Arahan Presiden RI kepada Komite Inovasi Nasional dan Komite Ekonomi Nasional, 15 Juni 2010

 
bagikan berita ke :

Selasa, 15 Juni 2010
Di baca 916 kali

ARAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPADA

KOMITE INOVASI NASIONAL DAN KOMITE EKONOMI NASIONAL

PADA TANGGAL 15 JUNI 2010

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia, Pimpinan dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, para Menteri dan Anggota Kabinet Indonesia Bersatu, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dan Badan-badan Usaha Milik Negara,

 

Yang saya hormati para Pimpinan dan segenap Anggota Komite Ekonomi Nasional dan Komite Inovasi Nasional,

 

Saya mengajak sekali lagi hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan ridho-Nya kita semua masih diberikan kesempatan dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, tugas, karya, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta, bahkan bagi umat manusia sedunia. Saya ingin mengawali apa yang ingin saya sampaikan ini dengan menyampaikan ucapan selamat kepada segenap anggota KEN dan KIN sekaligus selamat bertugas dan selamat berkarya. Peran, tugas, dan karya Bapak, Ibu, Saudara-saudara semua akan tercatat abadi dalam sejarah utamanya dalam terus meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dan terus membangun negeri yang kita cintai ini menuju masa depan yang lebih maju, lebih bermartabat dan lebih sejahtera.

 

Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tadi, telah disampaikan peran, tugas, kedua Komite yang penting ini dan saya pribadi bersama Wakil Presiden ikut memilih dan menentukan calon dari anggota baik KEN maupun KIN. Di negeri ini tentu banyak tokoh-tokoh yang kredibel, yang terkemuka, yang memiliki berbagai expertise, tetapi tentu kami harus memilih siapa yang kami percayai untuk bersama-sama dengan pemerintah melakukan misi penting ini sebagaimana yang tadi disampaikan oleh Menko Perekonomian, job description dan task description yang berada dalam wilayah atau bidang perekonomian maupun inovasi nasional.

 

Saudara-saudara,

 

Saya ingin menyampaikan tiga hal. Pertama, meskipun secara tertulis sudah tertuang dalam Keputusan Presiden, tetapi saya ingin menyampaikan secara lebih kontekstual dengan pekerjaan yang akan kita laksanakan nanti dalam judul "Hakekat Peran dan Tugas Komite Ekonomi Nasional dan Komite Inovasi Nasional". Setelah itu saya ingin mengulang kembali apa yang saya sampaikan di Tampak Siring, Bali, beberapa minggu yang lalu, sebagian dari Saudara sudah mendengarkan, karena masih saya anggap relevan dan juga berkaitan dengan apa yang akan kita lakukan bersama ke depan nanti. Baru yang terakhir, belum-belum sudah mendapatkan pekerjaan rumah, ingin saya sampaikan nanti secara definitif tugas atau homework, pekerjaan rumah apa yang besar harapan saya dapat dilakukan oleh kedua Komite yang penting ini.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Terkait dengan hakekat peran dan tugas KEN dan KIN, ini penting agar publik juga mengetahui mengapa kedua Komite ini kita bentuk, yang gagasan ini sesungguhnya sudah kami pikirkan, diskusikan, dan sampaikan beberapa saat sebelum berakhirnya masa bakti Kabinet Indonesia Bersatu. Sebagian dari Saudara, baik KEN maupun KIN telah berdiskusi beberapa kali dengan saya, baik di Cikeas maupun di tempat-tempat lain, tentang pentingnya membentuk dua Komite ini.

 

Pertama-tama, KEN dan KIN bukan decision making forum dan juga bukan policy making body. Wilayah ini berada di pemerintah, di kabinet, domain dari kami yang ada di jajaran pemerintah. Oleh karena itu, output dan produk dari KEN dan KIN juga bukan keputusan atau kebijakan itu sendiri. Ini supaya clear dan supaya jelas. Oleh karena itu, KEN dan KIN berperan semacam, karena kita belum punya yang dimiliki oleh pemerintah atau semi government institution semacam the institute of policy studies yang bertugas untuk melaksanakan policy review, policy study, sehingga output dan produk dari kedua Komite ini adalah tiada lain, sesungguhnya, policy recommendation. Policy recommendation kepada pemerintah, kepada Presiden, yang ada dalam wilayah tugas yaitu di bidang ekonomi dan inovasi nasional.

 

Dengan demikian keberadaan kedua komite ini penting dengan deskripsi tugas yang jelas, tidak perlu harus tumpang tindih dengan yang dilakukan oleh kabinet dan jajaran pemerintahan tapi hidup. Mengapa? Sebagian dari Saudara pernah berada di kabinet, pernah menjadi Menteri dan posisi-posisi yang hampir tiap hari mengelola berbagai isu dan permasalahan. Boleh dikatakan, tiada hari bagi kami jajaran eksekutif yang tidak menghadapi isu, permasalahan, yang harus kami putuskan, yang harus kami carikan solusinya, yang harus kami bangun seperti apa jalan keluar, kebijakan, termasuk program-program aksi yang berkaitan dengan itu. Oleh karena itu, sering tidak cukup waktu bagi yang berada dalam pemerintahan untuk duduk dengan tenang, menggagas, memikirkan dengan telaah kritis apa sebuah policy development . Ibarat mobil tidak boleh turun mesin, harus jalan terus, mesin harus terus bekerja, 24 hours per day. Oleh karena itulah, diperlukan komite ini yang dengan fokus, atau secara komprehensif menelaah sesuatu kemudian output-nya adalah sekali lagi, policy recommendation yang disampaikan kepada Presiden dan jajaran pemerintah.

 

Saudara-saudara,

 

Berkaitan dengan policy, maka saya boleh mengatakan untuk Komite Ekonomi Nasional, mari kita sedikit me-refresh­ pemahaman kita tentang economy dan economic policy. Economic policy itu tiada lain ya solution to economic problems, itu sebetulnya. Boleh kita maknai the action that government takes in the economic field. Jadi harus fokus, bukan kajian dalam arti untuk kepentingan telaah akademik tapi arahnya adalah policy. Tentu policy recommendation  yang akan menjadi bagian atau masukan penting untuk policy di jajaran pemerintah.

 

Jenis kebijakan ekonomi yang kita maksud banyak sekali, bisa diperpanjang di sini, antara lain kebijakan stabilisasi ekonomi makro, fiscal monetary policy, bisa kebijakan perdagangan, bisa kebijakan industri, dan sebagainya. Goal atau objective di sini juga banyak, kalau berkaitan dengan makro ekonomi bagaimana inflasi terjaga, rendah, dan terjaga, pertumbuhan steady, sustain and sustainable, kemudian unemployment itu tidak berkembang bahkan menurun pada batas-batas yang dimungkinkan. Saya hanya ingin mengangkat satu-persatu penglihatan apa itu economic policy.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau bicara inovasi dan inovasi nasional, innovation, boleh kita melihat elemen seperti ini karena kalau kita punya sepuluh pakar ditanya what is innovation? Jawabannya barangkali dua puluh dan tidak bisa dipilih mana yang benar, mana yang salah, semuanya biasanya relevan. Pertama, a new way of thinking, a new way of doing something disebut juga agent of progress. Kita ingin terus bergerak maju, we need progress. Nah, innovation adalah an agent of progress. To make something or someone better, it is a positive change. Lantas, biasanya link to purpose and growth. Ini dalam dunia ekonomi, dalam dunia industri akan kita lihat apakah makin meningkat, ada improvement di bidang efisiensi, reductivity, quality, competitiveness, dan sebagainya. Juga berkaitan dengan creativity, menyangkut di bidang teknologi, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan banyak lagi. Jadi bicara inovasi, tidak hanya technological innovation meskipun itu sangat penting, salah satu pilar dari inovasi. Dan menutup apa yang disebut dengan innovation maka ada istilah eco innovation, riset, development and application, akhirnya ke situ. Jadi, ideals terus bergerak, terus berproses akhirnya menjadi apa yang bisa kita aplikasikan di berbagai cabang kehidupan. Itu bagian pertama Saudara-saudara, untuk sedikit menyegarkan kembali pengetahuan dan pemahaman kita what is economy, what is economic policy, what is innovation, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu.

 

Bagian kedua, sebagaimana saya sampaikan tadi, saya ingin mengulang kembali, tentu secara cepat, apa yang saya sampaikan dalam retreat atau Rakernas yang kami laksanakan di Tampak Siring pada bulan April yang lalu yang dihadiri oleh para Menteri, para Gubernur seluruh Indonesia, pimpinan LPNK, BUMN, dan sebagian dari Saudara untuk bagaimana kita bisa melakukan percepatan dan peningkatan ekonomi nasional. Meskipun titik beratnya waktu itu ekonomi, khusus yang direktif ini, tapi Saudara bisa merasakan di mana letak peran atau kontribusi dari innovation, tidak bisa dipisah-pisahkan. Jadi kalau dulu pernah ada yang kita pentingkan ekonom atau teknolog, dua-duanya kita pentingkan, tidak mungkin masing-masing berjalan sendiri.

 

Saudara-saudara,

 

Waktu itu saya mengatakan atau saya menyampaikan tiga hal, sikap, dan respon terhadap capaian ekonomi lima tahun terakhir, lima tahun yang lalu, kemudian opportunity yang kita miliki, peluang untuk kebangkitan dan peningkatan ekonomi nasional, dan kemudian saya tutup dengan sepuluh direktif yang saya sampaikan dan itu sudah tertuang semuanya dalam Inpres karena kita tidak ingin forum itu hanya forum diskusi, itu policy forum waktu itu, kemudian output­-nya Inpres-nya sudah berjalan dan sedang kita lakukan di seluruh tanah air.

 

Saudara-saudara,

 

Saya mulai dari yang pertama dulu, sikap dan respon terhadap capaian ekonomi lima tahun terakhir banyak yang patut kita syukuri, banyak good news meskipun masih ada permasalahan, tidak sedikit, dan masih ada pula pekerjaan rumah kita. Lima tahun ke depan harus lebih baik, pertumbuhan tinggi disertai pemerataan yang baik, growth with equity. Nah, citra periode krisis, ingat 1998, 1999, 2000, 2001, sekitar tahun-tahun itu, atau awal reformasi, perekonomian kita tidak atau belum baik, kita rasakan semua dan sering kita telaah, tidak untuk menyalahkan siapa-siapa. Mengapa? Kita semua berada di situ, tidak ada diantara kita yang lahir baru lima tahun yang lalu atau pasca krisis. Kita semua di sana. Yang penting bagaimana kita memetik pelajaran dari krisis itu.

 

Peluang ke depan, opportunity bagi Indonesia, pertumbuhan ekonomi Asia Timur tinggi, tertinggi di dunia, nyata. Dua tahun ketika dunia mengalami krisis 2008-2009, yang lain berguguran, Asia Timur tetap positif, diantaranya ekonomi kita sendiri. Ekonomi Indonesia sudah terintegrasi dan terhubung, connected dengan ekonomi kawasan dari aspek geo ekonomi. Di kala dunia mengalami krisis, ekonomi kita tetap tumbuh positif dan relatif tinggi. Untuk ukuran prestasi perekonomian global, 4,5% itu angka yang baik. Insya Allah tahun ini kita tumbuh lebih tinggi lagi, bisa mendekati 6%, insya Allah, dan kemudian tahun depan kita ingin lebih dari 6%.

 

Yang ingin saya sampaikan bahwa performance kita, kompetensi kita to moderate, to minimize the effect of the crisis itu merupakan capital, merupakan modal, kita bisa. Tentu menghadapi krisis yang akan datang, kalau ada, kita juga tetap bisa. Ini harus kita catat baik-baik karena kita sering mengalami the crisis of confidence, kurang percaya diri. Padahal kita oke-oke saja, tentu dengan kerja keras. Potensi ekonomi secara nasional dan kewilayahan masih dapat kita tingkatkan, baik pertanian, industri, maupun jasa. Dan ini yang penting, kita paham banyak sekali masalah yang kita hadapi di pusat, di daerah, di berbagai sektor pembangunan, yang disebut dengan permasalahan internal yang mengganggu seperti masih ada bottlenecking, kemacetan-kemacetan, ekonomi biaya tinggi, iklim invetasi dan birokrasi yang menghambat.

 

Kalau itu bisa kita perbaiki secara terus-menerus, dengan upaya yang sungguh-sungguh, tentu itu adalah opportunity yang besar bagi pertumbuhan perekonomian disertai pemerataan atau bagi capaian pembangunan yang lain. Namun demikian, ketika ada opportunity juga ada challenge. Challenge kita, bagaimanapun kita ingin stabilitas politik terjaga. Stabilitas politik dalam alam demokrasi. Stabilitas politik in open society, berbeda dengan cara-cara penjajah, stabilitas politik dalam sistem semi otoritarian, misalnya kepastian hukum. Demokrasi, rohnya freedom. Freedomthe rule of law, dengan supremasi hukum. Diperlukan pula keamanan dan ketertiban publik. Merupakan tantangan pula kemudahan berusaha dan ekonomi yang efisien, kebijakan dan peraturan yang tepat, termasuk peraturan daerah yang tidak menghambat, kemudian infrastructure sangat-sangat kita perlukan termasuk listrik dan prasarana transportasi. harus berjalan bersama-sama dengan

 

Dengan overview tadi, dengan gambaran perekonomian dunia, dengan peluang dan tantangan maka di Tampak Siring saya sampaikan sepuluh direktif yang itu sedang dilakukan oleh jajaran pemerintah baik pusat maupun daerah. Saya sampaikan, ekonomi harus tumbuh lebih tinggi, 7% sasaran kita di tahun 2014 nanti. Kedua, penganggguran harus makin menurun dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Kemiskinan harus makin menurun, pendapatan per kapita harus makin meningkat. Stabilitas ekonomi terjaga. Kemudian yang keenam, pembiayaan atau financing itu harus lebih banyak menggunakan sumber-sumber dalam negeri, makin kuat, makin meningkat, sehingga hutang luar negeri terus bisa kita turunkan. Ketahanan pangan dan ketahanan air dapat kita capai. Ketahanan energi juga demikian. Kemudian, kita bicara persaingan global, persaingan regional, maka daya saing perekonomian kita harus makin kuat dan meningkat. Dan last but not least, saya sampaikan bahwa growth kita harus menjadi green growth. Ekonomi kita harus menuju green economy, ekonomi yang ramah lingkungan.

 

Sepuluh direktif itu dulu, Saudara masih ingat, kita kemas satu-persatu secara singkat dan ini relevan dengan tugas yang akan saya berikan nanti kepada KEN, kepada Komite Ekonomi Nasional. Pertama, apa yang kita maksudkan peningkatan pertumbuhan atau economic growth kita. Sasaran 7%, 2014. Kita ingin pertumbuhan itu merata atau inklusif, termasuk pertumbuhan yang terjadi di provinsi-provinsi, bukan hanya di Jakarta saja atau kota-kota besar atau provinsi yang sudah maju. Kemudian, growth ini bukan hanya mengharapkan consumption, meskipun consumption jangan diabaikan. Saya membaca running text dua hari yang lalu bahwa konon Chinese economy itu juga mulai driven by consumption. Biasanya ekspor yang menjadi andalan tetapi sudah mulai. Oleh karena itu, not only consumption, not only government expenditure, meskipun ini penting dan jumlahnya makin besar. Ketika kita punya APBN, jumlahnya Rp 1000 trilyun lebih nanti.

 

Tapi yang kedua dan ketiga ini yang saya garis bawahi, bagaimana ke depan growth kita banyak ditopang oleh investasi dalam dan luar negeri dan juga oleh netto dari ekspor dan impor kita. Growth kita, in the long run, itu juga harus didorong oleh human capital, sumber daya manusia dan juga inovasi teknologi. Saya punya persamaan di sini, pertumbuhan, growth, itu fungsi dari capital, leader, and technology. Disinilah sebetulnya akar, atau pilar, atau condition dari innovation, dari innovatif society, knowledge society, yang mendorong pertumbuhan dari sisi human capital. Itu adalah elaborasi dari direktif yang pertama tentang economic growth.

 

Yang kedua, Saudara-saudara, kita ingin pengangguran makin berkurang dengan tentu caranya meningkatkan lapangan pekerjaan. Sasaran kita 5%-6% pada akhir tahun 2014. Trend­-nya insya­stay, kemudian susut kembali. Di sini kita juga ingin terus melaksanakan revitalisasi industri manufaktur to create more job, pembangunan infrastruktur termasuk PNPM, pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah juga untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan kemudian jangan dilupakan peningkatan tenaga kerja terampil di luar negeri. Ini bagian dari globalisasi, bagian dari mobilisasi individu. Kita tekankan tenaga kerja yang terampil. Itu berkaitan dengan pengurangan unemployment. Allah bisa kita capai karena makin susut, makin susut. Krisis itu luar biasa, di negara maju ada 10% pengangguran, 12%. Tapi kita kemarin tidak meningkat,

 

Yang ketiga, berkaitan dengan pengurangan kemiskinan. Sasaran kita 8%-10% pada akhir tahun 2014. Ini tentu bisa dikontribusikan antara lain bantuan pemerintah dan pemberdayaan, program-program pro rakyat yang berjalan sekarang ini, bantuan pendidikan dan kesehatan untuk kelompok tidak mampu, pengembangan UMKM, peningkatan pendapatan, termasuk pemberian Kredit Usaha Rakyat, dengan demikian dia dapat pendapatan atau income, dan akhirnya akan berkurang kemiskinan, termasuk program corporate social responsibility dari dunia usaha atau swasta untuk pemberdayaan masyarakat. Pendek kata, semua upaya kita lakukan secara terintegrasi untuk mengurangi kemiskinan.

 

Yang keempat, direktif saya adalah kita ingin meningkatkan pendapatan per kapita. Sasaran, kalau tidak ada krisis, jika trend petumbuhan bisa kita jaga lima tahun mendatang, 2014 kita bisa mencapai US$ 4.500, income per capita kita. Tentu dengan tingkat kesenjangan yang acceptable. Good news,emerging economies, China, India, Brasil, dan lain-lain, kesenjangan di negeri kita tidak semenganga mereka, dari (inaudible) index, ini harus kita jaga. Kemudian, perhatian kepada kaum marjinal, nelayan, buruh kecil, masyarakat daerah tertinggal, dan sebagainya. Ini adalah peningkatan pendapatan per kapita untuk tahun-tahun mendatang. diantara

 

Yang kelima, stabilitas ekonomi, economic stability, macro economic stability. Kita tentu ingin inflasi tidak terlalu tinggi dan terjaga, harga bahan pokok stabil dan terjangkau, sisi hulu mesti ada keseimbangan supply dan demand, para ekonom tahu ini, nilai tukar tidak sangat berfluktuasi, kecenderungannya menguat sekarang Rp 9.000 sekian. Kalau berfluktuasi mengacaukan ekspor dan impor kita. Tentu harus kita jaga. Kemudian tidak terjadi capital flight yang tidak normal. Capital flightcountry risk dan berbagai indikator. Oleh karena itu, stabilitas ekonomi dalam arti luas menyangkut hal-hal seperti yang saya sampaikan tadi. itu juga berkaitan dengan

 

Saudara-saudara,

 

Yang keenam, soal pembiayaan atau financing. Saya mengatakan tadi, mari kita betul-betul menggali sumber-sumber pendanaan dalam negeri agar rasio hutang terhadap GDP makin baik. Sekarang makin baik. Angka terakhir saya kira di bawah 25%. Mana Menteri Keuangan? DPR. Berapa persen sekarang debt to GDP ratio? Sekitar 23/24%. Mari kita bikin makin kecil. Komponen hutang luar negeri makin kecil, ini saya garis bawahi. Usahakan tidak terlalu mudah untuk mendapatkan atau mencari loan, kecuali itu solusi. Kemudian penerimaan pajak, harapan kita meningkat. Alhamdulillah, dengan reformasi perpajakan, penerimaannya makin baik. Tapi bad news-nya, masih ada penyimpangan-penyimpangan di wilayah itu. Saya akan melakukan reformasi secara serius di wilayah perpajakan, dengan demikian makin kita potong itu rantai-rantai penyimpangan yang terjadi selama ini.

 

Penerimaan migas harapan kita tetap baik. Penerimaan sektor pariwisata diharapkan meningkat. Tabungan masyarakat atau saving meningkat karena saving ini equal to investment sebetulnya. Kalau tabungan banyak dan itu dikelola dengan baik maka itu sumber investasi yang bisa kita lakukan. Itu soal financing yang mesti kita tempuh ke depan.

 

Yang ketujuh, ketahanan pangan dan air. Ini mutlak, Saudara-saudara. Kita negara berkembang, daya beli rakyat kita belum tinggi kecuali kelompok yang sudah mampu dan sejahtera. Oleh karena itu, water security ini sangat penting. Kita ingin swasembada beras kita pertahankan menuju ke surplus. Komoditas pangan strategis makin cukup, berkali-kali saya katakan beras, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi. Penyediaan dan kondisi air minum makin baik, jangan anggap ringan ini. Ini menjadi global issue, masalah water ini. Kemudian daerah rawan pangan teratasi. Kita ingin tahun-tahun mendatang, 5-10 tahun mendatang, makin kuat ketahanan pangan dan air kita.

 

Yang kedelapan, ketahanan energi. Kita berharap listrik dapat memenuhi kebutuhan jangka menengah. Jangka pendek, pemadaman listrik dapat diatasi, itu harapan kita. Pemerintah, PLN, bekerja keras. Mudah-mudahan tahun ini byar pet atau pemadaman-pemadaman yang sangat mengganggu itu bisa dihilangkan, dikurangi secara drastis, secara signifikan menuju ke kecukupan dari sumber listrik ini. Kita ingin BBM cukup dan terdistribusi dengan baik, mencapai sasaran energy mix 2015 menuju ke upaya bersama mengatasi climate change dan kemudian kita ingin menggalakkan geothermal atau panas bumi yang baru kita gunakan less than 5%, padahal Indonesia deposit yang terbesar di dunia, dan geothermal capacity. Oleh karena itu, ini potensi yang besar yang harus kita daya gunakan.

 

Yang kesembilan, Saudara-saudara, daya saing ekonomi kita. Bagaimanapun, kalau infrastruktur kita serba kurang di seluruh tanah air, tidak mungkin kita bisa kompetitif. Kita juga ingin ke depan, membangun connectivity baik fisik maupun information and communication technology. Kita ingin ada inovasi teknologi besar-besaran. Kita ingin bikin baik iklim investasi negeri ini sehingga competitiveness kita juga meningkat, dan kemudian produktivitas nasional. Saya kira banyak hal yang bisa kita lakukan secara serius, secara fundamental  untuk meningkatkan daya saing perekonomian kita atau secara luas daya saing nasional kita.

 

Last but not least adalah masalah green economy. Kita akan melakukan langkah-langkah yang sangat serius tahun-tahun mendatang menyangkut pengelolaan hutan. Kita sudah mulai melaksanakan kerja sama, kemitraan dan bantuan dalam konteks mendapatkan kontribusi dari dunia luar, dari negara-negara maju. Contohnya kemarin, kerja sama kita dengan Norwegia yang bisa mendapatkan kontribusi pendanaan US$ 1 milyar grant, hibah, untuk masa lima tahun ke depan dan seterusnya. Kita ingin energi efisiensi, kita harus laksanakan kampanye hidup hemat dan ramah lingkungan. Kampanye nasional tanam dan piara pohon, pengawasan pada usaha pertambangan, kehutanan, dan pertanian. Ini semua berkaitan dengan green economy ataupun green growth yang akan kita jalankan.

 

Itulah yang kita diskusikan di Tampak Siring, sepuluh hal yang akan kita lakukan ke depan untuk tidak menyia-nyiakan opportunity atau peluang sambil mengatasi challenge dari perkembangan global dan regional, utamanya dalam bidang perekonomian. Setelah saya jelaskan ini, maka bagian terakhir dari arahan saya adalah tugas dan pekerjaan rumah untuk Komite Ekonomi Nasional. Tidak banyak-banyak Pak Chairul dan Saudara-saudara anggota KEN, hanya delapan saja, tidak sulit ini.

 

Yang pertama, APBN. APBN ini tools, means, sesungguhnya dalam arti luas mengatur, menjaga dari apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk membiayai pembangunan, untuk melaksanakan stimulasi pertumbuhan, sampai menjaga keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, budget policy sebagai bagian dari fiscal policy sangat penting. Budget design sangat penting. Struktur APBN dan kemudian APBD kita yang kredibel, yang sustain, itu sangat penting. Apalagi kita bersepakat untuk terus mendorong terjadinya desentralisasi fiskal. Saya berharap KEN bisa memberikan policy recommendation, telaah kritis terhadap design, kebijakan APBN yang sedang berjalan ini, alokasi dan distribusi anggaran atau sumber daya. Saudara tahu bahwa dari Rp 1.000 trilyun lebih APBN kita atau 100% dari APBN kita, sudah ada kapling-kapling.

 

Kapling utama misalkan untuk subsidi, baik itu listrik, bahan bakar, pertanian, dan banyak lagi, untuk bayar bunga utang. Kumpulan dari dua itu sudah mencakup sekitar 20%, kadang-kadang lebih, it depends on seperti apa yang harus kita subsidi. Fluktuasi harga minyak mentah misalkan, juga ikut meningkatkan subsidi misalnya dan keperluan-keperluan lain. Dari situ, sudah ada semacam porsi yang tidak bisa lentur, tidak bisa fleksibel, tidak bisa elastis kita gunakan kemana-mana.

 

Lantas yang kedua, yang namanya biaya yang rutin itu besar, big, tidak bisa kemana-mana. Lantas biaya untuk tugas-tugas pemerintahan umum harus jalan bagi negara. Ada fungsi-fungsi pemerintahan umum, fungsi-fungsi penyelenggaraan negara, dibiayai. Biaya pendidikan 20% dari spending, seperti itu. Lantas social safety net, pengurangan kemiskinan, program-program pro rakyat, itu sudah ada porsi. Seringkali tidak terlalu banyak untuk great stimulation atau infrastructure, untuk ini, untuk itu. Tentu kita ingin makin ke depan makin healthy kita punya budget, makin sustain, makin tepat.

 

Design awal dan tentunya implementasinya tepat sasaran, tidak ada penyimpangan, tidak ada korupsi, dan sebagainya. Tapi design awal fundamental policy, structure, itu harus baik betul. Defisit yang baik berapa? Tentunya kita menuju ke balance budget. Krisis kemarin 2 koma sekian persen. Alhamdulillah tahun depan kita bisa turunkan 1,7%. Tolong dipotret, tolong dianalisis, tolong ditelaah, seperti apa satu rational budget yang tepat untuk negeri kita ini, pusat maupun daerah. Ini PR yang pertama.

 

PR yang kedua adalah tentang economic connectivity . Lihat peta Indonesia, lihat domestic economy, domestic market, connectivity antar pulau, connectivity antar provinsi sehingga terjadi mekanisme perdagangan dalam negeri yang bagus, sehingga semuanya berkembang karena connectivity yang bagus. Apakah itu ICT? Apakah itu yang fisik, jalan-jalan, dan kereta api, transportasi, dan apapun. Tolong berikan rekomendasi pada pemerintah, apa grand design dari economic connectivity pada tingkat nasional.

 

PR yang ketiga, aid di sini termasuk logistic ke Aceh, the national logistic, bagusnya bagaimana. Keunggulan komparatif macem-macem provinsi apa. Lantas bagaimana menyambungkan, terjadi efisiensi dengan mekanisme pasar yang bagus, misalnya seperti itu. Silakan dilihat nanti economic connectivity seperti apa yang paling pas untuk negeri kita sehingga itu sustain dan sustainable.

 

Yang ketiga, bagaimana kita menuju 7% pertumbuhan. Kalau kita bicara road map, kita bicara blue print, kita bicara jalannya menuju ke situ bagaimana. Ingat, bukan sekedar 7% itu sendiri, tapi harus inklusif, harus sustainable, tidak boleh merusak lingkungan, dan harus balance. Balance antar komponen atau society, balance antara provinsi dan sebagainya, balance antara sumber-sumber penerimaan, dari consumption, government expenditure, kemudian investment, ekspor, dan sebagainya.

 

Saya pernah berdiskusi dengan Bill Gates dulu waktu berkunjung ke sini. Dapat satu temu yang diperlukan itu, orang mengatakan the power of reasoning, tapi ada juga satu lagi the power of imagination, melamun, membayangkan, berkhayal-khayal. Itu ternyata ide seperti itu bisa manifest menjadi sesuatu yang tidak terduga-duga. Ini tentu jangka panjang, unfinished agenda. Pendidikan, segala macam, bagaimana betul-betul to build this kind of society, knowledge society, green society, membangun entrepreneurship, dan bagaimana membangun masyarakat yang kreatif, inovatif, dengan membawa serta teknologi di dalamnya.

 

Itu tugas jangka panjang, tentu bukan hanya tugas KIN, tapi tugas kita semua. Nah, yang jangka menengah, menengah itu ada yang mengatakan lima tahun, ada yang mengatakan lima-sepuluh tahun. Jangka menengah adalah, saya ingin sempitkan lingkup dari innovation di sini adalah eco innovation of research, development, and application. Biar connect sama ekonomi, KEN tadi, apa yang dilakukan oleh pemerintah, maka KIN bertugas betul bagaimana energi, pangan, dan air ini betul-betul dapat kita jaga ketahanannya, security-nya. Head, itu istilah saya, food, energy, water, sustanaibility atau food energy security. Pendidikan menyangkut cara pandang, menyangkut mindset, menyangkut the power of reasoning, menyangkut bagaimana kita berpikir dan bertindak rasional, tapi juga menyangkut metodologi, menyangkut e-education, menyangkut proses belajar-mengajar, menyangkut evaluasi, menyangkut life long education, life learning, dan segala macam.

 

Mari, jangan diabaikan ini. Ini segala membangun intellectual curiosity seperti apa. Lebih dari apa yang kita lakukan. Dan Mendiknas, dengarkan baik-baik nanti bagaimana pandangan Komite Inovasi Nasional tentu juga berbicara dengan ahli pendidikan yang lain tentang wilayah yang sangat penting ini. Kesehatan dan kedokteran, saya tidak berharap banyak di sini, negara kita negara tropis bukan hanya mencapai MDG, bukan hanya meningkatkan kesehatan masyarakat tapi juga memerangi penyakit-penyakit menular, malaria, demam berdarah, HIV AIDS, apalagi Ibu Menkes? Banyak sekali di Papua, di negara segala macam itu, dan siapa tahu Tuhan menakdirkan lahir di bumi Indonesia ini researcher, innovator yang bisa menghasilkan obat anti kanker misalnya, anti HIV AIDS, dan yang lain-lain. Kalau kita berdoa, kita mohon pada Allah atau kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan ketekunan atau giat mungkin diturunkan betul ilmu itu, penemuan itu. Who knows? Kesehatan, kedokteran ini.

 

Kelautan, maritim. Bayangkan Indonesia, lihat ini Bapak, Ibu. Ini skalanya mungkin pas tidak. Tapi yang jelas daratannya ini seperempat, tiga perempat itu ocean, lautan, dengan segala resources di dalamnya. Itu kalau resources. Tapi juga untuk pelintasan kapal, untuk macam-macam, untuk menjaga ekosistem kita, bisa juga untuk carbon capture, carbon sink, dan sebagainya. Mari kita bangun inovasi, teknologi, seperti apa kelautan, maritim ini bisa kita kembangkan dengan baik.

 

Pertahanan dan teknologi kesenjataan. Saya kira sangat jelas itu doktrin kita, yang bisa kita bikin sendiri tidak perlu kita beli. Kita membeli kalau memang tidak bisa kita bikin sendiri dan kita perlukan benar. Itu pun dengan konsep sharing, joint investment, joint production, transfer of technology,the rest harus bisa kita hasilkan di negeri sendiri. dan sebagainya. Memalukan sebagai bangsa kalau peluru, senapan-senapan, perlengkapan militer kita beli. Harus dari dalam negeri sendiri, termasuk kendaraan tempur berlapis baja yang bisa kita bikin sendiri. Yang canggih barangkali, pesawat tempur yang canggih, kapal selam, dan sebagainya terus terang belum dalam penguasaan kita, mungkin kita bisa beli. Tapi

 

Transportasi. Kita mengabaikan transportasi laut. Transportasi udara selalu ada batasnya. Bayangkan kalau nanti domestic market kita sudah bagus, connectivity sudah terjadi, masing-masing punya comparative advantage, masing-masing punya keunggulan ekonomi, punya resources segala macam, sangat diperlukan transportasi laut. Seperti apa industri kita? Saya kira transportasi baik darat, laut, udara ini masih menjadi prioritas kita melihat geografi negara kita seperti ini.

 

Kemudian yang ketujuh adalah teknologi komunikasi dan informasi dengan fokus tiga dulu, e-government, e-education, and e-business. Kemudian yang kedelapan, industri atau ekonomi kreatif. Ini pekerjaan rumah, mudah-mudahan dalam waktu enam bulan juga sudah ada produk di situ yang kita masukkan dalam sistem, kita masukkan sebagai mainstream untuk melengkapi, menyempurnakan, mengembangkan policy yang kita jalankan, policy yang dikembangkan oleh para Menteri, oleh jajaran pemerintah, termasuk para Gubernur di negeri kita ini.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah tugas yang paling mudah dari seorang Presiden, memberikan tugas dan pekerjaan rumah, tapi dengan harapan dan kepercayaan bahwa insya Allah semua bisa dilaksanakan dengan baik. Tentu Saudara bekerja tidak dalam isolasi, kita keluarga besar, bersama-sama. Saudara juga tidak boleh menjadi kelompok eksklusif. Banyak tokoh-tokoh di luar yang juga credible, yang juga punya expertise, ajak semuanya berinteraksi. Dengan demikian karya ini adalah karya bangsa, bukan karya Komite Ekonomi Nasional, Komite Inovasi Nasional, dan juga pemerintah. Hanya dengan cara pandang itu seberat apapun persoalan yang kita hadapi insya Allah ada solusinya, ada jalan keluarnya, dan negeri kita makin ke depan makin baik.

 

Itulah Saudara-saudara yang ingin saya sampaikan dan tentu akan ada forum-forum di masa depan. Saudara dengan kabinet, dengan Menteri, sekali-kali dengan saya untuk melaksanakan updating apa yang sudah Saudara lakukan karena bangsa tidak boleh kering idealismenya. Bangsa harus punya arah, harus ada brain, quote, and quote. Terlalu berbahaya kalau negara dikelola dari urusan dari hari ke hari. Pragmatisme penting tapi tetap dengan visi. Opportunity harus kita dapatkan tapi tidak boleh terlalu oportunis, hanya untung rugi, hanya dapat-dapatan begitu tapi harus punya konsep, punya arah, punya design, punya visi. Ini negara, ini bangsa, 230 juta.

 

Politicians come and go, President, Ministers come and go. Tapi nasib 230 juta, negeri kita seluas ini, yang punya masa depan dengan sejarah para pendahulu kita mulai dari Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Ibu Mega, dan seterusnya nanti, harus kita jaga betul. Pemerintah tentu akan bekerja terus, sering harus pragmatis, sering praktis mengatasi masalah, to solve the problem, to deal with unfinished issues, tapi mesti ada waktu, ruang,menggagas, memikirkan negara ini secara utuh untuk anak cucu kita, untuk masa depan kita.

 

Saya berharap komite ini di samping memberikan rekomendasi tentang kebijakan tapi itu berangkat dari telaah yang lebih luas, dengan landasan-landasan yang kokoh, dengan cara pandang yang utuh, dengan demikian produknya juga baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Itulah harapan saya dan saya yakini Saudara semua bisa mengemban tugas ini dan sekali lagi selamat bertugas, semoga berhasil. Sekian Saudara-saudara.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI