Sambutan Presiden RI pada Peringatan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI Ke-66, Bogor, 30 November 2011

 
bagikan berita ke :

Rabu, 30 November 2011
Di baca 1157 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PUNCAK PERINGATAN HARI GURU NASIONAL TAHUN 2011

DAN HUT PGRI KE-66

DI SENTUL INTERNATIONAL CONVENTION CENTER, BOGOR

TANGGAL 30 NOVEMBER 2011

 

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Ketua MPR-RI, Ketua DPR-RI, dan segenap pimpinan lembaga-lembaga negara, hadir Wakil Ketua BPK, dan juga Ketua Komite dari DPD-RI,

Yang saya hormati para Menteri dan anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, Saudara Gubernur Jawa Barat, dan segenap jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Pemerintah Daerah, baik Jawa Barat maupun Bogor, Para sesepuh pendidikan, dan para pimpinan Badan-Badan Usaha Milik Negara,

Yang saya cintai Saudara Ketua Umum Pengurus Besar PGRI beserta jajaran PGRI dan insan pendidik di seluruh tanah air yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Alhamdulillah, hari ini kita kembali memperingati Hari Guru Nasional, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Ke-66 PGRI. Atas nama negara dan pemerintah, saya mengucapkan selamat kepada Saudara-saudara semua, para pejuang dan pahlawan pendidikan di seluruh tanah air. Semoga Saudara-saudara semua, para guru, semakin profesional, semakin bermartabat, dan semakin sejahtera. Semoga pula, Saudara-saudara semua benar-benar mampu mendidik anak bangsa yang cerdas dan berkarakter unggul.

 

Hadirin yang saya hormati, khususnya para guru yang saya cintai,

 

Sudah ratusan kali saya menyatakan bahwa bangsa yang maju dan unggul adalah sangat ditentukan oleh manusianya. Sedangkan kualitas dan kapabilitas manusia ditentukan oleh pendidikannya. Dan, kita semua tahu bahwa guru dan dosen adalah penentu keberhasilan pendidikan di negeri ini. Saya ingin memberi contoh, awal tahun ini saya diundang untuk memberikan sebuah pidato, dan hadir dalam pertemuan internasional di Eropa, tepatnya di Kota Davos, dalam acara yang disebut dengan World Economic Forum.

 

Yang ingin saya sampaikan adalah mengapa saya sebagai Presiden Indonesia diundang untuk menghadiri pertemuan yang sangat bergengsi itu. Ada sejumlah alasan, tetapi alasan yang patut saya sampaikan kepada Saudara-saudara semua adalah negara kita dianggap berhasil meningkatkan daya saingnya dari peringkat 54 di seluruh dunia, naik menjadi 44, berarti lompat sepuluh tingkat. Dan, lompatan yang sangat signifikan itu ternyata juga disumbang oleh posisi pendidikan di negeri kita. Kontribusinya adalah kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi, dan juga pelatihan dan inovasi. Oleh karena itu, Saudara-saudara, mari terus kita tingkatkan keunggulan dan daya saing bangsa kita. Karena, semua sudah tahu, tetapi wajib bagi saya untuk mengulanginya, melalui bangsa yang unggul dan berdaya saing, masa depan negeri ini akan makin cerah dan rakyat, insya Allah, akan semakin sejahtera.

 

Para guru yang saya cintai,

 

Kita mendengar tadi sambutan dari Saudara Dr. Sulistyo yang gigih memperjuangkan guru-guru di negeri ini. Saya senang, meskipun deg-degan kira-kira apa lagi yang diperjuangkan oleh PGRI. Deg-degan maksudnya, kalau dalam batas kemampuan negara, ibaratnya sekarang diminta besok saya kasih. Tetapi kalau masih belum bisa dipenuhi oleh negara, maka kita tata tahapannya, prosesnya, sampai negara benar-benar mampu memenuhi apa yang diperjuangkan oleh Ketua Umum saudara, Dr. Sulistyo. Juga sambutan dari Gubernur Jawa Barat dan juga sambutan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, kita mendengar tadi sambutan-sambutan itu kaya dengan falsafah, termasuk pesan-pesan moral dan spiritual. Karena sudah cukup kandungan falsafahnya, tidak saya tambah lagi. Yang penting, Saudara-saudara, mari kita laksanakan bersama, karena yang disampaikan tadi semuanya benar. Sehingga yang menentukan akhirnya apakah semua itu sungguh kita laksanakan dengan baik, masa kini dan masa depan.

 

Para insan pendidik dan para guru yang saya cintai,

 

Saya ingin memotret sedikit wajah dunia pendidikan di negeri kita. Banyak kemajuan, tetapi masih banyak pula yang harus kita perbaiki. Tahun 2011 ini, tahun berjalan, anggaran pendidikan kita mencapai Rp 266,9 trilliun. Ini saja sebetulnya sudah lebih dari separuh dari total APBN kita tahun 2005, besar. Tahun depan, pemerintah mengusulkan kepada DPR-RI, dan biasanya DPR-RI akan memberikan persetujuannya, karena menyangkut pendidikan. Jadi kalau pak Taufik Kiemas, pak Marzuki Alie sudah amin gitu, insya Allah akan dipenuhi oleh DPR. Tahun depan kami ajukan Rp 286,6 trilliun. Dari anggaran yang semakin besar itu, harapan kita, kita bisa meningkatkan semua yang diperlukan untuk kepentingan pendidikan kita. Misalnya BOS. Pak Gubernur Jawa Barat menyinggung ada BOS Pusat ada BOS Daerah. Kita ingin 31,3 juta siswa setingkat SD itu mendapatkan bantuan BOS, 13,4 juta siswa setingkat SMP juga mendapatkannya, 8 juta siswa miskin itu juga mendapatkan beasiswa dari anggaran itu. Termasuk peningkatan kualifikasi dan sertifikasi para guru, mencapai S1 dan D4. Kalau itu kita tingkatkan, bukan hanya kemampuan Saudara yang meningkat, tetapi kesejahteraan pun akan mengikuti. Ada tunjangan profesi, ada tunjangan khusus yang, beberapa kali disebut oleh beliau-beliau tadi.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati, para guru yang sangat saya cintai,

 

Saya ingin pada kesempatan yang baik ini menyampaikan dua hal. Yang pertama apresiasi saya kepada para guru, penting, agar kita sebagai manusia pandai berterima kasih, pandai bersyukur, dan tidak sulit untuk memberikan penghargaan kepada orang lain yang berprestasi. Tetapi sekaligus saya ingin menyampaikan koreksi-koreksi, akan adil.

 

Secara umum dulu. Dalam dunia pendidikan, meskipun sudah meningkat pendidikan kita, tetapi saya punya keyakinan bahwa mutu pendidikan itu masih bisa ditingkatkan lagi, dan hendaknya lebih merata. Perihal meningkatnya pendidikan di negeri ini, saya mengucapkan terima kasih dan penghormatan kepada semua yang mendapatkan tanda-tanda kehormatan, termasuk yang diwakili tadi oleh Saudara-saudara kita di ruangan ini. Yang lain, metodologi pengajaran dan sistem evaluasi, meskipun saya tahu terus ditingkatkan oleh Saudara, tetapi rasanya masih perlu terus disempurnakan dan juga disesuaikan dengan perkembangan zaman.

 

Infrastruktur fisik, terutama bangunan sekolah SD dan SMP yang masih jelek. Ada beberapa yang jelek, jumlahnya 10-15% dari total gedung-gedung SD dan SMP, mesti diselesaikan tiga tahun mendatang. Sudah saya instruksikan kepada Mendikbud dan juga para Gubernur. Para guru tolong awasi, pantau, agar perbaikan bangunan sekolah ini benar-benar bisa kita laksanakan tiga tahun mendatang. Khusus kepada para guru, dengarkan baik-baik ini, timbangannya ada apresiasi, ada koreksi. Apresiasi saya adalah benar-benar saya tujukan kepada para guru yang sungguh berprestasi di berbagai bidang. Saya kira yang hadir di sini insya Allah termasuk golongan itu.

 

Yang kedua, yang saya berikan penghargaan juga mereka, para guru yang melampaui panggilan tugasnya, atau disebut sangat dedikatif, dalam bahasa asing disebut beyond the call of the duty, benar-benar luar biasa. Saya juga menaruh hormat dan penghargaan yang tinggi.

 

Yang ketiga, yang saya berikan apresiasi adalah mereka yang bertugas di daerah-daerah dan mendidik masyarakat yang kondisinya esktrim. Ekstrim dalam arti sulit, serba kurang, infrastruktur, transportasi, dan sebagainya. Mereka juga patut mendapatkan penghargaan dari negara, karena mengemban tugas di suatu tempat dan masyarakat yang penuh dengan tantangan. Saya ingin memberi contoh, ada puluhan ribu anak-anak Indonesia yang sekarang berada di pedalaman Malaysia karena orang tuanya bekerja di Malaysia. Saya bersama jajaran pemerintah telah dan terus memperjuangkan dengan cara diplomasi dengan pemerintah Malaysia agar anak-anak Indonesia itu juga mendapatkan pendidikan yang layak.

 

Oleh karena itu, tentu ada sejumlah guru dari tanah air yang akan kita tugasi dengan harapan bersedia untuk ikut mendidik anak-anak kita yang ada di Malaysia dalam kondisi tentunya yang juga tidak selalu mudah, tetapi tentu dengan insentif yang layak bagi guru-guru kita untuk mengemban tugas di negara tetangga kita. Ini contoh bahwa para guru harus siap untuk mendidik putra-putri bangsa di manapun, termasuk daerah yang sulit, pulau terdepan, daerah pedalaman, perbatasan, termasuk di negara-negara lain di mana anak-anak kita berada. Itu apresiasi saya yang dengan tulus saya sampaikan kepada para guru semuanya.

 

Koreksi saya, koreksi. Banyak yang telah lulus sertifikasi, akibatnya telah menerima tunjangan profesi dan tunjangan khusus, berarti kesejahteraannya meningkat, tetapi, saya masih menerima masukan dari sekelompok masyarakat, dari banyak pihak, sebagian saudara-saudara kita yang telah mencapai itu kinerjanya belum banyak berubah.

 

Yang kedua, koreksi yang kedua, ada sejumlah saudara kita para guru yang diharapkan memiliki kesadaran, kepedulian, dan tanggung jawab untuk mengelola sekolahnya lebih bagus lagi, lebih bersih, lebih tertib, lebih teratur, dengan demikian lingkungan pendidikan itu sendiri untuk anak-anak kita sudah menjadi bagian dari character building. Saya memberikan koreksi, mari kita perbaiki di tempat itu.

 

Kemudian yang ketiga, masih ada, dan ini bukan hanya guru, di mana-mana juga ada, saudara-saudara kita yang belum benar-benar menjadi panutan atau role model. Ini sangat penting. Saya berasal dari kota kecil, dari Pacitan. Sekolah saya di Desa Purwoasri, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Pacitan, sangat terisolasi, sangat terbelakang, sangat sepi waktu itu. Tetapi, saya cerita tadi kepada Pimpinan PGRI, sejak SD-SMP-SMA, saya mencintai dua mata pelajaran, satu matematika, dua bahasa. Mengapa? Dan ternyata matematika mendorong karir saya ketika masuk ke Akademi Militer, bahasa saya kira bahasa milik kita semua. Karena saya dulu sangat suka, saya terinspirasi, saya ingin mencontoh guru saya yang mengajar bahasa dan mengajar matematika. Saya kira banyak sekali murid-murid yang terinspirasi, ingin menjadi yang terbaik, ingin mencontoh guru-guru karena guru itu dalam memberikan mata pelajarannya disertai dengan pemberian contoh atau tauladan, atau kesungguhan yang boleh disebut itu sebagai panutan, sebagai role model.

 

Tiga koreksi saya ini kalau benar-benar bisa kita perbaiki bersama-sama insya Allah pahala Allah SWT akan tinggi sekali. Dan kalau pahala datang dari Allah pastilah para guru akan memiliki masa depan yang lebih baik dibandingkan dari sekarang ini.

 

Saudara-saudara,

 

Akhirnya, karena sudah cukup banyak pesan yang disampaikan kepada Saudara, maka sebagai penutup di Hari Guru dan HUT PGRI yang ke-66 ini, saya ingin berbagi kembali cerita saya, sudah pernah saya sampaikan. Ketika saya melaksanakan kunjungan tiba-tiba atau sidak di sejumlah SD dan SMP di beberapa provinsi. Pertama, saya melaksanakan Safari Ramadhan pada bulan Agustus yang lalu, saya melihat SD dan SMP di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kemudian dua bulan yang lalu saya juga sidak SD-SMP di Provinsi Jambi, dan sebelumnya saya juga tentu datang di Provinsi, Kabupaten, dan Kota. Hasil sidak saya, hasil pengecekan saya, sebagai berikut.

 

Kondisi bangunan, gedung-gedung lokal atau ruang kelas, perpustakaan, kamar mandi, dan yang serba fisik di tempat itu ada yang baik, ada yang sedang, ada yang rusak. Kebersihan dan ketertiban, saya lihat langsung, ada yang baik, ada yang sedang, ada yang jelek. Manajemen sekolah, bagaimana para kepala sekolah dan guru mengelola operasi pendidikan di sekolahnya itu, ada yang baik, ada yang sedang, ada yang kurang. Saya tidak bisa dibohongi, karena lihat di situ. Pesan saya yang baik jaga dan pertahankan, yang sedang tingkatkan lagi, yang kurang mari kita perbaiki bersama-sama. Jangan mau kita termasuk golongan yang merugi karena hari esok kita tidak lebih baik dari hari ini. Gunakan anggaran yang saya katakan tadi jumlahnya cukup besar. Tahun depan insya Allah akan menjadi Rp 286,6 trilliun untuk kepentingan itu semua.

 

Saya punya cerita favorit, sudah pernah saya ceritakan 2-3 kali. Dalam Safari Ramadhan saya, meskipun sudah disiapkan oleh staf, sudah dikoordinasikan, tetapi koordinasinya mendadak. Besok Presiden akan meninjau SD-SMP, dimana? Nanti akan diberitahu satu jam sebelumnya. Itu yang disampaikan, tetapi saya di Kabupaten Banjar, di Provinsi Jawa Barat, di luar rencana saya minta Dangrup Paspampres dan pengemudi saya "saya dengar di depan ada SMP, belok langsung." Benar-benar tidak ada yang tahu, Pak Gubernur tidak tahu, Bupati tidak tahu, Menteri tidak tahu, tetapi saya sengaja belok, masuk ke dalam.

 

Biasanya rute Presiden diamankan, tidak ada pengamanan sama sekali, masuk. Itu hari libur, Kepala Sekolahnya pakai sandal, pakai kaos, ada dua orang guru, dan ada petugas Tata Usaha, juga pakai sandal, pakai kaos. Saya datang langsung, seperti tidak percaya, saya "Mana ruang Kepala Sekolah?" Saya melihat semua di situ, bagus. "Mana ruang guru?" Saya langsung melihat ruang gurunya, lama saya di situ, bagus "Mana ruang-ruang kelasnya?" Saya masuk satu persatu, bersih, tertib. "Mana kamar mandi dan tempat WC?" Masuk ke situ, Ibu Negara juga mendampingi, airnya mengalir, tidak ada baunya, bersih. "Mana sarana olah raga?" Relatif lengkap meskipun masih ada yang kurang-kurang. "Mana perpustakaannya?" Saya datangi, lumayan.

 

Apa yang saya lihat, Saudara-saudara, kalau seperti itu sekolah kita, entah SD, entah SMP, entah SMA, itulah masa depan Indonesia. Saya tidak mengada-ada, boleh dicek. Itupun, pastilah kalau tahu saya datang tidak mungkin pakai sandal Kepala Sekolahnya, pakai kaos. Ada Bapaknya di sini? Mana coba berdiri. Ya itu, hatur nuhun Bapak. Baik.

 

Yang terakhir sekali, saya ingin merespon apa yang disampaikan oleh Mendiknas dan Ketua Umum PGRI. Tadi Mendiknas mengatakan pengelolaan dan pembinaan guru itu yang tepat dimana. Apakah secara pusat, apa secara daerah. Dengarkan dulu. Ada plus dan minusnya. Kalau dikelola pusat plusnya ada, minusnya ada, demikian juga daerah. Oleh karena itu, sudah saya perintahkan tolong dikaji, dipelajari, rumuskan yang terbaik seperti apa. Kalau yang terbaik misalkan A begitu konsepnya, tolong sampaikan ke saya. Kalau masih dalam kewenangan Presiden tentu akan kita tuju itu. Tetapi kalau harus kita konsultasikan dengan DPR dan DPD-RI, tentu akan kita konsultasikan. Tetapi yang jelas kita harus mengkaji segala sesuatunya secara seksama, tidak emosional, tidak grusa-grusu, sehingga begitu ditetapkan yang ada adalah kebaikan, adalah solusi, dan bukan masalah. Saya berikan kesempatan kepada Mendikbud segera dikaji bersama-sama Ketua PGRI, ajak pula bicara para gubernur, dengan demikian kita punya konsep yang bagus.

 

Yang kedua, Ketua Umum PGRI menyarankan kepada saya di ruang tunggu. "Pak SBY, saya tahu kalau semua diangkat jadi PNS kan tidak mungkin. Bisa tidak para guru bantu atau honor yang selama ini sudah seperti guru, bertahun-tahun tetapi belum bisa keangkat jadi PNS, mereka ada penghasilan minimal?" Begitu yang diperjuangkan. Saya sampaikan, Saudara-saudara, kita punya pegawai negeri itu kurang lebih empat juta. Setiap tahun ada sekitar 200 ribu yang pensiun. Berarti ada peluang 200 ribu untuk masuk. Dari mana 200 ribu? Pegawai negeri ini ya guru, ya PNS yang lain, juga TNI dan Polri juga termasuk. Dari mana 200 ribu itu? Tentu ada saudara-saudara kita pendatang baru, tetapi mesti dipikirkan juga mereka-mereka yang sudah ngantri, yang sudah lama bertugas, berdinas, dengan demikian menjadi lebih adil.

 

Ada aturan-aturannya, tetapi yang adil seperti itu. Sehingga angkatan kerja baru mendapat tempat, mereka yang sudah ngantri juga ada peluang untuk menjadi PNS. Perihal apakah bisa kita tetapkan penghasilan minimal, tolong dibicarakan baik-baik bersama Menteri Keuangan karena sekali lagi, seperti pengantar saya, kalau dalam batas kemampuan kita, dan konsep itu benar dan memang diperlukan, tentu bisa kita penuhi. Hitung yang baik, saya tidak akan berjanji sekarang, saya tidak ingin berjanji yang tidak bisa dilaksanakan, tetapi ini sarannya baik, penting. Oleh karena itu, bicarakan dulu dengan pihak-pihak terkait.

 

Kemudian, tunjangan profesi dan tunjangan khusus belum semuanya, kata pak Sulistyo, dan ada yang terlambat. Tolong perbaiki distribusi ini. Saya tidak ingin dengar terus ada yang terlambat. Mesti harus tepat pada waktunya. Kalau namanya kurang, ada yang belum terima, memang ada aturan. Oleh karena itulah, sertifikasi untuk S1 dan D4 itu penting ataupun upaya-upaya yang lain. Dengan demikian akhirnya tunjangan profesi dan tunjangan khusus itu bisa diberikan.

 

Dan yang terakhir, saya benar-benar sangat senang dengan semangat PGRI untuk bersama-sama pemerintah. Tetaplah kita bermitra, PGRI Pusat dengan Pemerintah Pusat, PGRI Provinsi dengan Pak Gubernur, PGRI Kabupaten dengan Pak Bupati, PGRI Kota dengan Walikota, wajiblah bersatu, pecahkan masalah secara bersama. Dan bukan hanya kepada saya, nanti Presiden tahun 2014 dan seterusnya lakukan hal yang sama. Siapapun gubernur, bupati, walikotanya, ajak bermitra dan bantu mereka agar sukses negeri kita ini. Ini contoh yang baik. PGRI benar-benar bermitra dengan pemerintah karena ini negara kita sendiri, bangsa ini bangsa kita sendiri, masa depan yang menentukan kita. Dengan sikap mental yang mulia sebagaimana mulianya seorang guru saya senang melihat bagaimana PGRI ingin bermitra dengan baik dengan pemerintah. Pemerintahnya ada yang kurang, berikan koreksi yang konstruktif. Ketika pemerintahnya melaksanakan yang benar, bagus, tidak dilarang mengucapkan terima kasih.

 

Demikianlah, Saudara-saudara, yang ingin saya sampaikan. Sekali lagi, selamat untuk para guru. Saya dan kita semua sangat mencintai guru. Teruslah maju, selamat bertugas, Tuhan beserta kita. Sekian.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI