Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hari Lanut Usia Nasional, 9 Juni 2010

 
bagikan berita ke :

Rabu, 09 Juni 2010
Di baca 1000 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PUNCAK PERINGATAN HARI LANJUT USIA NASIONAL

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

TANGGAL 9 JUNI 2010

 


Bismillahirrahmanirrahim,


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Salam sejahtera untuk kita semua,


Yang saya hormati, para mantan Menteri dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,

 
Yang saya hormati, para pimpinan organisasi yang berkaitan dengan pembinaan, perlindungan, dan bantuan kepada kaum lanjut usia, baik pada tingkat nasional maupun tingkat daerah,

 

Para sesepuh, kaum lanjut usia, dan hadirin sekalian yang saya muliakan,


Pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, marilah sekali lagi, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhaanahuwata'aala, karena kepada kita masih diberikan nikmat kesempatan, nikmat kekuatan, dan nikmat kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.


Alhamdulillah
, hari ini, saya dan istri dapat bertemu dan ber-silaturrahim dengan para sesepuh, para hadirin sekalian yang sangat peduli pada kaum lanjut usia. Dan, atas nama negara dan pemerintah, saya mengucapkan selamat memperingati Hari Lanjut Usia Nasional Tahun 2010 ini.

 

Bapak, Ibu, Hadirin yang saya cintai,


Berbicara kaum lanjut usia, berbicara kaum tua, kita mengenal berbagai kata-kata bijak, quotation saying, yang biasanya menjadi percakapan keseharian kita, biasanya menjadi bagian dari nasihat orang tua kepada orang muda. Misalnya, makin putih rambut seseorang, makin arif dia. Rambut putih dikonotasikan sebagai usia yang makin bertambah.

 

Tentu, seperti Bapak Hatta Rajasa, kebetulan tidak hadir, sejak muda sudah putih rambutnya. Tapi yang dimaksudkan di sini, kalau sudah mulai beruban seperti saya ini, ya sudah mulai masuk golongan lanjut usia. Ibu Inten, saya sudah masuk lansia, karena, insya Allah, September saya berusia 61 tahun. Istri belum, masih menunggu, insya Allah, dua tahun lagi untuk bergabung.


Tentu harapan, makin tua kita, makin arif dan makin bijak. Begitu yang diharapkan oleh anak dan cucu kita. Ada lagi, ini kalau orang tua ingin mengasih tahu anaknya yang kadang-kadang sulit diberitahu, "Saya ini sudah banyak makan asam garamnya kehidupan, jadi dengarkan, begitu".

 

Ada yang mengatakan, lagi-lagi kepada anak-anak yang suka sering kurang mendengar petuah orang tua, "Saya pernah muda seperti kamu, tetapi kamu belum pernah tua seperti saya". Tetapi juga ada kaum tua yang mengatakan, tidak, saya belum tua. Dengan mengatakan, yang namanya tua itu yang usianya 10 tahun lebih tua dibandingkan saya. Jadi merasa masih ada yang lebih tua, saya belum. Ada lagi, usia boleh tua, tapi semangat tetap muda. Saya kira banyak seperti ini.


Di kalangan keprajuritan, di kalangan militer, ada pepatah old soldiers never die, they only fade away. Artinya, prajurit tua sesungguhnya tidak akan padam semangat berjuang, semangat bertempur, semangat berbakti untuk bangsa dan negara. Hanya pelan-pelan, away itu pelan-pelan mundur, dan menyerahkan kepada generasi yang lebih muda.

 

Ada lagi, tapi ini tidak usah diikuti. Katanya tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Ini barangkali, tidak terlalu harus disebarluaskan, begitu.


Hadirin yang saya hormati,


Pak Agum Gumelar tadi, beliau di samping Ketua Umum Persatuan Purnawirawan ABRI; TNI, dan POLRI, juga Ketua Panitia Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional Tahun 2010, telah menyampaikan sambutannya tadi. Saya memberikan penghargaan Pak Agum, dan sejumlah senior, sesepuh yang aktif untuk memperingati Hari Lanjut Usia tahun ini.

 

Saya hargai prakarsa dan aktivitas yang positif, yang tadi disampaikan oleh beliau. Mari kita jadikan tradisi, setiap tahun ada kegiatan yang positif untuk terus menjaga semangat, menjaga energi, menjaga pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.

 

Kemudian, Menteri Sosial, Bapak Salim Segaf Al-Jufri, tadi juga mengatakan, berbagai kebijakan dan program yang tengah dilaksanakan oleh pemerintah. Yang disampaikan beliau benar semuanya, bahwa kebijakan dan program-program aksi pemerintah sekarang dan ke depan, akan terus meningkatkan perlindungan dan bantuan kesejahteraan social, bagi kaum lanjut usia dan golongan-golongan khusus yang lain, misalnya, kaum penyandang cacat berat, anak-anak terlantar, dan kelompok masyarakat, yang negara wajib hukumnya untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada beliau-beliau.


Anggaran secara bertahap terus kita tingkatkan. Saya tadi berbisik kepada Menteri Sosial, untuk bantuan yang 300 ribu per bulan bagi lanjut usia terlantar, saya minta ditingkatkan secara signifikan di masa-masa mendatang, sejalan dengan peningkatan pendapatan nasional, GDP, dan peningkatan anggaran negara.


Doakan terus bapak, ibu, ekonomi kita terus tumbuh, anggaran kita terus meningkat, dan kita terus memerangi korupsi, mencegah kebocoran, memastikan yang harus bayar pajak, bayar pajak, agar uang itu bisa kita gunakan untuk membangun bangsa, termasuk bantuan-bantuan kesejahteraan bagi warga negara yang memerlukannya.


Kita ingin terus meningkatkan pelayanan publik kepada para lanjut usia dan para penyandang cacat. Di sini hadir, para Wakil Gubernur, para Wakil Bupati, dan Wakil Walikota, tolong di setiap kota-kota, bangun lebih banyak lagi fasilitas untuk lanjut usia dan para penyandang cacat.

 

Tidak baik di mata rakyatnya, rasanya tidak etis, manakala yang tua-tua, yang termasuk penyandang cacat harus berdesak-desakan dengan yang muda-muda di berbagai fasilitas publik, apakah di terminal bus, di stasiun kereta api, atau di tempat manapun juga. Bangun fasilitas itu, dengan demikian kita menghormati dengan cara memberikan kemudahan-kemudahan bagi mereka.


Ini semuanya benar-benar merupakan implementasi dari keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, salah satu sila dari Pancasila kita, dasar negara, ideologi negara, way of life, falsafah, weltanschauung, yang berlaku di negara kita yang telah dirumuskan oleh para founding fathers, oleh para pendiri republik di waktu yang lalu.


Bapak, ibu, Hadirin yang saya hormati,


Saya memiliki catatan, tadi Menteri Sosial juga sudah menyampaikan, tentunya yang lebih akurat ada dalam Badan Pusat Statistik. Yang jelas, dari tahun ke tahun jumlah kaum lanjut usia, baik secara nominal maupun persentase terhadap jumlah penduduk itu makin meningkat.

 

Contoh, tahun 1970, itu sekitar 5,3 juta, tentu dengan jumlah penduduk waktu itu, dikatakan di sini sekitar 4,5%, 1990, 20 tahun kemudian, meningkat lebih dari 2 kali lipat 12,7 juta. Tahun 2000, 14,4 juta, 2005, 16,8 juta, 2008 itu 19,5 juta. Jumlahnya makin besar, persentasenya makin tinggi terhadap jumlah penduduk.

Apa artinya? Berarti di negeri ini dengan pembangunan yang kita laksanakan, pembangunan yang dilaksanakan sejak mendiang Bung Karno, mendiang Pak Harto, Pak Habibie, mendiang Gus Dur, Ibu Megawati, saya dan insya Allah nanti pemimpin-pemimpin, itu menghasilkan capaian-capaian yang nyata.


Mengapa jumlah lanjut usia makin banyak? Karena usia harapan hidup secara nasional itu juga makin tinggi. Dulu, rata-rata penduduk Indonesia meninggal dunia dalam usia 50-an sekian tahun, bergeser lagi 60-an sekian. Alhamdulillah, sekarang ini usia harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 70,7 tahun. Ini tentu kita syukuri, karena berarti tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia secara bertahap makin baik, berarti pula, indeks pembangunan manusia, human development index yang menjadi ukuran keberhasilan pembangunan sebuah bangsa di Indonesia juga semakin meningkat.


Apa konsekuensinya? Bapak, ibu, negara tentunya pemerintah yang paling depan, wajib memikirkan aspek sosial dan aspek ekonomi dari penduduk berusia lanjut ini. Karena beliau-beliau tidak bisa lagi bekerja, sebagaimana pada usia produktif, pada usia kerja. Tetapi negara, pemerintah, kita semua mesti memberikan bantuan dan perlindungan, agar di hari tua kaum lanjut usia ini juga bisa menjalani kehidupannya yang baik.

 

Makin ke depan, kita harus menyediakan anggaran yang lebih besar untuk keperluan ini. Ini bukan hanya khas negara-negara yang makin maju, negara-negara maju, Jepang, Eropa, itu persentase kaum lanjut usia tinggi sekali. Dengan demikian, yang namanya jaminan hari tua, jaminan sosial itu dalam APBN mereka juga besar, juga tinggi. Tapi ini tidak boleh kita lihat sebagai beban, ini adalah kewajiban negara untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada penduduk lanjut usia, atau dalam istilah asing disebut senior citizens.


Hadirin yang saya hormati,


Kebijakan dan program aksi pemerintah, antara lain, tadi disampaikan oleh Menteri Sosial, itu didasarkan pada Undang-Undang kita sendiri. Kita sudah punya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998, tentang kesejahteraan lanjut usia. Pada masyarakat dunia, pada tingkat masyarakat global, itu juga ada yang disebut Vienna Plan atau Vienna International Plan of Action on Aging. Jadi bertemulah di Vienna, di Eropa. Bersepakat masyarakat global, bagaimana ada aksi bersama sebetulnya untuk sekali lagi, memberikan perlindungan dan bantuan kepada kaum lanjut usia sedunia.


Kita juga sudah mendirikan Komisi Nasional untuk Perlindungan Penduduk Lanjut Usia. Dan saya kira di tingkat, baik nasional maupun daerah sudah terbentuk. Oleh karena itu, saya mengajak, karena sudah ada rujukannya, sudah ada Undang-Undangnya, sudah ada actions plan-nya.

 

Saya mengajak seluruh jajaran pemerintah, baik pusat maupun daerah, serta lembaga-lembaga negara yang lain, termasuk parlemen, DPR pusat dan DPR daerah, dan semua lembaga untuk sungguh melaksanakan Undang-Undang dan peraturan tentang itu. APBN dan APBD tentu harus ada porsi yang cukup, yang memadai sesuai dengan semangat Undang-Undang dan semangat dari Vienna Plan, yang saya sampaikan tadi.

 


Beberapa bulan yang lalu, saya bersama para Menteri, tentunya termasuk Menteri Sosial, melaksanakan sidak, inspeksi mendadak, kunjungan ke berbagai tempat, termasuk panti-panti untuk lanjut usia, di samping anak terlantar, anak dalam tahanan, banyak sekali yang saya lihat di beberapa tempat. Atas itu semua lahirlah Komitmen Tampaksiring, sudah disampaikan, sebuah kebijakan dan program aksi ke depan, untuk lebih meningkatkan bantuan dan perlindungan kepada kaum lanjut usia yang saya beri judul Justice for All, keadilan bagi semua. Karena pembangunan yang kita jalankan sesungguhnya juga development for all, pembangunan untuk semua.


Bukan yang menikmati hanya segelintir dari bagian, dari bangsa Indonesia, tetapi harus dinikmati oleh semua secara adil. Ini yang kita maksudkan dengan Justice for All, dengan sasaran memberikan bantuan dan perlindungan kepada penduduk yang dalam posisi marjinal, atau memerlukan bantuan yang nyata. Banyak sekali elemennya, banyak sekali programnya, dan saya katakan tadi, insyaAllah, sesuai dengan peningkatan penerimaan negara, dan anggaran pendapatan dan belanja kita, jumlah itu akan terus kita tingkatkan.


Hadirin yang saya hormati,


Bagian akhir dari sambutan saya, pada kesempatan yang baik ini, saya ingin mengajak seluruh rakyat Indonesia, di seluruh tanah air, untuk benar-benar membangun dan mewujudkan yang disebut dengan masyarakat yang baik, good society. Yang kita cari, yang kita kejar, yang kita tuju, tiada lain adalah hadirnya good society, masyarakat yang baik di negeri tercinta ini.


Apa yang dinamakan masyarakat yang baik itu, atau good society itu? Tiada lain adalah ciri-cirinya, karakteristiknya, masyarakat yang menghormati nilai dan norma agama, dan pranata-pranata sosial lainnya. Kehidupannya itu religius, juga taat dalam menjalankan norma-norma yang baik dalam kehidupan di sebuah masyarakat. Kalau itu ada dalam kehidupan masyarakat kita, maka ciri pertama dari masyarakat yang baik sudah ada.


Yang kedua, memiliki kesetiakawanan yang tinggi. Yang kuat membantu yang lemah, yang maju membantu yang belum maju, yang kaya membantu yang miskin, bukan merdeka sendiri-sendiri, makmur sendiri-sendiri, tetapi ada dalam kesetiakawanan dan ketenggangrasaan yang tinggi.

 

Yang ketiga, masyarakat yang baik juga dicirikan, hak dasar, hak-hak asasi, kebutuhan akan pangan, akan sandang, akan perumahan, akan pendidikan, akan kesehatan, akan rasa aman dan tentram, akan lingkungan yang baik, dan sebagainya, itu juga makin terpenuhi. Saya gunakan istilah makin, negara berkembang tidak mungkin seperti negara maju yang sudah merdeka ratusan tahun sebelum kita, tetapi tentu makin ke depan harus makin terpenuhi hak-hak dasar itu. Kalau itu terwujud, itu juga ciri dari good society.


Yang keempat, kehidupan masyarakatnya rukun, toleran, bersatu, tidak saling bermusuhan, saling bertikai, berjarak, dan sebagainya.


Yang berikutnya lagi, manakala ada konflik, ada persoalan, ada pertengkaran, masyarakat itu bisa menyelesaikan secara damai, bukan dengan bakar-membakar, serang-menyerang, tembak-menembak, seperti tragedi 10 tahun yang lalu di Poso, di Ambon, dan di beberapa tempat yang lain.


Berikutnya lagi kehidupannya tertib dan patuh pada aturan hukum. Ingat, demokrasi itu nafasnya dua. Pertama, freedom, kebebasan. Bebas untuk menyampaikan pendapat, bebas untuk berbicara, bebas untuk berkumpul, bebas dalam kehidupan pers, freedom. Tetapi nafas yang kedua dan harus dalam satu keutuhan, yaitu kepatuhan pada pranata hukum dan pranata sosial. Ada pasangannya. Kalau kebebasan menjadi absolut, maka kehidupan tidak seimbang, akan terjadi goncangan-goncangan. Tetapi kalau tidak ada kemerdekaan sama sekali, yang diminta tertib, patuh pada hukum, pada aturan juga tidak sehat dan tidak bekembang. Dua-duanya kita pentingkan.


Yang lain, aman, jauh dari budaya kekerasan, apalagi tindak kejahatan. Contoh di Jakarta, kalau jam 12 malam, masyarakat kita, termasuk kaum lanjut usia bisa jalan-jalan di Pasar Senen secara aman, tidak ada ketakutan, berarti sesungguhnya kehidupan masyarakat itu berada dalam tingkat keamanan yang baik. Tapi kalau takut ke Senen, takut ke Tanah Abang, takut ke Kampung Rambutan, takut ke Kebayoran, dan sebagainya berarti masih ada persoalan dengan rasa aman dan tenteram masyarakat.

 

Yang lain cirinya, dalam demokrasi ada partisipasi politik, ada pemilu, ada unjuk rasa, ada protes, ada macam-macam, dan itu boleh, dibenarkan dalam demokrasi. Namun, ciri-ciri masyarakat yang baik, partisipasi politik itu dijalankan secara tepat, tidak dengan kekerasan, apalagi disertai pelanggaran hukum dan aturan.


Yang berikutnya, ciri dari good society adalah, memiliki kesantunan sosial dan penghormatan kepada para sesepuh dan para pendahulu. Bangsa yang civilized, yang berperadaban tinggi, yang berbudaya, menghormati pendahulu-pendahulunya, menghormati orang-orang tua, menghormati yang telah memimpin dan mengelola negeri ini di waktu yang lalu. Dimulai dari rumah tangga, dari masyarakat, akhirnya pada kehidupan berbangsa dan bernegara.


Masih bisa kita tambah ciri-ciri dari good society, di samping yang saya sampaikan tadi. Kalau semua itu makin hadir dalam kehidupan di negeri tercinta ini, di Jakarta, di Surabaya, di seluruh Indonesia, maka siapapun akan tenteram dan tenang dalam menjalani kehidupannya, termasuk kaum lanjut usia, karena masyarakatnya baik, lingkungannya baik, kondisinya baik, tradisinya baik. Sekali lagi, kalau itu terwujud, maka semua akan dengan tenteram, dengan tenang, bisa menjalani kehidupannya. Kalau merasa tenteram dan tenang dengan izin Allah SWT, usia akan makin panjang.


Itulah the nature of the good society, dan mengapa negara, kita semua harus menjadikan itu tujuan dalam pembangunan kita. Mungkin pikiran dan hakekat seperti ini tidak selalu mudah kita dengar di banyak forum, karena yang dibicarakan masalah yang pragmatis, yang praktis, yang nyata, semuanya juga penting. Tetapi ingat, hakekat, falsafah, tujuan dari pembangunan ini, akhirnya yang kita tuju adalah terbangunnya, terwujudnya dan hadirnya the good society, masyarakat yang baik.

Saya mengajak bapak, ibu sekalian menjadi bagian, sebagaimana saya mengajak jajaran pemerintah pusat dan daerah, dan seluruh komponen bangsa untuk betul-betul menghadirkan
good society, sehingga insya Allah di abad 21 ini, Indonesia akan memiliki peradaban yang unggul dan mulia.

 

Itulah pesan, ajakan, dan harapan saya pada hari yang penting ini dan semoga para sesepuh, para senior, kaum lanjut usia selalu mendapatkan bimbingan, perlindungan, dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa, sehat, usia panjang, bahagia bersama keluarga.


Sekian.


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI