Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hari Pers Nasional, di Kupang, 9 Februari 2011
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA PUNCAK PERINGATAN HARI PERS NASIONAL
DI AULA EL TARI, KUPANG, NTT
TANGGAL 9 FEBRUARI 2011
Â
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Shallom,
Â
Para undangan dan hadirin yang saya hormati,
Para insan pers dan komunitas media massa di seluruh tanah air yang saya cintai,
Â
Pada kesempatan yang baik, dan semoga senantiasa penuh berkah ini, saya mengajak hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, atas perkenan, rahmat dan rida-Nya, kita semua masih diberi kesempatan untuk melanjutkan karya, bakti, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.
Â
Sebelum saya menyampaikan sambutan pada acara yang sangat penting ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal sebagai pengantar. Ini adalah kunjungan saya ke Nusa Tenggara Timur yang kesekian kalinya. Setiap saya berkunjung ke Kupang, saya selalu melihat perubahan ke arah yang lebih baik. Sebagaimana kita saksikan, Kupang makin maju, makin hijau karena pohon-pohon tumbuh dengan subur, dan makin semarak.
Â
Kemarin, dari Bandara El Tari sampai Kota Kupang, saya beserta rombongan dan hakekatnya kita semua, mendapatkan sambutan yang hangat dan penuh keramahtamahan dari ribuan saudara-saudara kita yang ada di provinsi ini. Sungguh kita bersyukur dan kita mesti bertekad untuk membantu provinsi ini meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, memajukan daerah yang sama-sama kita cintai ini.
Â
Agenda kunjungan saya ada dua, yang pertama menghadiri Hari Pers Nasional Tahun 2011 ini. Yang kedua, adalah untuk membantu NTT di dalam melaksanakan percepatan pembangunan. Nanti sore, saya akan menerima laporan dari Gubernur NTT, dan sekaligus akan saya sampaikan kepada masyarakat NTT, apa yang akan dan tengah dilakukan oleh pemerintah pusat, untuk membantu pembangunan di tempat ini, dan akan saya lanjutkan dengan peninjauan ke berbagai tempat sampai tanggal 11 mendatang.
Â
Sebagai contoh, tahun
lalu APBN untuk Nusa Tenggara Timur
berjumlah 14,1 triliun. Tahun ini meningkat 15% menjadi 16,1
triliun. Setelah Pak Gubernur melaporkan kepada saya di Jakarta tentang konsep
percepatan pembangunan di provinsi ini, utamanya pembangunan ekonomi, kami
bersepakat, baik jajaran pemerintah pusat, BUMN,
maupun swasta, untuk juga ikut melakukan kegiatan di sini,
membantu yang jumlahnya juga beberapa triliun, yang nanti sore akan saya
sampaikan.
Nanti sore saya akan melanjutkan perjalanan darat dan bermalam di Soe, kemudian
melalui Kefamenanu akan melanjutkan perjalanan ke Atambua dan bermalam di
Atambua. Tadi disebut-sebut hotel, saya tidak mengganggu hotel yang memang
sangat diperlukan. Tadi malam saya bermalam di pendopo, nanti malam saya
bermalam di Pendopo Kabupaten Soe, dan besok malam,
saya bermalam di Batalyon 744. Dengan demikian, mudah-mudahan saya bisa
sebagaimana diharap oleh Pak Gubernur, mendengarkan denyut nadi
saudara-saudara kita yang ada di NTT ini.
Â
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Â
Izinkan saya sekarang untuk menyampaikan sambutan, pesan dan harapan, baik kepada insan pers Indonesia, maupun kepada seluruh rakyat Indonesia. Pertama-tama, saya ikut mengucapkan selamat memperingati Hari Pers Nasional Tahun 2011 ini. Saya juga menyampaikan selamat dan penghargaan kepada semua yang telah menerima anugerah tanda penghargaan tadi.
Â
Saya juga ingin secara tulus mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada insan pers Indonesia, yang saya ketahui sendiri, paling tidak selama 6-7 tahun terakhir, di mana saya mengemban tugas memimpin negara ini, pers telah secara aktif ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut mengembangkan kehidupan demokrasi, dan ikut mengontrol pemerintahan, mengontrol kekuasaan yang ada di tangan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Â
Tiga hal yang dikontribusikan oleh pers dan media massa kita tentu sangat berguna di dalam memastikan bahwa kehidupan bernegara dan jalannya pemerintahan ini, bukan hanya menuju ke arah yang benar, tapi senantiasa mencapai hasil dan capaian yang lebih baik.
Â
Saudara-saudara,
Perihal kontrol-mengontrol terhadap kekuasaan di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara ini, saya ingin menyampaikan pandangan dan sekaligus melakukan
penggarisbawahan atas topik yang sangat penting ini. Tentu saya ungkapkan
dengan niat yang baik, berdasarkan pengalaman dan apa yang saya rasakan selama
hampir 7 tahun memimpin bangsa ini, dan insya Allah pada saatnya nanti
saya meninggalkan tugas saya sebagai Presiden. Saya ingin presiden-presiden
berikutnya lagi akan lebih berhasil lagi, dan kehidupan bangsa ini lebih baik
lagi di masa depan. Saya sampaikan dengan tulus dan dengan niat yang baik.
Â
Saya ingin mengajak Saudara memahami tentang hakekat kekuasaan atau power. Kita sering mendengar pepatah, power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely. Konon, kekuasaan itu cenderung bisa saja mendorong seseorang untuk melakukan penyimpangan, manakala kekuasaan itu amat absolute, maka penyimpangannya pun juga bisa menjadi besar.
Â
Ada yang mengatakan bahwa power should not go unchecked, kekuasaan tidak boleh berjalan begitu saja tanpa control. Ada juga yang melanjutkan pepatah atau kata-kata itu, power must be checked by another power, sesuai dengan the principles of check and balances. Katanya kekuasaan itu mesti dikontrol oleh kekuasaan yang lain. Kita sering mendengar semuanya itu, bagaimana itu kita pahami dan kita aktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri tercinta ini.
Â
Saudara-saudara,
Kita punya pengalaman yang sangat berharga. Di masa lalu, sebelum era reformasi
dan demokratisasi, kalau bicara kekuasaan, yang ada dalam ingatan kita kekuasaan
itu lebih terkonsentrasi pada presiden, pada eksekutif, dan bahkan pada kaum
militer yang waktu itu menjalankan doktrin dwifungsi ABRI. Checks and balances kurang berfungsi
dengan baik. Konstitusi dan Undang-undang, baca konstitusi sebelum diadakan 4 kali
perubahan,
juga menguatkan sistem distribusi kekuasaan seperti itu. Sistem pemerintahan
pun, kita masih ingat semua, ditandai oleh kuatnya kekuasaan pemerintah pusat,
dan kurang kuatnya wewenang, otoritas, dan kekuasaan pada tingkat pemerintahan
daerah. Itu masa lalu kita. Sekarang, masa kini,
hampir semuanya telah berubah.
Â
Presiden dan
pemerintah bukan satu-satunya power holder, tetapi telah berkembang.
Kekuasaan sekarang kita saksikan ada di banyak tempat, di parlemen, di
pemerintahan daerah, di lembaga-lembaga swadaya masyarakat, di
pers, dan banyak lagi yang disebut dengan pemegang kekuasaan atau power
holders.
Dari realitas ini, Saudara-saudara, yang itu merupakan ciri dari demokrasi yang
tengah mekar dan harus kita kembangkan, maka yang harus kita pastikan untuk
tetap terjadi di negeri ini adalah kembali kepada peringatan tadi, godaan
terhadap kekuasaan. Oleh karena itu, penggunaan kekuasaan,
the use and the
exercise of power, bagaimana kekuasaan yang ada di mana-mana itu digunakan,
haruslah tepat adanya.
Â
Saling kontrol
terhadap kekuasaan memang diperlukan guna membangun checks and balances
dalam arti yang luas. Dan, yang lebih utamanya
lagi, saya kira ini harapan seluruh rakyat Indonesia, kekuasaan itu, siapa pun
yang memegang dan menggunakannya, tidak digunakan secara sewenang-wenang dan
tidak korup.
Oleh karena itu, saya berpendapat, siapa pun yang
memiliki dan memegang kekuasaan, bisa presiden, bisa
wakil presiden, bisa gubernur, bisa bupati, bisa walikota, bisa MPR, bisa DPR,
bisa DPD, bisa MA, bisa MK, bisa KPK, bisa polisi, bisa militer, bisa penegak
hukum, bisa penguasa dan kaum pengusaha, dan kaum bisnis,
bisa pemimpin partai politik, organisasi politik, organisasi massa, bisa kaum
mayoritas, bisa LSM, NGO, bisa pers dan media massa, bahkan komunitas-komunitas
tertentu. Semua. Harapan kita untuk diingat, digunakanlah kekuasaan itu secara
patut, secara tepat, dan tidak disalahgunakan, dan dalam situasi saling
kontrol. Sekali lagi,
checks and balances dalam arti yang luas.
Â
Pandangan saya,
hadirin sekalian, stabilitas politik, harmoni dan kerukunan di antara anak
bangsa, bahkan keamanan dan ketertiban publik, langsung atau tidak langsung
ditentukan oleh apakah di negeri ini terjadi check and balances dari
semua pemegang kekuasaan itu, dan saya garis bawahi, apakah dapat dicegah
penggunaan kekuasaan yang berlebihan, sewenang-wenang dan melebihi
kepatutannya.
Ini saya hadiahkan dalam Hari Pers Nasional 2011 ini sebagai bahan renungan
bersama, negeri ini negeri kita sendiri, bangsa ini bangsa kita sendiri. Kita
tahu banyak yang kita capai, tetapi juga kita harus akui banyak yang belum kita
capai, sudah ada yang bagus, banyak yang belum bagus. Oleh karena itu, kitalah
yang menyelesaikan, kitalah yang mengatasi, dan kitalah yang membangunnya.
Kekuasaan diperlukan untuk semuanya itu, dengan catatan,
peringatan terhadap semua
power holders, agar semuanya itu digunakan
dengan baik dan benar.
Â
Saudara-saudara,
Satu hal lagi yang ingin saya sampaikan pada hari yang bersejarah dan penting
ini, saya berharap sungguh disimak oleh saudara-saudara kami di seluruh
Indonesia, yaitu perlunya kesungguhan dan kebersamaan kita dalam menjaga
harmoni sosial dan kerukunan antar umat beragama. Mengapa saya angkat topik ini
dan tepat pada Hari Pers Nasional? Karena besarnya harapan saya terhadap peran
pers di dalam bersama-sama mewujudkan hal penting yang saya sebutkan tadi,
menjaga harmoni sosial dan kerukunan antar umat beragama.
Â
Pertama-tama, mengapa saya harus sampaikan ini, kita sangat prihatin dengan terjadinya aksi kekerasan intra dan antar umat beragama di Banten dan di Temanggung dalam waktu satu minggu ini. Kalau hal ini kita biarkan, Indonesia bisa setback atau mundur kembali seperti di era ketika konflik dan kekerasan komunal terjadi di banyak tempat di negeri ini. Mari kita segarkan memori kita antara tahun 1998 sampai tahun 2003.
Â
Yang masih segar
dalam ingatan kita, betapa banyak korban jiwa dan harta benda, karena konflik
waktu itu, yang untuk memulihkannya diperlukan waktu bertahun-tahun. Saya
sebagai Menko Polkam waktu itu, bersama teman-teman yang lain, jajaran
pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, penegak
hukum, aparat keamanan, bekerja terus-menerus selama 3 tahun untuk
memulihkan robekan dari konflik komunal dan horizontal waktu itu.
Terhadap apa yang baru saja terjadi di Banten dan di Temanggung,
Jawa Tengah, saya menilai, setelah saya ikuti semuanya, segera setelah kejadian itu
saya cek di banyak sumber, baik jajaran pemerintah, non pemerintah, termasuk
masyarakat luas, saya berkesimpulan, sesungguhnya kita bisa mencegah
kejadian-kejadian seperti itu, atau mengurangi agar tidak terlalu besar
kerusakan dan korban yang terjadi. Keyakinan itu harus saya kaitkan dengan
jika,
if. Jika kita semua peduli dan sungguh committed untuk
menjaga kerukunan dan toleransi ini, bukan hanya di bibir, tetapi di hati dan
di pikiran dan dalam tindakan kita, termasuk tentunya yang sungguh kita
harapkan, bimbingan dari pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat.
Jika yang kedua adalah, jika para pimpinan daerah, terlebih pada tingkat desa,
kecamatan, dan kabupaten atau kota. Mengapa saya katakan desa, kecamatan,
kabupaten, dan kota? Karena merekalah yang mengikuti dan tahu kehidupan
masyarakat sehari-hari. Kalau mereka semua sungguh bekerja, berupaya untuk
mencegah benturan, hampir pasti, itu juga bisa dilaksanakan dengan baik.
Â
Jika yang ketiga adalah, jika aparat keamanan dan komando teritorial cakap mengantisipasi, senantiasa siaga dan dapat bertindak proaktif, cepat, dan tepat, mencegah dan mengatasi.
Â
Saudara-saudara, ingat, di negeri ini, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, di dekat Kupang ini, tidak ada, tidak ada satu pun desa, satu pun kecamatan, satu pun kabupaten dan kota yang tidak ada kepala daerahnya, dan tidak ada aparat keamanan atau penegak hukumnya, semua ada. Tidak ada alasan untuk kita terlambat mengetahui, kita tidak mengantisipasi dan kita lalai.
Â
Hadirin yang saya cintai,
Â
Oleh
karena itu, aksi-aksi kekerasan ini harus dapat kita hentikan. Saya sudah
menginstruksikan kepada Kepolisian dan komando territorial untuk melakukan
tindakan secara all out, semua cara dilakukan. Cara yang dibenarkan oleh
hukum, yang dibenarkan oleh Undang-undang, dan tentunya
nilai-nilai demokrasi untuk mencegah dan menindak aksi-aksi kekerasan ini.
Hukum mesti ditegakkan secara tegas.
Para kepala daerah, saya sungguh meminta, utamanya yang paling mengetahui
situasi, keganjilan-keganjilan, apa pun yang terjadi di depan, yaitu pada
tingkat kabupaten dan kota ke bawah, sungguh mengambil tangung jawab penuh dan
melindungi warganya. Satu orang pun harus dilindungi keselamatan dan
keamanannya, apa pun agamanya, apa pun sukunya, apa pun etnisnya, apa pun
aliran politiknya, apa pun profesinya, untuk tidak menjadi korban dari
aksi-aksi kekerasan seperti itu. Dan agar kita semua tidak menjadi semacam
pemadam kebakaran, saya mengajak semua pihak, terutama para pemuka agama, agar
benar-benar membimbing umatnya untuk tidak mudah main hakim sendiri dan tidak
melakukan kekerasan apa pun. Saya tahu bahwa para pemuka agama juga memiliki
banyak peran dan kegiatan, namun janganlah dilupakan kewajiban dan amanah untuk
tetap membimbing umatnya masing-masing.
Â
Kepada Polri dan aparat penegak hukum lainnya, saya sampaikan di hadapan rakyat Indonesia, harus berani mengungkap siapa pemimpin, pelaku dan penggerak aksi-aksi kekerasan itu, untuk mendapatkan sanksi yang setimpal.
Â
Kepada para pejabat pemerintah di seluruh Indonesia, saya minta tidak memberikan statement yang tidak sejalan dengan tekad dan komitmen kita untuk senantiasa menjaga kerukunan dan toleransi di antara umat beragama.
Â
Jika ada kelompok,
atau ada organisasi resmi yang selama ini terus melakukan aksi-aksi kekerasan,
yang bukan hanya meresahkan masyarakat luas, tetapi telah nyata-nyata banyak
menimbulkan korban. Kepada para penegak hukum agar dicarikan jalan yang sah dan
legal untuk jika perlu dilakukan pembubaran ataupun pelarangan.
Meskipun dalam era demokrasi, kita menghormati dan menjunjung tinggi kebebasan
berbicara, kebebasan berkumpul, tetapi marilah kita sadari, sesungguhnya kita
tidak boleh memberikan ruang dan toleransi terhadap pidato-pidato,
seruan-seruan di depan publik kepada komunitas tertentu untuk melakukan
serangan, perusakan, tindakan kekerasan, bahkan pembunuhan kepada pihak manapun,
yang kesemuanya itu jelas-jelas merupakan pelangaran hukum.
Â
Kita juga harus
mewaspadai dan mari kita hindari, jangan dianggap biasa-biasa saja. Kalau massa
berkumpul dalam jumlah yang banyak, yang diketahui akan melakukan tindakan
kekerasan, serangan-serangan, distruksi, dan sebagainya kepada pihak lain apa
pun alasannya. Ada masalah, ada solusinya secara damai, secara hukum, dan
cara-cara yang dibenarkan dalam negara demokrasi. Semua itu perlu dilakukan
oleh aparat keamanan, tolong catat baik-baik teman-teman pers, oleh aparat
keamanan dan penegak hukum sesuai norma hukum dan nilai-nilai demokrasi.
Tidak akan keluar dari itu. Negara demokrasi yang lain juga melakukan hal yang
sama. Demokrasi tidak berarti hutan rimba, tidak ada aturan dan aturan main,
semua ada pranatanya. Saya harus sampaikan dari tempat ini dengan niat yang
baik, karena saya ingin negara kita ini makin baik, pengalaman buruk di waktu
yang lalu tidak terjadi lagi dan negara ini, bangsa ini makin rukun, makin
kompak, makin penuh dengan persatuan dan persaudaraan dalam kemajemukan.
Â
Kepada insan pers dan media massa, melalui Dewan Pers, PWI, dan semua komunitas pers, saya mengharapkan dukungan dan kerja samanya dengan cara memberikan peliputan, pemberitaan, dan penyiaran yang segaris dengan tekad, komitmen, dan upaya kita untuk dua hal tadi, memperkokoh kerukunan dan toleransi antar umat beragama dan mencegah, serta memerangi aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok atau komunitas manapun, yang merobek dan menghancurkan kerukunan di antara umat beragama kita.
Â
Hadirin yang saya muliakan,
Rakyat Indonesia yang saya cintai dan saya banggakan,
Sebagai penutup, kemarin di Kota Kupang ini, saya meresmikan Gong Perdamaian
Nusantara. Saya ingin dari tanah Kupang ini, ada pesan damai, sebagaimana yang
kita canangkan kemarin di dalam meresmikan Gong Perdamaian Nusantara untuk
didengar oleh saudara-saudara kita di seluruh tanah air. Semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa mendengarkan niat baik, cita-cita,
dan upaya kita ini dan menolong, memberikan bimbingan, petunjuk, dan
lindungan-Nya.
Â
Sekali lagi, selamat Hari Pers Nasional, marilah kita lebih bersatu untuk mengatasi masalah dan membangun negeri ini menuju masa depan yang lebih baik.
Sekian.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.