuhi, bisa diberikan oleh dunia usaha, rumah
sakit swasta, tetapi MRCCC memberikan
slot
sekitar 30%. Oleh karena itu, insya Allah Pak Mochtar Riady
pahalanya tinggi, dan mudah-mudahan membawa kebaikan bagi MRCCC dan bagi rakyat
kita semua nanti.
Â
Saudara tahu bahwa
mengurangi kemiskinan itu ditempuh dengan tiga cara. Pertama, melalui hukum
ekonomi, melalui mekanisme pasar ekonomi. Kalau ekonomi tumbuh, lapangan
pekerjaan tercipta. Orang yang punya pekerjaan atau tidak nganggur, punya
pendapatan atau income. Dengan punya pendapatan, insya Allah
menjadi tidak miskin atau kurang miskin.
Yang kedua, pemerintah menetapkan program-program khusus dengan anggaran yang
tidak sedikit untuk membantu menanggulangi dan mengentaskan kemiskinan. Kita
tahu ada
cluster 1, cluster 2, cluster 3, cluster
4, semuanya sebetulnya adalah inisiatif pemerintah, dengan anggaran yang kita
siapkan membantu saudara-saudara kita yang masih miskin. Itu jalur yang kedua.
Sedangkan jalur yang ketiga adalah kontribusi dari dunia usaha, dari swasta,
dari kaum pebisnis.
Kalau tiga-tiganya makin ke depan makin kita jalankan, saya yakin angka
kemiskinan yang terus susut akan lebih besar lagi susutnya, sehingga upaya kita
untuk mengurangi kemiskinan secara signifikan, atau upaya kita untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat di seluruh tanah air itu, akan berhasil lebih
baik lagi. Sekali lagi, saya mengucapkan kepada dunia usaha dengan CSR dan
bentuk-bentuk yang lain, yang membantu kaum miskin, saudara-saudaranya yang
belum mampu, saya sungguh berterima kasih dan menyampaikan penghargaan yang
setinggi-setingginya.
Saudara-saudara,
Saya juga mendukung dan berharap terus dikembangkan kemitraan atau partnership
antara pemerintah, perguruan tinggi atau universitas, dan kemudian rumah
sakit-rumah sakit swasta, kalangan dunia usaha. Kalau kemitraannya baik, maka
fungsi pendidikan, penelitian, dan pengobatan yang ingin dihadirkan dalam MRCCC ini, ataupun center-center
yang lain itu akan berhasil dengan baik.
Â
Saya meminta Menteri Kesehatan untuk mendorong, mengambil inisiatif untuk memastikan bahwa kemitraan ini, partnership ini berjalan dengan baik. Sekali lagi, unsur pemerintah sebagai policy maker, sebagai regulator, dengan kalangan dunia usaha yang betul-betul mendirikan rumah sakit, memberikan pelayanan kepada publik, dan universitas yang mencetak, mendidik, meningkatkan kemampuan dari para dokter, para spesialis, dan paramedis kita. Saya menggarisbawahi sekali lagi, tripartit dalam bidang kesehatan ini untuk betul-betul dilaksanakan dengan baik.
Â
Saudara-saudara,
Saya ingin menyoroti khusus tentang konon masih banyaknya saudara-saudara kita,
terutama golongan mampu yang memilih berobat ke luar negeri. Begini, kalau
saudara-saudara kita gemarnya sedikit-sedikit berobat ke luar negeri, yang
untung ya luar negeri, bukan kita, bukan bangsa kita. Tetapi tentu tidak bisa
juga kita melarang, jangan berobat ke luar negeri. Saya tidak boleh
mengeluarkan Keppres, melarang rakyat kita untuk berobat ke luar negeri. Salah.
Tetapi kalau kita ingin saudara-saudara kita bisa berobat di negerinya sendiri,
mari kita tingkatkan daya saing kita, kemampuan kita. Dengan cara apa? Ya,
keterampilan, pengetahuan, kemampuan dari tenaga medis kita, yang menurut saya
hebat-hebat, para dokter Indonesia tidak kalah, bahkan ada dokter Indonesia
yang menjadi rujukan pasien di luar negeri. Mengapa kita menganggap kita kecil
terus, padahal banyak tokoh-tokoh besar di negeri ini. Mari terus kita
tingkatkan dan kita perbanyak seperti itu.
Â
Yang kedua, peralatannya. Kalau luar negeri baik, mengapa kita tidak bisa baik? Sangat bisa, ekonomi kita juga tumbuh terus, kemampuan kita juga meningkat. Jadi peralatan yang akan dihadirkan oleh MRCCC seperti ini, yang tidak kalah dengan di luar negeri, saya kira bisa dikembangkan juga oleh rumah sakit-rumah sakit yang lain di negeri kita.
Â
Kemudian juga rumah sakitnya itu sendiri. Cari our competitiveness, misalkan lingkungan yang khas, yang indah, yang asri, pelayanan tertentu, barangkali itu juga menjadi daya saing di samping peralatan dan keterampilan dari para dokter kita.
Â
Pendek kata, cara kita memastikan bahwa saudara-saudara kita lebih suka atau memilih berobat di luar negeri, kita tingkatkan kemampuan kita, kita tingkatkan daya saing kita, dan saya yakin kita mampu untuk meningkatkan semuanya itu di tahun-tahun mendatang.
Â
Kita tidak boleh terlalu proteksionis. Dalam era globalisasi, solusinya bukan proteksionisme tapi daya saing, competitiveness. Dan kita bisa meningkatkan daya saing itu. Saya sendiri alhamdulillah selama hampir tujuh tahun jadi presiden, saya selalu check up di dalam negeri. Rujukannya memang Rumah Sakit Gatot Soebroto. Saya berharap dan saya menugasi para Menteri, anggota DPR, kabinet, check up di dalam negeri kecuali dirujuk oleh rumah sakit dalam negeri untuk ke luar negeri, untuk entah second opinion ataupun perbandingan. Tapi marilah kita menjadi contoh menggunakan fasilitas yang kita miliki, sebagaimana saya selama ini, selalu melaksanakan pemeriksaan kesehatan di negeri sendiri, yang menurut saya sudah sangat lengkap, sudah cukup apa yang dimiliki.
Â
Saudara-saudara,
Saya juga ingin sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan tadi, lebih
banyak lagi rumah sakit kita yang mendapatkan akreditasi dari JCI. Bangga kita.
Ini Pak Santosa ada di sini. Di Bandung ternyata juga masuk akreditasi JCI.
Saya kira yang swasta empat tadi itu bagus ya. Mudah-mudahan yang negeri, yang
pemerintah, juga segera mendapatkan, dan lebih banyak lagi. Universitas kita
sudah banyak yang masuk sekian ratus besar di dunia, begitu. Rumah sakit kita
juga harus ke situ. Dengan demikian, era kebangkitan bangsa sebagai emerging
economy akan segera terwujud.
Â
Jangan kita senantiasa bersikap pesimis, harus optimis. Jangan kita mengembangkan pikiran yang negatif, harus positif. Jangan kita berjiwa gelap, berjiwalah terang, tapi ya berikhtiar, bekerja keras sekuat tenaga untuk meningkatkan apa yang kita miliki. Saya punya keyakinan yang tinggi, Indonesia bisa mencapai keadaan seperti itu.
Â
Itulah, Saudara-saudara, yang ingin saya sampaikan dan sekali lagi terima kasih, selamat Pak Mochtar Riady. Terima kasih, selamat Lippo Grup dan juga MRCCC, Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center, dan semua pihak yang telah bisa mewujudkan impian besar ini menjadi kenyataan.
Â
Demikianlah, Saudara-saudara, dan dengan ajakan, pesan, dan harapan itu, maka dengan terlebih dahulu memohon rida Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, seraya mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Rumah Sakit Khusus Kanker Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center Siloam Semanggi dengan resmi saya nyatakan dimulai penggunaannya.
Â
Sekian.
Wassalamu'alaiakum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Â
Â
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI