Sambutan Presiden RI pd Peresmian Museum Hakka Indonesia, di TMII, Jakarta, Jabar, tgl. 30 Agt 2014

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 30 Agustus 2014
Di baca 1395 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PERESMIAN MUSEUM HAKKA INDONEISA

DI TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA

TANGGAL 30 AGUSTUS 2014

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,

 

Yang mulia Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia beserta Ibu,

 

Para Pemimpin Dunia Usaha, para Sejarahwan, para Cendekiawan, dan para Budayawan,

 

Saudara Ketua Perhimpunan Hakka Indonesia Sejahtera, dan Keluarga Besar Hakka Indonesia yang saya cintai,

 

Sebelum saya meneruskan sambutan saya, saya memohon maaf, suara saya sedikit mengalami gangguan, mungkin sedikit timbul tenggelam. Menurut dokter karena kegiatan saya yang tiga minggu terakhir ini padat sekali. Bapak-Ibu masih ingat, sejak tanggal 12 Agustus sampai 20 Agustus non stop menghadiri rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan, setelah memantau hasil putusan Mahkamah Konstitusi, saya berangkat ke bagian timur Indonesia: antara lain ke Manokwari, Sorong, Raja Ampat, Sorong, dan kami berlayar, sekali berlayar 12 jam, berarti pulang pergi 24 jam, terbang dengan cuaca yang tidak baik. Lantas ke Biak, kunjungan ke Timor Leste, kemudian ke Bali. Dan, baru kemarin, mungkin karena angin kencang, panas, hujan, dan berganti-ganti alat transportasi, ada sedikit gangguan di, apa namanya, suara saya, saya mohon maaf kalau nanti kurang menyenangkan.

 

Alhamdulillah hari ini sungguh merupakan hari yang istimewa, karena insya Allah akan segera kita resmikan berdirinya Museum Hakka Indonesia yang megah, yang indah, dan memiliki nilai sejarah. Oleh karena itu, atas nama negara dan pemerintah, dan selaku pribadi, saya mengucapkan selamat atas dibangunnya Museum Hakka Indonesia, yang akan menjadi kebanggaan kita, bukan hanya kebanggaan Komunitas Hakka Indonesia, tapi juga kebanggaan seluruh rakyat Indonesia.

 

Bapak-Ibu, Hadirin yang saya cintai,

 

Saya pada kesempatan yang baik ini, juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Keluarga Besar Hakka Indonesia, atas partisipasi dan kontribusinya terhadap negara Indonesia yang sama-sama kita cintai. Kontribusi sebelum negara kita merdeka, kontribusi dalam proses pembangunan bangsa dan bahkan keseluruhan perjalanan bangsa ini dalam upaya memajukan kehidupannya. Apa yang Keluarga Besar Hakka Indonesia lakukan, tercatat abadi dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Saya yakin, di museum ini juga ada penggalan-penggalan sejarah yang merupakan kontribusi atau sumbangsih dari Keluarga Besar Hakka di waktu yang lalu, bahkan sekarang kepada bangsa dan negara tercinta.

 

Museum itu penting Bapak-Ibu, Saudara-saudara, dan Museum Hakka Indonesia ini saya yakini, juga akan banyak bercerita tentang sejarah Hakka. Sejarah kontribusi Hakka terhadap Indonesia, tentang warisan atau heritage, dan saya yakini, meskipun saya belum melihat langsung, juga bercerita tentang para pendahulu Hakka, para leluhur, dan para sesepuh, terutama sekali lagi, dalam upaya besar kita semua memajukan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

 

Tentu kehadiran museum ini akan diketahui oleh rakyat Indonesia, akan diketahui oleh Keluarga Besar Hakka Indonesia, bukan hanya yang ada sekarang, tapi juga generasi-generasi mendatang. Oleh karena itu, tentu sekali lagi, negara dan pemerintah berterima kasih, saya kira Pak Sugiyono sebagai Ketua Manajemen Taman Mini Indonesia Indah juga senang, karena bertambah lengkap Taman Mini Indonesia Indah ini yang bisa dikunjungi oleh baik wisatawan dalam negeri, maupun wisatawan dari mancanegara.

 

Saya juga terkesan, apa yang disampaikan oleh Pak Sugeng Prananto tadi, Ketua PHIS, juga oleh Bapak Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang mengangkat, mengapa komunitas Hakka itu banyak sekali yang berhasil di mana pun mereka berada dan berkarya? Mengapa banyak sekali yang sukses? Saya juga mencoba memahami atas sejarah Hakka terutama yang ada di Indonesia. Saya dapatkan dalam catatan itu, komunitas Hakka itu juga senang belajar dan memiliki pengetahuan yang baik. Saya kira ini modal kemajuan dan modal keberhasilan bagi siapa pun, bukan hanya komunitas Hatta, ulangi, komunitas Hakka, sekali lagi pengetahuan, knowledge.

 

Yang kedua, komunitas Hakka juga dikenal sebagai individu-individu yang rajin, ulet, dan bekerja keras. Dengan kata-kata bekerja keras, 50% kemenangan sudah di tangan. Meskipun cerdas tapi kalau malas, tidak ulet, tidak rajin, hampir pasti tidak akan berhasil. Lantas komunitas Hakka yang saya ketahui, berani menghadapi tantangan, dan kemudian juga adaptif terhadap perubahan zaman. Kalau tidak berani menghadapi tantangan, ya tidak akan jadi, tidak akan jadi apa-apa, tidak akan ke mana-mana. Kemudian, kalau tidak adaptif, maka ketika zaman berubah, mereka yang tidak adaptif itulah yang tidak akan bisa bertahan. Seperti nasib dinosaurus di masa silam, ketika dunia berubah, dia tidak bisa berubah, akhirnya punah. Itulah mengapa pentingnya sikap adaptif. Dan kemudian, di era kini disatukan dengan adaptif dan inovatif, sebagai cikal bakal dan modal kemajuan seorang manusia dan juga kemajuan sebuah bangsa. Tentu harapan saya, nilai-nilai luhur itu, keunggulan itu, daya saing seperti itu, dapat Bapak-Ibu dan Keluarga Besar Hakka jaga, pertahankan, dan bahkan tingkatkan di Indonesia ini, agar kontribusi Keluarga Besar Hakka makin ke depan makin besar dan makin baik.

 

Keluarga Besar Hakka yang saya sayangi,

 

Ini kesempatan yang baik bagi saya untuk menyampaikan rasa hati, sekaligus pandangan, harapan, dan ajakan saya. Kalau tadi Pak Sugeng Prananto mengucapkan terima kasih kepada saya, karena sepuluh tahun dinilai telah bekerja sungguh-sungguh untuk rakyat kita. Pak Sugeng, Bapak-Ibu, itu kewajiban saya. Sekali saya menjadi pemimpin, ya diminta atau tidak diminta, harus menjalankan itu. Persoalan seberat apa pun harus saya terima, dan saya harus terus bekerja, dan bekerja untuk membuat negara ini makin ke depan makin baik. Dan kalau ada hasil yang Bapak-Ibu rasakan selama sepuluh tahun ini, itu juga karena kebersamaan kita, termasuk dukungan dan kontribusi Komunitas Hakka Indonesia. Oleh karena itu, yang berterima kasih, saya kepada Komunitas Hakka Indonesia.

 

Siapa pun yang ditakdirkan menjadi pemimpin di negeri ini, pemimpin pada tingkatan apa pun, sekali lagi bekerja sekuat tenaga, tidak usah mempedulikan mau dinilai seperti apa. Dan kemudian, ketika ada persoalan, diatasi, tidak perlu menyalahkan kepada pihak-pihak yang lain. Kemudian kalau ini belum selesai, dicoba lagi sampai selesai, hingga akhirnya tidak terasa akibat kerja keras, keuletan, apa namanya, dan keberanian menghadapi tantangan yang dilakukan oleh pemimpin mana pun, sebagaimana nilai-nilai Hakka tadi, negara kita insya Allah akan menjadi bagus, dan pemimpin itu akan berhasil di dalam mengemban tugasnya.

 

Saya juga menggarisbawahi pentingnya kerukunan, pentingnya kesetiakawanan, pentingnya toleransi. Saya masih ingat pada bulan Juni tahun 2004. Sepuluh tahun yang lalu, dalam kampanye pemilihan presiden, masih ada dokumentasinya. Saya katakan waktu itu, saya kira sebagian Bapak-Ibu mendengar, "jika insya Allah saya menjadi Presiden Republik Indonesia, maka saya akan mengatakan: "Diskriminasi No, Kesetiakawanan Yes". Saya tidak akan banyak bicara, tapi yang jelas saya bersyukur, janji saya untuk menghilangkan diskriminasi di negeri ini, termasuk diskriminasi kepada komunitas Tionghoa dapat bersama-sama kita hadirkan. Terima kasih atas kebersamaannya.

 

Kemarin saya berada di Bali, untuk bersama-sama Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, sahabat saya, menghadiri pertemuan global tentang, sebetulnya judulnya "Harmony Among Civilization". Ada satu forum the United Nations, Alliance of Civilization. Dihadiri kemarin oleh 1300 peserta dari seluruh dunia. Ada 161 delegasi. Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok juga hadir kemarin, dan juga sejumlah pimpinan delegasi dari banyak negara. Kemarin yang kita bicarakan adalah bagaimana dunia ini makin kuat kebersamaan di antara bangsa-bangsa, toleransi, dan juga harmoni. Intinya adalah toleransi, harmoni, dan kebersamaan.

 

Coba kita lihat dunia kita, Timur Tengah berdarah, Eropa Timur berguncang, Afrika tidak pernah berhenti dari satu kekerasan ke kekerasan yang lain. Di wilayah kita pun ada ketegangan-ketegangan di kawasan. Solusinya tiada lain adalah bangsa-bangsa sedunia harus belajar hidup rukun, damai, dengan toleransi, ketenggangrasaan, dan semangat untuk hidup rukun. Hanya itu jawabannya. Perang bukan solusi, persenjataan militer menimbulkan permasalahan baru. Saya sampaikan mewakili rakyat Indonesia kemarin di Bali, ajakan dan pesan seperti itu dari bumi Indonesia. Saya kira, nilai dan kultur yang dianut oleh Hakka bersama dengan yang saya sampaikan kemarin, sama dengan yang diinginkan sebenarnya oleh seluruh umat manusia di dunia ini.

 

Bangsa kita bangsa yang majemuk, semua sudah tahu. Sekali-sekali ada benturan, semua juga sudah tahu. Tetapi alhamdulillah kita telah bisa mengelola agar benturan itu tidak sering terjadi, tidak keras, dan skalanya tidak luas. Ini upaya dan jerih payah kita. Dan harus terus-menerus kita lakukan ke depan. Sebelum saya berkunjung ke Bali, selama tiga hari saya berkunjung ke Timor Leste. Di Dili, di senja hari saya beribadah untuk menjalankan sholat Maghrib dengan masyarakat Dili, Timor Leste. Masjidnya lumayan sekitar, berkapasitas 3000 orang, dan waktu itu ada sekian ratus yang sholat Maghrib bersama-sama dengan saya, 60% tentu penduduk Timor Leste, 40% diaspora Indonesia, warga negara kita yang kebetulan tinggal dan bekerja di Dili. Selesai sholat Maghrib, saya bertemu dengan mereka, saya katakan, "Jagalah kebersamaan dan kerukunan dengan semua. Bukan hanya di antara umat Islam Indonesia yang ada di Dili dengan umat Islam Timor Leste, tapi Saudara juga semua harus menjalin hubungan yang baik dengan komunitas Timor-Leste yang kebetulan beragama Katholik".

 

Kalau semangat dan potret seperti itu ada di mana-mana, di seluruh dunia, maka dunia kita akan semakin damai, tidak mudah terjadi kekerasan bahkan peperangan. Hanya atau berangkat dari yang serba lokal seperti itu. Sebelum berkunjung ke Timor-Leste, Bapak juga tahu, saya berkunjung ke Papua Barat. Di Manokwari kemarin saya meresmikan Situs Pekabaran Injil di Mansinam, Manokwari, Papua Barat. Karena Situs Pekabaran Injil itu dulu merupakan pintu gerbang datangnya tokoh-tokoh agama di Tanah Papua, yang kemudian mendorong kemajuan Papua, membangun peradaban Papua yang baru. Indahnya kedua tokoh itu yang datang dari Jerman dan dari Belanda, itu sempat singgah di Maluku Utara, dan diantar atau dibantu oleh Sultan dari Tidore, betul, yang kebetulan beragama Islam. Kapalnya pun diantar oleh mereka-mereka yang beragama Islam. Betapa indahnya ketika tidak harus berperang karena berbeda agama, bahkan mereka bisa saling menghormati keyakinan dan agama masing-masing. Itu juga penting, dan di Manokwari kemarin saya sampaikan pesan seperti ini. Marilah bangsa Indonesia yang majemuk, dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote, kita benar-benar bisa memperkuat kebersamaan, kerukunan, dan toleransi.

 

Saya angkat seperti ini, karena saya yakin inilah nilai-nilai yang ada di kalangan komunitas Hakka, dan sebetulnya juga ada di kalangan bangsa Indonesia. Saya tadi berbicara dengan Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, lebih bagus saya berbicara dalam bahasa Inggris, supaya beliau bisa langsung, "I am saying Mr. Ambassador that I have a talk with you, and yesterday you were also in Bali. I have a good personal relations with both President Hu Jintao, and also President Xi Jinping, and also Prime Minister Wen Jiabao, and also Li Keqiang But my discussion why often that we share a lot of values. I know that Chinese is also loving on stability and order on harmony, on a tolerance, and on togetherness. Those are Eastern values, and I do believe that there are also our values, the values of Hakka, the values of the people of Indonesia, so our task is to maintain, to preserve that kind of values, so our future generation will also follow that those values are to be implemented in a very diverse country like Indonesia". Dan ingat, semboyan kita Unity in Diversity, berbeda-beda tetapi satu. Hakka menjadi bagian dari mewujudkan berbeda-beda tetapi satu, satu jiwa, satu tekad, satu karya untuk memajukan Indonesia, dan untuk membangun persahabatan Indonesia dengan bangsa-bangsa mana pun di dunia.

 

Itulah yang dapat saya sampaikan Bapak-Ibu dan Hadirin yang saya hormati. Dan, akhirnya ada dua hal, tentu yang pertama saya terharu, saya merasa mendapatkan kehormatan yang tinggi diangkat menjadi Ketua Umum Kehormatan Abadi untuk Komunitas Hakka Indonesia. Dengan rasa hormat dan bangga saya terima, semoga saya bisa bersama-sama ikut memajukan Komunitas Hakka Indonesia, ikut mendorong Hakka Indonesia berkarya lebih banyak lagi di negeri tercinta ini untuk ikut mendorong Hakka bersama-sama komunitas mana pun di Indonesia itu hidup rukun berdampingan secara damai. Dan itulah yang menjadi tugas saya.

 

Dan akhirnya, dengan pesan dan harapan seperti itu Bapak-Ibu, Saudara-saudara yang saya cintai, dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, Museum Hakka Indonesia dengan resmi saya nyatakan dibuka.  

 

Terima kasih, terima kasih.

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI