Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jerman Kembali Selenggarakan Pelatihan Internasional di Bidang Energi Terbarukan
Pemerintah Indonesia (diwakili oleh Kementerian Sekretariat Negara/Kemensetneg dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral/Kementerian ESDM) bekerja sama dengan Pemerintah Jerman, yang diwakili oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) menyelenggarakan pelatihan internasional dalam skema Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST). Pelatihan bertajuk ‘the Second Exchange of South-South and Triangular Cooperation on Renewable Energy’ digelar pada tanggal 2 s.d. 4 November 2021 dan diikuti oleh 33 peserta dari Indonesia, Madagaskar, dan Nepal. Pelatihan ini merupakan yang kedua kalinya dilaksanakan setelah pelatihan pertama berlangsung pada September 2021.
Inisiatif pelaksanaan pelatihan tersebut berawal dari hasil diskusi panjang antara Pemerintah Indonesia (Pemri) dan Pemerintah Jerman. Diawali dengan pertemuan bilateral digelar pada tahun 2019, Pemri dan Pemerintah Jerman kemudian melaksanakan kick off meeting penjajakan kerja sama multipihak yang turut melibatkan Afghanistan, Madagaskar, Nepal pada bulan Januari 2021. Pada Maret 2021 konsep KSST akhirnya dapat diluncurkan dan pertemuan Komite Negara kelima negara pun dilaksanakan pada Juni 2021. Berdasarkan kesepakatan, program kerja sama dimaksud akan berlangsung selama 3 tahun, sejak 2021 hingga 2023.
Sesi pembukaan menghadirkan sambutan dari Arrya Tirto Sumarto, Pelaksana Tugas Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri, Kemensetneg; Jasper Haerig, Coordinator of the Rural Electrification Component, GIZ Madagascar; dan Laode Sulaeman, Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM.
Dalam sambutannya, Arrya menyampaikan bahwa saat ini semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya penggunaan energi terbarukan. Secara paralel, hal ini juga menyebabkan tingginya prediksi bahwa kebutuhan akan energi terbarukan akan terus meningkat dalam satu dekade ke depan guna menurunkan emisi gas rumah kaca.
“Energi terbarukan merupakan alat paling efektif dalam menanggulangi perubahan iklim. Kami berharap bahwa pelatihan ini dapat menjadi wadah diskusi dan tukar pikiran, ide, dan pengalaman atas pelaksanaan kebijakan sektor energi terbarukan antar keempat negara,” ujar Arrya.
Selanjutnya, Jasper menyampaikan bahwa pelibatan aktor non-negara perlu terus ditingkatkan guna memperkuat sektor energi terbarukan. Ia juga menekankan bahwa pelatihan ini merupakan tindakan konkrit dalam penguatan kemitraan di bidang energi terbarukan. “Saya harap pelatihan ini dapat menjadi wadah untuk menciptakan kesempatan dan inovasi guna mensinergikan upaya pengembangan energi terbarukan yang berkelanjutan,” ujar Jasper.
Turut dijelaskan oleh Laode bahwa negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, Madagaskar, dan Nepal, memiliki potensi yang besar di sektor energi terbarukan. Ia pun menambahkan bahwa berbagai kebijakan dan rencana telah disusun untuk mengembangkan dan mendorong penggunaan energi terbarukan.
“Kolaborasi yang kuat antarpihak tentunya sangat dibutuhkan untuk mengharmonisasikan dan mengimplementasi perencanaan dan pengembangan energi terbarukan dari hulu ke hilir,” kata Laode.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi pemaparan terkait energi terbarukan, seperti Centralized of Solar PV Power Plant Technical Planning, Micro Hydro Power Plant System Potential and Load Study, dan Study of Potential and Load of Waste to Energy. Selain pemaparan oleh narasumber, para peserta memiliki juga berkesempatan untuk memberikan paparan terkait kebijakan dan implementasi penggunaan energi terbarukan di negaranya masing-masing. (Biro KTLN-Humas Kemensetneg)
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri
Kementerian Sekretariat Negara
T: +6221 38901135
E: biro_ktln@setneg.go.id