Sambutan Presiden pada Peluncuran Kelembagaan 80.000 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih

 
bagikan berita ke :

Senin, 21 Juli 2025
Di baca 393 kali

Di Koperasi Desa Merah Putih Bentangan, Desa Bentangan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.


 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Salve,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati, para Pimpinan Lembaga Tinggi Negara, hadir Ketua DPR RI Saudari Puan Maharani, hadir Ketua DPD RI Saudara Sultan Najamudin, hadir Wakil Ketua MPR RI Saudara Bambang Wuryanto, Ketua Komisi I DPR RI Saudara Utut Adianto, Ketua Komisi IV DPR RI Saudari Titiek Soeharto;
Menko Pangan sebagai Ketua Satgas Nasional Percepatan Pembangunan Koperasi Merah Putih Saudara Zulkifli Hasan, Menteri Koperasi Saudara Budi Arie Setiadi dan seluruh tim yang bertugas;
Para Menteri, Wakil Menteri, para Kepala Badan, Jaksa Agung, Panglima TNI, Kapolri, serta para Pejabat Kabinet Merah Putih yang hadir;
Gubernur Jawa Tengah, Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Ahmad Luthfi beserta Forkopimda Provinsi Jawa Tengah yang hadir, saya lihat tadi Panglima Diponegoro hadir, Kapolda, Kepala Pejabat sekalian yang saya hormati;
Bupati Klaten Saudara Hamenang Wajar Ismoyo, terima kasih;
Ketua Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Pusat Saudara Bambang Hariyadi, para kepala daerah, Wali Kota dan Bupati yang hadir secara langsung maupun melalui video conference yang saya hormati dan yang saya banggakan, terima kasih kehadiran Saudara-saudara;
Para Kepala Desa dan Lurah seluruh Provinsi Jawa Tengah yang hadir, terima kasih tadi panjang sekali deretan Kepala Desa dan Lurah, naik mobil saja berapa menit, terima kasih, luar biasa kehadiran Saudara-saudara sekalian;
Saudara-saudara sekalian, rekan-rekan pers media yang turut hadir dalam peluncuran 80.000 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di Desa Bentangan, Klaten, Jawa Tengah.

Saudara-saudara sekalian,
Tentunya sebagai insan yang bertakwa, marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Mahabesar, Tuhan Mahakuasa, bagi umat Islam Allah Swt. yang memiliki sekalian alam, hanya kepadanya lah kita berdoa dan hanya kepadanya lah kita meminta pertolongan. Kita bersyukur atas segala karunia yang diberikan kepada kita dan kepada bangsa kita, atas nafas dan kesehatan yang masih diberikan kepada kita, sehingga kita bisa hadir dalam acara yang sangat baik ini, yang bersejarah ini di Desa Bentangan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Pada hari ini kita meluncurkan kelembagaan 80.000 Koperasi Desa dan Koperasi Kelurahan Merah Putih, tepatnya 80.081 koperasi.

Saya minta maaf ya, banyak tokoh yang saya belum sapa, kelewatan tadi, menteri-menteri sudah ya. Banyak sekali nama-namanya, tapi ini saya lihat masih banyak tokoh seperti Pak Chairul Tanjung hadir di sini. Beliau mantan menko, salah satu pengusaha terkemuka di Indonesia, ini kehormatan besar;
Juga Ketua Umum Asosiasi Pemerintahan Kabupaten seluruh Indonesia (Apkasi) Saudara Bursah Zarnubi yang juga Bupati Lahat;
Di sini hadir juga dirut-dirut penting, Dirut PT Pertamina Pak Simon Mantiri, Dirut Kimia Farma Saudara Djagad Prakasa Dwialam, Dirut PT Telkomsel Indonesia Ibu Dian Siswarini; Dirut PT POS Indonesia Saudara Endy Abdurrahman, PT Perkebunan Nusantara III Saudara Denaldy Mulino Mauna, Dirut PT Agrinas Pangan Nusantara Saudara Mota, Himbara (Dirut PT Mandiri, PT BNI, BRI, Bank Syariah), Ketua Umum Kadin. 

Baik Saudara-saudara, minta maaf tadi lompat.

Jadi Saudara-saudara, hari ini adalah memang hari yang bersejarah. Kita mulai suatu usaha besar. Jadi kita sudah mengerti bahwa konsep koperasi adalah konsep orang yang lemah. Konsep koperasi adalah konsep untuk mereka yang lemah. Yang kuat tidak mau berurusan dengan koperasi. Yang kuat tidak mau, menjadi anggota koperasi pun tidak mau. Kalau sudah kuat, sudah kaya, sudah punya akses ke mana-mana, dia yang dia bikin itu PT, dia bikin holding, dia bikin incorporated, dia bikin limited liability company, dia bikin corporation dan bla bla bla.

Koperasi adalah alatnya orang lemah, alatnya bangsa yang lemah. Tapi konsepnya sederhana. Sama dengan konsep lidi. Satu lidi lemah, tidak kuat, tidak ada artinya satu lidi. Tapi kalau lidi puluhan, lidi ratusan, lidi dijadikan satu, ini adalah alat yang bisa membantu kita.

Jadi dari lemah, lemah, lemah menjadi kekuatan. Ini adalah konsep koperasi. Dari ekonomi lemah menjadi kekuatan ekonomi yang kuat. Ini adalah konsep koperasi. Konsep koperasi adalah konsep gotong royong. Kalau saya sebut gotong royong, yang paling keras tepuk tangan kawan-kawan PDIP. Gotong royong adalah milik bangsa Indonesia.

Jadi Saudara-saudara, kita sudah mengerti konsep itu. Dan kita telah berusaha membangun, sudah puluhan tahun, mungkin sudah mendekati ratusan tahun. Dan ada yang berhasil dan ada yang tidak berhasil.

Gerakan-gerakan seperti ini tidak disukai oleh kapitalis besar, pemodal besar tidak suka. Jadi dalam pengertian mereka, tidak semua tentunya ya, bahwa dianggap bisa saingan. Dan ada negara-negara tertentu di dunia yang memang tidak suka melihat ada negara baru, negara besar yang mau bangkit.

Ini adalah masalah manusia, masalah geopolitik, masalah hegemoni. Bangsa-bangsa sudah ribuan tahun secara alamiah, hasrat dorongannya adalah untuk hegemoni, untuk berkuasa, untuk berkuasa secara mutlak. Ini sejarah manusiawi.

Karena itu, koperasi sebagai alatnya pihak yang lemah yang mengubah kelemahan menjadi kekuatan selalu dianggap sarana untuk berdaulat, sarana untuk kemerdekaan yang sejati.

Karena, Saudara-saudara sekalian, saya ingin ingatkan, kemerdekaan bukan hanya lagu kebangsaan, merah putih, DPR, MPR, dan sebagainya, iya. Kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan ekonomi. Kita punya semua bentuk, semua bentuk kenegaraan, DPR, MPR, DPD, gubernur, menteri, kita punya semua. Tapi, rakyat kita masih ada yang lapar, kita belum merdeka. Rakyat kita masih sangat miskin, kita belum merdeka. Negara yang merdeka adalah negara yang bisa memberi makan rakyatnya. Bangsa yang merdeka adalah yang bisa menjamin memberi kehidupan yang layak bagi seluruh rakyatnya, Saudara-saudara sekalian.

Karena itu, pendiri-pendiri bangsa kita perintis-perintis kemerdekaan, pejuang-pejuang kemerdekaan, dari awal perjuangan kemerdekaan mereka membentuk koperasi-koperasi. Mereka membentuk dari bawah adalah serikat-serikat dagang.

Jadi Saudara-saudara, masalah yang kita hadapi beberapa saat yang lalu adalah masalah klasik. Karena saya dari sejak tahun 2004, saya menjadi Ketua Umum Himpunan Kerukuran Tani Indonesia (HKTI) berjuang bersama KTNA, saya pun pembina KTNA. Masalahnya adalah klasik, sering kita mendengar laporan, “Pak, saya di desa saya, saya punya, saya barusan panen mangga yang terbaik di Indonesia. Tapi 4-5 hari tidak ada truk, tidak ada yang bisa mengangkut, akhirnya mangga yang terbaik, busuk.” Ini sudah puluhan tahun.

Kemudian kita hadapi macam-macam kendala, macam-macam permainan. Pupuk yang disubsidi oleh negara, APBN, langka, tidak sampai ke petani. Peraturannya ada 145 peraturan, ada belasan tanda tangan yang diperlukan untuk dari pabrik ke petani.

Kemudian tiap panen yang berhasil, harga untuk petani jatuh. Dari dulu. Kenapa? Karena para petani kita, mereka uangnya sangat sedikit. Nunggu panen, anaknya harus sekolah. Nunggu panen, ada keluarganya yang sakit. Nunggu panen, dia harus keluarkan biaya ini, biaya itu, dia pinjem uang. Dia pinjem uang susah, di desa tidak ada yang pinjamin uang, kecuali rentenir yang bayarnya adalah per hari bunganya.

Kemudian datang lagi orang-orang, karena tahu para petani susah uang, jauh sebelum panen dia sudah beli, dengan harga yang sudah jatuh. Ini turun-temurun, menurut saya tidak puluhan tahun, ratusan tahun. Ini harus kita potong. Dan kita potong harus dengan langkah yang besar.

Bangsa kita besar. Kita harus berpikir besar, dan kita harus berani ambil tindakan yang besar. Dengan istilah Pak Bambang Pacul itu adalah, harus bonek. Berani dulu. Berani, benar, akan berhasil. Tapi harus berani dulu.

Jadi, Saudara-saudara, beberapa bulan yang lalu, dua setengah bulan yang lalu saya dapat laporan. Saya dapat laporan, “Pak, harga dasar gabah kering giling sudah bagus, Rp6.500.” Ada yang bandel-bandel, ada yang bandel-bandel, tapi kita tertibkan, kita tertibkan. Kita tertibkan dengan apa? Kita tertibkan dengan Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33. 

Jadi Saudara-saudara, waktu saya dapat laporan, ada penggiling-penggiling padi yang nakal-nakal. Yang aneh, penggilingan padi yang besar yang paling nakal. “Oh, begitu. Lo mentang-mentang besar, lo kira pemerintah Indonesia enggak punya gigi?” Aku buka Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh negara. 

Saya tanya pendapat Mahkamah Agung, Hakim Agung dengan semua, ketua mahkamahnya, dengan semua Hakim Agung, saya tanya, Undang-Undang Dasar 1945, apakah ini sumber hukum tertinggi di Indonesia? Ketua Mahkamah Agung dan semua Hakim Agung membenarkan. Sumber hukum yang tertinggi. 

Kemudian saya tanya, Pasal 33 dan ayat-ayatnya dan pasal-pasal lain perlu ditafsirkan atau tidak? Atau bahasa Indonesianya jelas? Dikatakan mereka jelas. Jadi saya tanya, saya tanya kepada semua penasihat saya. Saya tanya apakah beras, apakah penggiling padi adalah cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak? Apakah beras itu memengaruhi hajat hidup orang banyak atau tidak? Oh iya, beras. Kalau tidak makan bagaimana? Jadi menguasai hajat hidup orang banyak. Berarti penggiling padi adalah cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak. 

Kalau penggiling padi tidak mau tertib, tidak mau patuh kepada kepentingan negara, saya gunakan sumber hukum ini. Saya katakan saya akan sita penggiling-penggiling padi itu. Saya akan sita dan akan saya serahkan kepada koperasi untuk dijalankan. 

Dan saya tidak salah, saya benar. Karena mereka, mereka mencari keuntungan yang luar biasa. Saya dapat laporan satu penggilingan padi untung tiap panen Rp2 triliun per bulan. Satu, 2 triliun per bulan. Sudah kita tertibkan, begitu saya keluarkan niat ini, harga langsung naik lagi, mereka langsung beli Rp6.500. Oke, berhasil. 

Dapat laporan lagi, “Pak, harga Rp6.500 sudah Pak. Tapi, jualnya permainan lagi.” Beras biasa, dibungkus, dikasih stempel beras premium, dijual Rp5.000, di atas harga eceran tertinggi. Saudara-saudara, ini kan penipuan. Ini adalah pidana. Saya minta Jaksa Agung sama Kapolri, usut dan tindak. Ini pidana.

Dan saya dapat laporan, kerugian yang dialami oleh ekonomi Indonesia, kerugian oleh bangsa Indonesia, kerugian oleh rakyat Indonesia adalah 100 triliun tiap tahun. Menteri Keuangan, kita setengah mati cari uang, setengah mati. Pajak inilah, bea cukai inilah dan sebagainya. Ini 100 triliun kita rugi tiap tahun, dinikmati oleh hanya 4-5 kelompok usaha.

Saudara-saudara,
Ini saya sampaikan di acara yang penting ini, karena di sini banyak bupati, banyak gubernur yang hadir, ribuan kepala desa. Saya anggap ini adalah pengkhianatan kepada bangsa dan rakyat. Ini adalah upaya untuk membuat Indonesia terus lemah, terus miskin. Saya tidak terima, saya disumpah di depan rakyat untuk memegang teguh undang-undang dasar dan menjalankan segala perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.

Saya perintahkan Kapolri dan Jakarta Agung, usut, tindak. Kalau mereka kembalikan 100 triliun itu oke, kalau tidak, kita sita itu penggiling-penggiling padi yang brengsek itu. 

Saudara-saudara, saya dari kota Solo ke sini, rakyat di pinggir jalan, anak-anak sekolah, mereka teriak, “Pak, kami belum terima makan bergizi gratis. Pak, kapan?” Saya lihat mata-mata mereka. Ini rakyat Indonesia. Saya tidak tega, baru hari ini 6,7 juta yang dapat makan bergizi. Anak-anak teriak. Kita tidak mampu memberi lebih cepat, karena ada peraturan, ada ketentuan dan sebagainya. Tapi insyaallah akhir tahun ini seluruh anak-anak Indonesia bisa dapat makan bergizi. 

Yang ingin saya sampaikan adalah pengusaha-pengusaha yang serakah. Kita perlu pengusaha, saya pengusaha sebelum saya masuk politik. Tapi ini sudah bukan pengusaha yang benar, ini bukan bisnis, ini bukan entrepreneurship. Ini adalah keserakahan. Ini adalah serakah. Jadi ini bukan mashab ekonomi lagi. Ini tidak diajarkan di fakultas-fakultas. Ada yang mengatakan ada mashab ekonomi liberal, neoliberal, klasik, pasar bebas, sosialis, ekonomi komando dan sebagainya. 

Ini bukan, ini lain. Ini saya beri nama. Serakahnomics. Ini adalah serakahnomics. Ini tidak perlu, tidak perlu kita kasih perlakuan yang baik. Saya sudah kasih warning berkali-kali sekian bulan, tolonglah patuhi ketentuan, patuhi undang-undang. Masa tega, petani setengah mati, rakyat kita masih banyak susah, ada yang mau cari keuntungan di atas penderitaan rakyat. Itu namanya adalah mengisap darahnya rakyat. Itu adalah menurut saya parasit, mengisap darah, vampir-vampir ekonomi. 

Jadi, Saudara-saudara,
Bisa bayangkan tidak, kalau kita tertibkan ini, kita punya 100 triliun setiap tahun. Lima tahun kita punya seribu triliun. Menteri Keuangan, kita perbaiki sekolah. Kita hanya mampu memperbaiki 11 ribu sekolah tahun ini, anggarannya Rp19 triliun. Rp19 triliun. Kalau saya punya 100 triliun setiap tahun. Berarti kita bisa perbaiki 100 ribu sekolah. Kita punya 330 ribu sekolah, dalam 3,5 tahun kita akan perbaiki semua sekolah di seluruh Indonesia. Bayangkan, Saudara-saudara. Ini yang saya anggap sabotase ekonomi Indonesia, menikam rakyat dari belakang. Dan ini kita harus hentikan.

Jaksa Agung dan Kapolri, saya yakin Saudara setia pada bangsa dan rakyat Indonesia. Saya yakin kau setia kepada kedaulatan bangsa Indonesia. Usut, tindak. Kita tidak tahu berapa lama kita masih di bumi ini, bisa sewaktu-waktu kita dipanggil Yang Mahakuasa. Lebih baik sebelum dipanggil, kita membela kebenaran dan keadilan, kita bela rakyat kita.

Jadi, Saudara-saudara, koperasi ini adalah usaha besar, strategis. Waktu dapat laporan-laporan semacam ini, jalan keluarnya apa? Ada yang sarankan saya, “Pak, satu-satunya jalan adalah koperasi.” Kemudian muncul lah gagasan ini. Akhirnya saya memutuskan, daripada kita bikin satu koperasi, lima koperasi, seratus koperasi, kita berani, kita akan... Berapa desa di Indonesia? Dapat laporan, berapa desa, Mendagri? Totalnya kelurahan dan desa berapa? Delapan puluh tiga ribu. Oke, kita bikin koperasi di semua desa, di semua kelurahan Indonesia.

Saya kumpulkan beberapa menteri. Langsung kita putuskan, tunjuk Menko Pangan sebagai ketua satgas, rencanakan. Saya tanya, bisa atau tidak? “Bisa, Pak.” Bagus itu jawabannya, saya suka. Kalau jawabannya, “tidak bisa, Pak.” Waduh, ini gimana ini? Terpaksa reshuffle. Tapi, alhamdulillah. Yang hadir? “Bisa, Pak.” Menteri koperasi? “Bisa, Pak.” Tapi saya jujur, dalam hati saya, ya sudah lah, kira-kira Oktober, November nanti terbentuk, ya kan? Tahu-tahu laporan, “Pak, kita Juli siap diresmikan 80 ribu semuanya.” Yang benar? Terima kasih, Saudara-saudara sekalian. Dan katanya semua kerja sebagai satu tim, begerak semua. Terima kasih. 

Jadi ternyata, kalau kita punya niat yang baik, kehendak yang baik, dorongan yang kuat, motivasi yang kuat, bisa. Yang tidak bisa, jadi bisa. Delapan puluh ribu. Ini memang baru kelembagaan. Sebetulnya, saya tidak mau acara besar-besaran, hanya kelembagaan. Tetapi saya diyakinkan, “Pak, sudah ada 100 lebih, 108 model yang sudah berdiri.” Karena bupati-bupati antusias, wali kota antusias, semua mendukung. Ada aset-aset yang tidak dipakai, diserahkan kepada koperasi. 

Jadi, saya pikir, oke, untuk mendorong kepercayaan diri, kita luncurkan. Ternyata, muncul, yang hadir di Jawa Tengah, semua kepala desa. Luar biasa. Terima kasih. Terima kasih, semua kepala desa, semua badan musyawarah. Saya mengerti, untuk hadir di sini, bukan usaha yang ringan. Saya dengar ada yang bangun pagi jam 1, kumpul jam 2, mulai perjalanan jam 3. Apalagi yang dari Cilacap, dari Kebumen, dari Dawuhan Purwokerto. Saya, terima kasih. 

Saya sebetulnya tidak mengharapkan. Lain kali kita pakai teknologi, saya kira video daring, ya, online. Tapi saya terima kasih. Saya sangat menghargai kehadiran Saudara-saudara. Tapi gimana caranya delapan ribu kepala desa ya. Kalau mau saya kasih tangan satu-satu ini, sampai nanti malam rupanya. 

Saudara-saudara,
Delapan puluh ribu koperasi ini adalah suatu upaya untuk kita memperpendek rantai distribusi, rantai aliran bahan-bahan yang penting bagi rakyat. Obat-obat yang penting bagi rakyat, rakyat kecil, rakyat yang ekonominya masih lemah, mereka harus punya akses kepada obat-obat penting dalam harga terjangkau. Dan untuk itu, terima kasih Kementerian Pertahanan, dengan inisiati f mereka bentuk Lembaga Farmasi Pertahanan, membuat obat generik dengan harga murah.

Menteri Keuangan –Menteri Keuangan setiap kali saya panggil agak stres, apalagi ini idenya Presiden ini— kalau nanti ada dananya, khusus untuk rakyat miskin obatnya harus gratis. Kalau ada uangnya, kalau ada uangnya, makanya Kapolri, Jaksa Agung tolong dikejar yang bandel-bandel itu ya, biar masuk yang Rp100 triliun itu tiap tahun. Nakal. Beras, beras biasa ganti saja, stempel. Tetapi, ini terjadi di banyak negara. Di Malaysia lagi heboh juga. Tetapi, ini harus kita tertibkan karena saya dapat laporan dari Menteri Pertanian, waktu beliau jadi Menteri Pertanian dulu sudah ditindak, muncul lagi, muncul lagi, mencoba-coba. Sama dengan minyak goreng, botol dikurangi 10 persen, 20 persen, besar lho 20 persen dari sekian juta ton. Ini dari sekian juta ton juga, beras diambil seperti ini. 

Jadi, Saudara-saudara, ternyata negara kita sangat kaya, iya kan? Anomali-anomali ini sekarang bisa kita cepat kita lacak. Laboratorium untuk periksa mutu daripada beras, pangan, dan sebagainya sudah banyak di daerah-daerah. Kecerdasan buatan juga sudah tersedia, bisa cepat kita lacak permainan-permainan itu. 

Dan, kembali, Presiden Republik Indonesia, kita semua, di belakang kita ada kekuatan yang sangat besar, yang namanya adalah Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33. Ini rohnya Republik kita, ini rohnya. Kalau senjata, ini senjata pamungkas, tinggal kita berani atau tidak, tinggal Presiden Republik Indonesia yang kalian pilih, tinggal Presiden Republik Indonesia berani atau enggak. Kalau Saudara di belakang saya, saya berani. Dalam hal ini, saya yakin seluruh MPR, DPD, DPR akan dukung saya, saya yakin. Semua Kepala Desa di seluruh Indonesia akan bersama saya. 

Mari kita tegakkan kebenaran dan keadilan, kita tegakkan kepentingan bangsa dan rakyat di atas segala kepentingan lain. Jangan kita lihat partai, kelompok, jangan. Hanya di dada kita, hanya Merah Putih. Saya kira yang paling penting itu.  

Ini pidato yang bagus, enggak usah dibacakan ya? Bahwa pada hari ulang tahun Koperasi, Koperasi dibangun mulai 1844. Koperasi harus hadir untuk membantu petani, peternak dan nelayan desa. Saya takut nanti dilempar sepatu.  

Tetapi intinya, Saudara-saudara, dengan tadi yang sudah dilaporkan, kita nanti tiap desa akan punya gudang. Jadi, hasil kalau belum mampu dijual, disimpan. Di gudang ada pendingin, jadi kalau mangga-mangga itu bisa dijaga dulu, bisa bikin es di tiap desa. Yang desa nelayan akan punya pendingin yang lebih besar untuk bikin es dan untuk menjaga ikan. Kemudian, tiap sebelahnya gudang akan ada gerai, gerai, gerai ya. Ada gerai untuk sembako, ada gerai untuk simpan pinjam, berarti Himbara, bank-bank itu bisa punya kehadiran di tiap desa, mereka bisa kasih super microfinance, bukan, microfinance tetapi ada yang lebih kecil lagi. Kemudian, harus ada apotek tiap desa yang menjual obat generik, dan untuk mereka yang benar-benar tidak mampu kita upayakan enggak bayar, kita upayakan, yang upayakan Menteri Keuangan. 

Semakin stres deh. Tetapi, enggak apa-apa, Ibu, ini mulia. Nama Ibu kan Sri Mulyani, jadi harus yang mulia-mulia Bu. Ibu akan dicintai oleh semua desa seluruh Indonesia. Biar yang galak Presidennya saja ya, ya kalau yang mereka harus digalakin itu.  

Jadi, Saudara-saudara, dananya dari mana? Dananya sudah tersedia karena dananya untuk desa ada Rp1 miliar satu tahun dan sudah berjalan 10 tahun. Yang repot yang Rp1 miliar kadang-kadang bekasnya enggak kelihatan. Para Kepala Desa, tolong ini untuk rakyat. Jadi, upaya ini nilainya kurang lebih Rp2 miliar satu tahun, Rp2 miliar membangunnya, Rp2 miliar sampai Rp2,5 miliar. Bisa jauh lebih murah karena ternyata desa-desa, kecamatan, kabupaten punya aset-aset yang tidak dipakai sehingga kita bisa kurangi cost. Tetapi, dengan dana desa itu ternyata kita bisa membiayai semua ini dan mereka mulai Koperasi ini sudah ada tadi yang sudah di sebut business penyalur LPG, penyalur pupuk, penyalur sembako, kemudian tiap koperasi akan ada dua kendaraan: satu truk, satu (mobil) pickup yang lebih kecil, mungkin ada tadi ada inisiatif bentor (becak motor). 

Jadi, nanti semua hasil tidak akan puso, tidak akan rusak. Semua hasil desa bisa segera ke kabupaten atau ke sentra-sentra pasar. Sebaliknya, bahan-bahan yang dibutuhkan oleh desa bisa segera ke desa, tidak bisa ditutup. Demikian juga, yang kendaraan yang lebih kecil, (mobil) pickup itu juga bisa muncul dukuh-dukuh dan sebagainya untuk memberi akses. Dan kalau tidak dipakai untuk angkut barang, bisa dipakai untuk antar anak sekolah dan bisa juga untuk membantu ibu-ibu jualan ke pasar. Jadi, dengan dua kendaraan tiap desa saya berharap rantai distribusi akan diperlancar.  

Nanti saya berharap hasil ikan kita akan sampai ke semua desa di Indonesia supaya [konsumsi] protein naik. Tiap keluarga harus makan protein yang cukup, tiap anak harus makan protein yang cukup, satu kilogram ikan kita perhitungkan satu kilogram bisa sampai di desa dengan harga mungkin Rp60.000, mungkin bisa di bawah. Padahal kalau daging yang paling murah, daging kerbau, itu mungkin sampai di desa sudah Rp80.000 mungkin lebih.  Kalau bisa ikan yang nilai proteinnya lebih baik dari daging, kalau bisa tiap keluarga bisa makan setengah kilogram saja setiap hari, syukur-syukur bisa satu kilogram sehari untuk satu keluarga, berarti dia butuh Rp50.000 sehari, kalau setengah kilogram mungkin dia butuh Rp30.000 sehari, berarti kita hitung satu bulan ini bisa membantu. Dan, terutama untuk Badan Gizi, sumber ikan nanti juga akan meningkatkan protein untuk tiap anak dan ibu hamil kita.  

Saudara-saudara,
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang bekerja keras. Ucapan selamat. Dukungan yang luar biasa dari semua unsur, dari semua Kepala Desa, semua Camat, semua Bupati, Wakil Bupati, Wali Kota, Wakil Wali Kota, ini tidak ada urusan dengan kelompok atau partai, ini adalah usaha kebangsaan, usaha untuk seluruh rakyat Indonesia. 

Saudara-saudara sekalian,
Sebagai penutup, saya ingatkan semua pengurus laksanakan tugas dengan baik, buktikan propaganda bahwa koperasi tidak mungkin berhasil itu salah. Dulu ada pelesetan, dulu waktu orde baru juga di bentuk KUD, tetapi akhirnya dipelesetin. KUD singkatan Ketua Untung Duluan dan ini tidak boleh terjadi. 

Sering dalam koperasi-koperasi pengalaman saya juga, dari dulu saya bentuk koperasi. Saya di tentara selalu ada koperasi, hanya fenomena di tentara ketua koperasi selalu mobilnya bagus-bagus, kadang-kadang mobilnya  tiga. Di batalion ketua koperasi mobilnya  tiga, bayangkan itu. Yang kurang pintar kok mobilnya di parkir di asrama, jadi semua orang tahu, tetapi ini fenomena. Tetapi, sekarang yakin di bawah Panglima TNI sudah enggak seperti itu, iya Pak Subiyanto? Sudah enggak ada kanKetua Koperasi macam itu sudah enggak ada di TNI? Sudah tidak ada? Bagus. Kalau saya cek ada, bagaimana? 

Baik, saya mau tutup. Saya mau cerita soal ketua koperasi, boleh? Penutup ini. Ini kejadian benar lho, ini kejadian yang tidak boleh di contoh ya. Jadi, saya Komandan Batalion di Cilodong Kostrad 328, sudah sekian bulan komandan batalion saya belum pernah dapat laporan dari ketua koperasi. Jadi niat saya baik, saya ingin tahu bagaimana kondisi koperasi kita. Jadi tolong panggil Ketua Koperasi. Tok tok tok, ketua koperasinya waktu itu seorang kapten. Tok tok tok, [dijawab] “Masuk.” Dia masuk, dia bawa map, lho kok dia gemetaran gitu lho? Kertasnya gemetar. Jadi, saya pikir lho ada apa ini, pasti dia ada sesuatu yang dia takuti kan? Panggil Kasi Intel, periksa ini ketua koperasi”. Niatnya tidak diperiksa, niatnya mau dapat laporan tetapi dia sendiri [gemetar].

Jadi Ketua-ketua Koperasi Merah Putih, kalau dipanggil itu untuk dapat laporan yang baik. Tetapi, saya yakin sekarang tidak ada. Koperasi Merah Putih milik rakyat. Zaman sekarang banyak gadget, teknologi akan diawasi ketat.

Menteri Koperasi, Wakil Menteri Koperasi semua ada sistemnya, semua aliran uang masuk keluar semua harus pakai teknologi. Jadi, kata-kata ‘ketua untung duluan’ sudah enggak berlaku lagi di era kita sekarang. Bagaimana Kepala Desa sanggup? Kepala Desa mengawasi? Ketua koperasi harus kalian awasi semua. Mereka paling dekat dengan sama rakyat, masa sampai hati? Kita semua awasi. 

Saya percaya ini awal dari suatu gerakan besar. Dana yang selama ini diserap dari desa ke kota, kita balikkan dari ibu kota ke provinsi ke desa. Kekuatan ekonomi sekarang berputar di kabupaten, kecamatan, dan di desa. 

Saudara-saudara,
Ini sasaran kita. Terima kasih hari ini saya berbesar hati, saya bangga. Terima kasih kehadiran Saudara-saudara sekalian. Dan, saya yakin akhir tahun ini kita akan nanti meninjau, mengecek secara fisik 80.000 gudang, 80.000 lebih cold storage, 80.000 lebih kali enam gerai-gerai, kita akan lihat obat-obat murah ada terjangkau oleh rakyat kita yang paling bawah.

Terima kasih atas perhatian Saudara-saudara. Minta maaf kalau sambutan saya kurang ilmiah tetapi saya percaya bahwa niat kita semua adalah ingin Indonesia lebih baik, ingin Indonesia sejahtera, ingin Indonesia sungguh-sungguh merdeka, ingin Indonesia bangkit berdiri di atas kaki kita sendiri. Itu semboyan proklamator kita, pendiri bangsa kita, Bung Karno, yang saya katakan Bung Karno adalah milik seluruh rakyat Indonesia. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Syalom,

Salve,
Om santi santi santi om,
Rahayu rahayu rahayu.

Dengan mengucap bismillahhirrahmanirrahim, pada siang hari ini Senin, 21 Juli 2025, saya Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia, meluncurkan Kelembagaan 80.000 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih. Terima kasih.