Doorstop Presiden RI - Meninjau Peternakan Sapi PT Karya Anugerah Rumpin, Bogor, 21 Juni 2016

 
bagikan berita ke :

Selasa, 21 Juni 2016
Di baca 2329 kali

DOORSTOP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENINJAU PETERNAKAN SAPI PT KARYA ANUGERAH RUMPIN

CIBODAS, RUMPIN, BOGOR, JAWA BARAT

21 JUNI 2016




Presiden:

Ya ini, yang kita lihat di sini adalah proses di hulu pembibitan sapi potong dalam sebuah program jangka panjang, yang kita harapkan nantinya kita betul-betul dapat swasembada daging sapi sendiri.


Dari hitung-hitungan yang kita lakukan, itu akan selesai sembilan sampai sepuluh tahun karena kita harus menyeleksi untuk mendapatkan sapi-sapi yang mempunyai performa yang bisa dipakai untuk menghasilkan sperm yang ini bisa nantinya dibagi-bagikan baik kepada industri maupun kepada petani.


Dan satu tahun, kita membutuhkan kurang lebih 2 sampai 3 juta sperm beku yang terus-menerus. Kalau itu sampai enam tahun, itu baru mencapai hulunya. Selesai swasembada itu.


Tetapi kan masih dihilirkan lagi untuk tiga-empat tahun, sehingga sembilan sampai sepuluh tahun juga akan bisa diselesaikan.


Dan ini harus konsisten, dengan konsistensi yang tinggi, terus-menerus sehingga apa yang kita, dari semua potensi yang ada, itu sangat memungkinkan kita bisa. Tetapi harus konsisten, dilakukan terus menerus.


Dan ya itu butuh waktu sembilan sampai sepuluh tahun.




Wartawan:

Targetnya, Pak? Maksudnya, apa akan disebarkan ke seluruh Indonesia nanti sperm-nya itu, Pak?


Presiden:

Ya kita ini mempunyai, ada tujuh lokasi yang sudah ada.


Dan ini—menurut saya—sangat bagus karena melibatkan apa? Ada swastanya, ada peneliti LIPI-nya di bawah Dikti.


Di tempat yang lain, kayak di Mangatas di Sumatera Barat, itu dikerjakan total oleh Kementerian Pertanian. Itu juga bagus.


Ada juga nanti yang akan kita mulai dengan pola yang lain. BUMN nanti berdikari, juga akan melakukan hal yang sama seperti ini, tetapi akan di-joint-kan mungkin nanti dengan Spanyol atau Brazil.


Ada pola-pola yang berbeda-beda. Tetapi kita semangatnya sama. Kita ingin jangka sembilan-sepuluh tahun betul-betul bisa swasembada daging sapi sendiri.


Wartawan:

Dari pantauan Pak Jokowi tadi di kandang juga cukup lama gitu, bagaimana teknologi kita dalam pengembangan sapi ini, Pak?


Presiden:

Semuanya, semuanya, semuanya, semuanya sudah, semuanya sudah berada pada rel yang betullah. Hanya sekali lagi ini perlu konsistensi, teruuus. Jangan berhenti gitu.


Dan kita enggak mungkin lagi membagi-bagi sapi ke petani tanpa sebuah persiapan manajemen pengawasan, manajemen pendampingan. Gagal kalau seperti itu diulang.


Kita harus memakai pola seperti yang ada di sini. Jadi diberikan kepada petani, tapi ada yang mendampingi. Yang paling penting di situ.


Wartawan:

Izin, Pak. Melihat seperti ini, apa saja yang Bapak lihat, yang akan dihemat dari Kementerian Pertanian khususnya?


Presiden:

Ya ini kan memang proses panjang, bukan proses instan, melainkan proses panjang. Ya, asalkan konsisten dan terus-menerus, saya kira kita akan betul-betul akan dapat yang namanya tadi swasembada daging.


Ya sementara, sebelum swasembada, ya mau tidak mau untuk konsumsi sementara ya sebagian impor. Kalau kita enggak impor, justru induk-induk sapi betina yang baik-baik, karena harga daging tinggi, disembelih. Ini yang bahaya. Ini yang harus dihindari juga.


Wartawan:

Daerah-daerah mana, Pak, yang akan dijadikan proyek percontohan pola-pola seperti ini?


Presiden:

Di sini, di Sumatera Barat, di NTT, di Malang, di Singosari, kemudian Parepare. Sudah ada semuanya. Yang Parepare tadi yang BUMN.


Wartawan:

Memang perlu daerah-daerah sentra produksi seperti ini, Pak?


Presiden:

Ya disebar. Masalahnya, kita kan besar, luas. Ya semua titik harus ada.




Wartawan:

Sudah ada estimasi harga belum sih, Pak? Idealnya, kita bisa mencapai harga sampai berapa begitu, Pak?


Presiden:

Saya sampaikan bolak-balik. Kalau negara lain harga daging itu bisa 55 sampai 60 ribu—ini bukan cerita lo ya, melainkan saya mendapatkan invoice-nya langsung, ada invoice-nya—ya mestinya kita di sini juga mengarahnya ke sana. Saya menyampaikan 80 ribu itu bukan tidak dikalkulasi, melainkan dengan kalkulasi. Itu pun masih pada posisi di tengah. Di negara yang lain, harganya seperti itu.


Wartawan:

Jadi target 80 ribu bisa tahun ini ya, Pak?


Presiden:

Ya harus dikejar terus.


Dan saya kira sekarang ini ada BUMN dan swasta. Berapa? Sepuluh? Sepuluh perusahaan BUMN dan swasta bergerak di pasar.


Ya itu nanti akan tertarik harganya, pelan-pelan akan tertarik turun.


Wartawan:

Jadi harganya 70 sampai 80, Pak?


Presiden:

Nyatanya swasta sama BUMN menjual harga 70 sampai 80 ribu juga bisa kok. Gitu lo.





Wartawan:

Terima kasih, Pak Presiden.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden