Kemensetneg Selenggarakan Workshop Kesehatan Mental

 
bagikan berita ke :

Senin, 07 Oktober 2024
Di baca 217 kali

Biro Sumber Daya Manusia Kementerian Sekretariat Negara (Biro SDM Kemensetneg) menyelenggarakan workshop dengan tema "The Power of Presence: Living in the Now, Sehat Mental dengan Mindfulness" bersama narasumber Arlene Eleanor dan Uswah Ainiyya dari Riliv Psikologi Indonesia, Senin (7/10).

Dilaksanakan secara hybrid dari Aula Serbaguna Gedung Kemensetneg, Jakarta, workshop ini bertujuan menciptakan dan mendukung terwujudnya situasi kerja yang sehat mental bagi Aparatur Sipil Negara di Kemensetneg.

Mengawali kegiatan, Kepala Biro SDM Kemensetneg, Agussalim mengatakan bahwa kegiatan workshop ini pertama kali diadakan di Kemensetneg dan diharapkan para Aparatur Sipil Negara yang hadir memanfaatkan kegiatan ini sebaik-baiknya.

“Workshop ini pertama kali diadakan oleh Biro SDM Kemensetneg, kami juga menyediakan layanan konseling setiap senin dan kamis bersama Psikolog dari Riliv Psikologi Indonesia, dan layanan ini merupakan wujud dukungan kami kepada para pegawai di Kemensetneg dalam kesehatan mental,” ujar Agussalim.

Memulai acara, narasumber pertama, Uswah Ainiyya, Account Representative Riliv Piskologi Indonesia, mengajak para peserta yang hadir untuk melakukan ice breaking. Dilanjutkan dengan menanyakan mitos atau fakta dengan beberapa pernyataan yang ditanyakan narasumber kepada peserta.

Narasumber kedua, Psychologist Associate Riliv Psikologi Indonesia, Arlene Eleanor menjelaskan bahwa Mindfulness adalah kemampuan individu untuk sadar penuh, fokus pada present moment (now), dan terlibat seutuhnya pada apa yang sedang dilakukan atau dihadapi. “Mindfulness melandaskan setiap praktiknya pada pernapasan, saat ini praktik Mindfulness dikembangkan dan diaplikasikan dalam Positive Psychology sebagai metode yang sangat kuat untuk menyelesaikan berbagai masalah dan meningkatkan kesehatan mental,” ujar Arlene.

Arlene melanjutkan ada 8 kekuatan dari mindfulness, diantaranya menurunkan kadar stres dan kecemasan (vagus nerve), meningkatkan fokus dan kreativitas, berpengaruh pada berbagai level energi dan membawa perubahan pada kondisi fisik, mengendalikan overthinking & emosi negative, menciptakan diri dan lingkungan positif, meningkatkan kualitas dalam bersosialisasi dan relasi interpersonal, mendukung segala aspek kesejahteraan individu dan dapat dimanfaatkan dalam aktivitas sehari-hari, dalam berbagai situasi, dan bisa digunakan bersamaan dengan berbagai healing tools.

Arlene juga menerangkan karakteristik mindfulness seperti mendasarkan pada praktik bernapas, fokus pada satu hal di satu waktu, penuh sadar diri, netral dengan mengamati tanpa berasumsi, menerima dan mengakui akan realitas dan repetisi serta konsistensi.

“Mindfulness ini melandaskan pada pernafasan, berapa banyak dari kita yang ketika bangun tidur menyadari pentingnya bernafas, tidak mengecek smartphone terlebih dahulu, mindfulness ini menyadari penuh apa yang terjadi dengan kita,” kata Arlene.

Arlene menjelaskan ada berbagai macam bentuk mindfulness, seperti mindful meditation, breathing, mindful eating, mindful walking, mindful conversation or communication, energy exercise, mindful workout, journaling dan mindful art.

Arlene mengajak para peserta yang hadir untuk mempraktikkan bentuk mindfulness. Peserta diajak berlatih berjalan di dalam ruangan. “Bapak Ibu melangkah dengan menggunakan tumit terlebih dahulu dan kaki yang satu lagi di posisi belakang dengan posisi lurus, ini sebaiknya dilakukan setiap hari, Teknik ini disebut grounding dimana kita mengucap syukur kepada Tuhan dan alam semesta,” ujar Arlene.

Selain berjalan, Arlene juga mengajak peserta untuk mempraktikan gerakan-gerakan yang dilakukan pada saat latihan bernafas yaitu dengan duduk atau berbaring di posisi yang nyaman, lalu tarik napas dalam-dalam, lalu hembuskan perlahan, tidak kehilangan jejak napas saat sedang berlatih dan fokus hanya pada menarik dan menghembuskan napas.

Sebelum menutup pelatihan, Arlene memberikan tips kepada peserta seperti jangan berada terlalu lama dalam medan energi negatif, cobalah untuk tetap berada dalam situasi kondisi yang dirasa aman, nyaman, banyak mengandung energi positif (menyenangkan), kita bisa mengendalikan overthinking dengan mendistraknya melalui aktivitas fisik, bahkan dengan gerakan sederhana seperti minum air atau mandi. (ART/YLI-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0