Sambutan Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Bidang Polhukam, Jakarta, 5 Januari 2012

 
bagikan berita ke :

Kamis, 05 Januari 2012
Di baca 731 kali

SAMBUTAN PRESIDEN RI
PADA SIDANG KABINET TERBATAS
BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN,
TANGGAL 5 JANUARI 2012,
DI KANTOR PRESIDEN, JAKARTA

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua, 

Yang saya hormati, Saudara Wakil Presiden,         
Saudara-saudara peserta Sidang Kabinet bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang saya hormati,

Alhamdulillah, hari ini kita dapat kembali melaksanakan Sidang Kabinet bidang Polhukam. Ada dua agenda utama yang akan kita angkat dalam sidang kita hari ini. Pertama adalah, berkaitan dengan dinamika dan perkembangan geopolitik serta situasi politik dan keamanan di sejumlah kawasan dunia, yang perkembangan geopolitik serta perkembangan politik dan keamanan itu memiliki dampak, baik langsung maupun tidak langsung kepada negara kita. Kita akan mendengarkan nanti laporan dan presentasi dari Menteri Luar Negeri, yang juga telah berkoordinasi dengan Kepala Badan Intelijen Negara. Sedangkan agenda yang Kedua, berkaitan dengan laporan dari menteri-menteri terkait atas upaya pemerintah, upaya kita, untuk meningkatkan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.

Saya ingin menyampaikan penjelasan lebih lanjut menyangkut agenda pertama, yaitu perkembangan lingkungan strategis, utamanya geopolitik di berbagai kawasan di dunia. Sebagaimana saudara ketahui bahwa situasi di Afrika Utara dan di Timur Tengah sejak sekian bulan yang lalu hingga hari ini masih mengalami perubahan yang fundamental, yang kita semua mengikutinya dengan seksama. Saya tidak perlu menjelaskan tentang itu. Demikian juga perkembangan situasi di kawasan Eropa. Itu juga memunculkan isu-isu perekonomian kawasan yang juga berdampak kepada perekonomian dunia. Saudara semua juga sudah mengikutinya. Tetapi akhir-akhir ini ada dua kawasan yang harus mendapatkan perhatian kita. Dan sesungguhnya juga perhatian masyarakat dunia yaitu apa yang terjadi di wilayah Timur Tengah yang lain. Yang hari-hari terakhir ini disebut-sebut di selat Hormus. Sedangkan kawasan satu lagi yang perlu mendapat perhatian adalah di Semenanjung Korea.

Saya memang memberikan atensi yang sungguh-sungguh tentang situasi ketegangan menyangkut program nuklir yang ada di Iran. Saudara mengikuti. Ini telah memunculkan banyak spekulasi. Dan terus terang, kalau tidak mendapatkan solusi yang tepat akan berdampak tidak baik bagi dunia. Indonesia berpendapat, sesungguhnya Perserikatan Bangsa-Bangsa dan juga yang disebut dengan International Atomic Energy Agency itu bisa memerankan peran yang bisa mencari solusi yang paling baik atas isu itu. Dengan harapan, penyelesaiannya dapat ditempuh secara damai. Tidak perlu harus eskalatif kemudian bisa mendorong ke penggunaan kekuatan militer dari pihak manapun juga. Ini yang diharapkan oleh Indonesia.

Tapi bukan hanya itu, saudara-saudara. Kalau betul-betul terjadi sesuatu di Selat Hormus maka hampir pasti akan menimbulkan gejolak yang luar biasa pada harga minyak bumi. Sekarang sudah kita rasakan. Dengan spekulasi bisa terjadi benturan kekuatan militer di wilayah itu, harga minyak bumi terdongkrak naik. Padahal dari sisi supply dan demand tidak ada perubahan yang sangat fundamental. Jadi betul-betul psikologis, betul-betul sentimen, betul-betul khawatir kalau terjadi gangguan pada suplai minyak bumi dari kawasan itu ke seluruh dunia. Kalau situasi ini terus berlanjut, terus terang akan merugikan banyak negara, terutama negara-negara berkembang yang sedang membangun ekonominya. Mungkin kalau harga minyak terus melonjak, yang diuntungkan adalah negara-negara yang memproduksi minyak dalam jumlah yang besar. Tapi negara-negara lain termasuk negara berkembang yang tidak memproduksi minyak akan sangat terpukul perekonomiannya dan bisa meningkatkan kemiskinan, serta bisa memunculkan banyak masalah sosial di negara-negara itu.

Oleh karena itu, Indonesia menyeru sebetulnya, agar semua pihak bisa menahan diri untuk tidak terjadi sesuatu di kawasan itu. Hari ini saya mempersiapkan surat untuk saya kirim kepada Sekretaris Jenderal PBB, agar PBB betul-betul mengambil langkah-langkah semestinya sesuai dengan mandatnya. Dengan demikian, harapan kita, bisa kita cegah sesuatu yang bisa mengganggu kelancaran suplai minyak bumi dari kawasan Timur Tengah ke seluruh dunia. Ini semata-mata untuk perekonomian dunia, perekonomian banyak bangsa, termasuk negara berkembang, termasuk Indonesia sendiri yang tengah berjuang untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomiannya. Dalam konteks itulah, saya ingin mendapatkan update nanti dari Menteri Luar Negeri tentang perkembangan terkini situasi di kawasan itu dan bisa ditambahkan nanti perkembangan situasi di Semenanjung Korea.     

Saudara-saudara,

Itu agenda pertama. Sedangkan agenda kedua, sebagaimana saudara ketahui, kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan sejumlah menteri telah saya instruksikan untuk melakukan evaluasi menyeluruh, evaluasi komprehensif, tentang situasi saudara-saudara kita yang bekerja di luar negeri. Perlakuannya, perlindungannya, pemberian hak-haknya, apa yang dilakukan pemerintah negara setempat dan seterusnya. Dan, hasil dari evaluasi ini sangat penting untuk penetapan kebijakan lebih lanjut, karena tentu kita perlu mengembangkan kebijakan yang paling baik, yang paling tepat untuk saudara-saudara kita yang bekerja di luar negeri itu. Sedangkan Satgas yang telah kita bentuk untuk menangani sejumlah kasus yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia, saya mengikuti, saya sudah mendapatkan laporan, telah banyak hasil yang dicapai meskipun sebagian sedang berjalan. Dan di samping Satgas, di samping para Menteri, saya pun atau pada tingkat saya, juga mengambil peran. Saya menulis surat kepada sejumlah Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, untuk, sekali lagi, saudara-saudara kita yang terkena hukuman yang sangat berat, utamanya hukuman mati itu bisa mendapatkan pengampunan atau pengurangan hukuman. Sesuatu yang tidak mudah, semua tau. Tetapi Satgas telah bekerja dan akan terus bekerja. Dalam konteks ini, saya juga ingin mendengar laporan, kemajuan dan perkembangan dari dua hal itu, evaluasi tenaga kerja kita di luar negeri untuk perbaikan, untuk diplomasi kita lebih lanjut. Sedangkan yang kedua adalah, apa yang telah dicapai oleh Satgas untuk kemudian kita tingkatkan lagi agar hasilnya menjadi lebih optimal.

Demikian pengantar saya.
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI