Sambutan Presiden RI pada Acara Peringatan 50 Tahun Agraria Nasional di Istana Bogor, 21-10-2010

 
bagikan berita ke :

Kamis, 21 Oktober 2010
Di baca 771 kali

 

 SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PUNCAK ACARA PERINGATAN

50 TAHUN AGRARIA NASIONAL

ISTANA BOGOR, 21 OKTOBER 2010

                                                           

                                                           

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Para Tamu Undangan dan Hadirin yang saya hormati, Saudara Kepala BPN, dan keluarga besar BPN di seluruh tanah air yang saya cintai,

 

Pada kesempatan yang amat baik dan Insya Allah penuh berkah ini, marilah sekali lagi, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena kepada kita masih diberikan kesempatan, kekuatan dan kesehatan untuk melanjutkan ibadah, karya, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. 

 

Kita juga bersyukur pada hari ini dapat bersama-sama menghadiri Puncak Peringatan 50 Tahun Agraria Nasional. Semoga BPN dan kita semua dapat lebih meningkatkan pendayagunaan dan pengelolaan tanah untuk kepentingan rakyat yang kita cintai  bersama.

 

Tema besar yang kita pilih, Saudara-saudara, sekaligus menjadi tujuan dan misi kita, tadi juga sudah disampaikan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional, adalah tanah untuk keadilan dan untuk kesejahteraan rakyat. Mari kita camkan betul misi besar ini, agar di negeri kita ini, rakyat menjadi tuan yang memiliki bumi dan air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

(Maafkan saya, saya terharu melihat tadi)

 

Konstitusi kita sudah jelas. Pasal 33 juga telah mengatur dengan gamblang. Kita pun sudah hafal, mulai bersekolah di sekolah dasar, di SMP, di SMA, bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, saatnya telah tiba, kita sungguh mengimplementasikan dari niat dan cita-cita luhur para pendiri republik bahwa rakyat harus mendapatkan akses yang lebih besar, yang lebih luas agar kesejahteraan mereka makin meningkat di negeri tercinta ini.

 

Kalau kita benar-benar dengan kebijakan yang tepat, dengan program yang tepat, dengan management yang tepat, bisa melakukan pendayagunaan dengan dan pengaturan tanah ini, termasuk pendistribusian yang tepat dan benar. Sekali lagi, rasa adil dan kesejahteraan rakyat akan dapat kita wujudkan.

 

Saudara-saudara,

 

Di Istana Bogor ini, tempat yang bersejarah, saya ingin menggunakan untuk kembali menyampaikan visi pembangunan yang hendaknya kita jadikan landasan di dalam melaksanakan pembangunan di negeri ini di masa kini dan di masa depan.

 

Yang kita inginkan adalah pembangunan yang lebih adil, pembangunan yang berkelanjutan, agar anak cucu kita juga memiliki masa depan yang baik. Pembangunan yang adil dan pembangunan yang berkelanjutan, termasuk di dalamnya yang ramah lingkungan mestilah diawali dengan sebuah kebijakan dasar dan grand strategy yang tepat, yang benar. Dan oleh karena itulah, kita harus selalu memastikan bahwa pilihan kebijakan dan strategi itu selalu tepat dan senantiasa harus kita mutakhirkan, dan manakala ada kekurangan dan kelemahan, kita tata kembali.

 

Mengapa saya harus mengatakan hal seperti itu pada hari ini, bertepatan dengan 50 Tahun Agraria Nasional? Pertama, kita belajar  bahwa di dunia sering terjadi krisis ekonomi, krisis datang silih berganti, karena pengelolaan sumber-sumber milik manusia sejagad oleh sistem ekonomi sering tidak tepat. Oleh karena itu, terjadi berbagai ketimpangan, imbalances, termasuk kerusakan-kerusakan yang sebenarnya tidak perlu terjadi, termasuk di dalamnya kerusakan lingkungan yang akan mengancam kehidupan manusia sejagad di masa depan.

 

Yang kedua, kita juga belajar dari pengalaman di negeri sendiri maupun pengalaman negara-negara lain. Sering kali pembangunan itu, meskipun kelihatannya sukses, tapi memunculkan penyakit pembangunan, yaitu yang disebut dengan kesenjangan sosial, jarak yang menganga antara yang mendapatkan keuntungan dalam pembangunan itu dengan mereka yang tertinggal, gap antara mereka yang disebut the-have dengan the-have-not. Yang menikmati hasil pembangunan secara berlebihan dan mereka yang kurang beruntung karena tidak menikmati hasil pembangunan yang sesungguhnya mereka juga patut untuk menikmatinya.

 

Oleh karena itu, saya mangajak, dengan tulus, dengan penuh tanggung jawab untuk memikirkan kembali cara pandang atau mindset dan konsep pembangunan yang makin tepat di negeri ini. Kemudian manakala bangsa ini telah bisa menetapkan kembali konsep pembangunannya yang tepat, mari kita jalankan dengan sesungguh-sungguhnya.

 

Sejak tahun 2005, saya telah menetapkan triple track strategy. Sekarang kita lengkapi lagi, bukan hanya tiga jalur strategi pembangunan ekonomi, tetapi menjadi empat jalur pembangunan, yang saya sebut dengan four track strategy. Yaitu, pembangunan yang memungkinkan terjadi pertumbuhan berlanjut, pertumbuhan yang berlaku bagi semua di seluruh tanah air atau yang disebut pula membangun pertumbuhan yang inklusif, tumbuh bersama-sama. Yang kedua, terciptanya lapangan pekerjaan yang lebih banyak, yang lebih luas, baik di perkotaan maupun di perdesaan di seluruh Indonesia. Yang ketiga, pengurangan kemiskinan yang terjadi terus-menerus. Dan yang keempat, ke semuanya  itu tetap dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan kita.

 

Tidak mudah Saudara-saudara, sebagaimana yang dialami oleh bangsa-bangsa lain  untuk mencapai empat tujuan ini. Tetapi sekali lagi, kalau kita menyayangi negeri ini, memikirikan masa depan anak cucu kita, tiada lain empat hal itulah yang harus tumbuh kita perjuangkan untuk dapat diwujudkan.

 

Di samping empat hal penting itu, yang saya katakan tadi sebagai four track strategy, empat jalur pembangunan perekonomian kita, saya juga sering mengatakan bahwa pembangunan ekonomi sekarang ini dan ke depan haruslah tetap berorientasi kepada manusia, human oriented development, bukan pada angka, pada statistik, pada banyaknya gedung-gedung, infrastruktur dan lain-lain, meskipun infrastruktur juga sangat penting. Tetapi akhirnya, apakah tahun demi tahun kesejahteraan manusia di negeri ini dapat kita tingkatkan.

 

Yang kedua, pembangunan harus juga makin berdimensi kewilayahan. Negara kita negara kepulauan, ada pulau-pulau besar, ada pulau-pulau kecil, ada keragaman, demikian juga sumber daya yang kita miliki, sumber daya alam yang tersebar di banyak tempat, sumber daya manusianya maupun infrastruktur fisik yang telah bisa kita bangun selama ini sejak Indonesia merdeka, itu semua harus menjadi haluan dalam menetapkan pembangunan yang serentak yang kita laksanakan di seluruh tanah air. Pembangunan yang berdimensi kewilayahan.

 

Kemudian, saya juga ingatkan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang amat pesat dewasa ini di dunia, negara kita pun juga terus mengalami perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pembangunan yang cerdas ke depan ini haruslah memadukan antara kekayaan sumber daya alam yang kita miliki dengan aplikasi atau penerapan teknologi yang memungkinkan semuanya itu bisa sungguh meningkatkan kesejahteraan rakyat kita, sehingga pembangunan kita menjadi resource and knowledge based development, pembangunan yang sekaligus memadukan antara kekuatan sumber daya alam dan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

 

Saya ingin menjelaskan kembali, mengingatkan kembali semua elemen itu, ketika kita memikirkan sekarang bagaimana negeri ini kita bangun 5 tahun ke depan, 10 tahun ke depan, 20, 30 tahun ke depan.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan elemen-elemen seperti itulah, maka sebagaimana yang saya sampaikan tadi, konsep besar dan disain pembangunan memang harus kita rumuskan kembali sehingga betul-betul memenuhi harapan seluruh rakyat Indonesia. Mengapa saya bercerita seperti itu tepat pada Hari Agraria Nasional? Apa kaitannya dengan tanah? Apa kaitannya dengan pertanahan? Kaitannya ada, kaitannya  banyak.

 

Pertama, tanah di Indonesia ini beserta tata ruang di seluruh kepulauan haruslah diatur dengan baik, tidak bisa lagi pembangunan, apakah di sektor kehutanan, di sektor pertambangan, di sektor mana pun begitu saja dilakukan, tanpa konsep tata ruang yang benar dan pengelolaan lahan yang benar pula.

 

Kalau kita terbang dari udara, dari pulau ke pulau, menyusuri sungai-sungai besar di pedalaman Kalimantan, Papua dan di tempat-tempat yang lain, kita menemukan berbagai lingkungan yang rusak, lahan-lahan yang terlantar, karena kealpaan kita di dalam menyusun tata ruang, pengolahan lahan dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Oleh karena itu, mulai sekarang tidak boleh lagi ada pembangunan yang lalai terhadap lingkungan, termasuk tata ruangnya.

 

Yang kedua, sumber daya alam dan lahan yang ada di negeri ini, saya harus ulangi lagi, harus benar-benar didayagunakan bagi kepentingan semua. Bukan hanya kepentingan usaha-usaha besar, tetapi juga usaha menengah, usaha kecil, usaha rakyat.

 

Yang ketiga, saya juga harus ulangi lagi, dengan adanya perubahan iklim global, pemanasan global, bencana alam datang silih berganti di banyak negara. Dua minggu yang lalu, di Papua Barat, di Distrik Wasior terjadi tanah longsor dan banjir bandang, 7.000 saudara kita berada di pengungsian. Dua hari yang lalu, di Thailand juga terjadi banjir, ada 55.000 orang yang mengungsi. Demikian juga di Tiongkok Selatan, hal yang sama 140.000 yang mengungsi. Badai menerjang Filipina, menerjang Vietnam,    di Pakistan, di Bangladesh, di India dan di tempat-tempat yang lain. Semua itu, antara lain, karena perubahan iklim, karena pemanasan global, karena kelalaian umat manusia sedunia beratus-ratus tahun. Oleh karena itu, saatnya pun telah tiba, kita pelihara lingkungan di negeri kita dulu sebelum kita bersama-sama dengan masyarkat dunia memelihara lingkungan dunia.

 

Ini berkaitan dengan lahan, berkaitan dengan tanah, yang lain tanah yang ada di negeri ini, saya merasakan belum terdistribusi secara adil. Apa yang dilakukan di Cilacap, kerja keras BPN dengan bantuan semua pihak adalah contoh nyata, bahwa dengan distribusi yang lebih adil, rakyat kita yang tadinya tidak punya apa-apa sebagai sumber kehidupan mulai memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk kehidupannya. Oleh karena itu, bagi lahan-lahan yang terlantar dikelola dengan tatanan yang baik, dengan sistem yang baik, dengan perencanaan yang baik, itu bisa didistribusikan secara lebih adil bagi semua, termasuk kalangan rakyat kita.

 

Yang keenam, masih berkaitan dengan tanah, berkaitan dengan tata ruang, berkaitan dengan pembangunan ekonomi di negeri ini, apabila semua itu kita lakukan dengan benar, tidak serampangan, tidak main serobot, tidak main pakai, tetapi undang-undangnya jelas, peraturannya jelas, perencanaannya jelas, manajemennya jelas, maka yang terjadi adalah kepastian hukum, kepastian atas status kepemilikan atau penggunaan ada kalanya tanah dimiliki, ada kalanya tanah digunakan, meskipun tidak dimiliki untuk kepentingan kita semua, kepentingan masyarakat. Kembali manakala status hukumnya jelas, status kepemilikan dan penggunaannya juga jelas, maka ini akan menjadi bagian untuk menjaga ketenteraman dalam kehidupan atau kalau saya balik sebagai upaya untuk mencegah konflik dan benturan di antara kita semua karena urusan tanah dan pertanahan.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden telah kita keluarkan dan masih akan kita perbaiki dan sempurnakan. Dengan semua itu, sekali lagi, manakala undang-undangnya ada, peraturan pemerintahnya ada, peraturan presidennya ada, harapan saya peraturan daerahnya juga ada, maka semua bisa dijadikan pegangan dan rujukan untuk mencapai semua tujuan dan sasaran yang saya sebutkan tadi. Saya minta undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden dan termasuk peraturan daerah secara konsisten dan konsekuen sungguh dipatuhi dan dijalankan oleh semua, pertama jajaran pemerintah, baik pusat maupun daerah, oleh lembaga-lembaga negara yang lain dan juga oleh masyarakat luas. Itu bagian dari rule of law, itu bagian dari kepastian hukum, itu bagian dari siapa berhak atas apa. Dengan demikian, tidak terjadi tumpang-tindih pengakuan atau klaim atas sebuah tanah ataupun lahan.

 

Saya juga minta kepada jajaran pemerintah, utamanya jajaran BPN, jangan sampai ada kelalaian ataupun penyimpangan di dalam menjalankan semua aturan dan instrumen yang telah kita keluarkan itu. BPN harus menjadi garda terdepan, harus menjadi pelaku utama dalam pengaturan, dalam penertiban, dan dalam mencari solusi, manakala terjadi permasalahan atas pertanahan.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Jajaran Badan Pertanahan Nasional yang saya cintai.

 

Kepada segenap jajaran BPN, pusat dan daerah, saya kembali mengeluarkan sejumlah instruksi. Pertama, agar Saudara terus menjemput bola dalam memberikan pelayanan dan upaya mengatasi persoalan, jangan bermental, "yang perlu kan kalian, bukan saya", jangan. Jemputlah bola, tawarkan diri untuk melayani masyarakat, proaktiflah untuk sungguh mencari solusi atas berbagai konflik atau sengketa di bidang pertanahan.

 

Yang kedua, jajaran BPN harus memperluas dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Program Larasita harus benar-benar disukseskan.

 

Yang ketiga, capailah target sertifikasi tanah secara nasional. Saya tahu targetnya tinggi. Saya tahu dan masalahnya sering kompleks, tetapi usahakanlah target atau sasaran itu benar-benar dapat dicapai. Setiap tahun harus ada hasil konkret yang bisa diukur dan yang dirasakan oleh masyarakat bahwa yang tadinya tidak ada solusi, tidak bersertifikat, sekarang telah bersertifikat.

 

Yang keempat, khusus di dalam mengatasi sengketa atau konflik pertanahan, banyak yang terlibat, penegak hukum terlibat, pemerintah daerah terlibat, kadang-kadang komunitas masyarakat atau komunitas adat terlibat dan banyak lagi. Tetapi saya berharap BPN harus berperan secara maksimal di dalam mengatasi atau mencari solusi atas konflik pertanahan ini. Dan manakala secara hukum telah ditetapkan statusnya, jalankan. Saya masih menerima banyak sms sesuatu yang telah berketetapan hukum, tetapi tidak bisa dijalankan. Kalau masih ada masalah, jelaskan kepada masyarakat mengapa belum bisa dieksekusi, putusan yang sudah inkraag itu. Ini harus menjadi pedoman. Prinsipnya yang sudah diputus secara hukum dan inkraag harus dilaksanakan. Manakala masih ada proses, jelaskan kepada publik mengapa masih diperlukan waktu barangkali sebulan, dua bulan. Jangan sampai kehilangan kepercayaan kepada sistem hukum di negeri ini, sesuatu yang telah diputus tidak bisa dijalankan.

 

Yang kelima atau yang terakhir untuk BPN, dengarkan kritik dan harapan masyarakat terhadap Saudara. Saya pun masih menerima kritik terhadap kinerja BPN, terhadap kinerja kita semua. Mari kita lakukan perbaikan bersama. Kalau itu kekurangan pada BPN, lakukan perbaikan pada tingkat BPN. Kemudian teruslah berkomunikasi, sekali lagi, dengan masyarakat luas.

 

Lima hal itu, saya ingin dijalankan oleh keluarga besar BPN agar jerih payah, agar prestasi, agar hasil yang telah Saudara capai pada tahun-tahun terakhir ini tidak tertutup oleh kasus-kasus yang mestinya bisa diselesaikan kemudian belum diselesaikan. Saya juga tidak terima kalau BPN sudah melakukan banyak sekali perubahan, reformasi, pembenahan, hasilnya nyata, kemudian dianggap tidak ada hasilnya, saya tidak rela. Tetapi sadarilah kadang-kadang satu, dua, tiga, empat, lima kasus yang tidak rampung, dijendralisasi seolah-olah BPN tidak melakukan apa-apa, seolah-olah BPN lalai. Kita harus menegakkan sesuatu yang benar dan adil di negeri ini.

 

Akhirnya, kepada seluruh jajaran BPN, baik yang hadir di tempat ini maupun yang bertugas di seluruh tanah air, saya atas nama negara dan pemerintah mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas kerja kerasnya. Selamat bagi yang berprestasi, termasuk tadi yang mendapatkan berbagai penghargaan.

 

Bagi anggota BPN yang masih melakukan tindakan-tindakan yang keliru, kelalaian atau penyimpangan yang mencemarkan nama baik, BPN, pemerintah dan negara, saya harap bisa diberikan sanksi dan tindakan yang tegas, agar jangan sampai, karena nila setitik, rusak susu sebelanga.

 

Demikianlah Saudara-saudara. Selamat bertugas kepada BPN, marilah kita jadikan renungan atau refleksi pembangunan hari ini, dari Istana Bogor ini untuk menata kembali pembangunan di negeri ini, termasuk pembangunan yang benar-benar bisa lebih menghadirkan keadilan dan mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk, dan lindungan-Nya kepada kita sekalian.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.