Sambutan Presiden RI pd acara Buka Bersama Presiden RI, tgl.30 Juli 2013, di Kab.Lumajang, Jatim

 
bagikan berita ke :

Selasa, 30 Juli 2013
Di baca 748 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

BUKA PUASA BERSAMA PRESIDEN RI DAN IBU NEGARA

DENGAN MUSPIDA, TOKOH MASYARAKAT, DAN ALIM ULAMA

SE-KABUPATEN LUMAJANG

DI PENDOPO KABUPATEN LUMAJANG, JAWA TIMUR

TANGGAL 30 JULI 2013

 

 

 

Bapak-Ibu masih sabar?

Masih kerso mendengarkan sambutan saya?

Alhamdulillah.

 

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdu lillahi Rabbil ‘Alamin, 

Wasshalatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiyai wal mursalin,

Sayyidina wa Maulana Muhammadin wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma'in,

Amma ba'du.

 

Yang saya muliakan para Ulama, para Tokoh Masyarakat dan para Cendekiawan, Rombongan saya dari Jakarta, para Menteri, Kapolri, dua Pimpinan bank utama kita yaitu BRI dan BNI, dan segenap Rombongan yang mendampingi saya dari Jakarta, Pakde Karwo, Bude Karwo dan segenap Rombongan yang datang dari Surabaya, Pak Bupati, Ibu, dan semua Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintah yang mengemban tugas di Jawa Timur dan Lumajang, Bapak-Ibu, Hadirin-Hadirat, Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah SWT.

 

Alhamdulillah kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk melanjutkan ibadah kita di bulan suci Ramadhan ini, semoga ibadah kita diterima, mendapatkan ridha dan rahmat dari Allah SWT. Shalawat dan salam marilah bersama-sama kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan pengikut Rasulullah hingga akhir zaman.

 

Tadi Pakde Karwo memberikan sambutan dimulai dari harga cabe, saya mulai dari permohonan maaf. Semula saya ingin tadi hadir sesuai dengan rencana, bershalat Maghrib bersama, dan terus hingga acara sekarang ini. Tetapi tadi saya harus mengunjungi saudara-saudara kita di Senduro, betul? Dan beliau sudah lama menunggu. Saya sambil bersyukur mengucapkan terima kasih, mendengarkan kisah sukses dari usaha keripik pisang, sekaligus saya saksikan bazar. Oleh karena itu, Maghrib saya sedang di perjalanan dan mengejar ternyata tidak sampai. Oleh karena itu, saya tidak bisa bershalat Maghrib berjamaah tapi alhamdulillah tadi sudah bershalat Isya, dan bahkan tarawih bersama Bapak-Ibu sekalian. Saya juga berterima kasih atas tausyiah Prof. Faishol Haq tadi, meskipun singkat tapi tolong diingat-ingat kewajiban kita ya, jangan diingat yang lain.

 

Saya ini sungguh bahagia Ibu-ibu, bahagia lahir dan batin, tulus karena inilah kunjungan saya yang pertama dalam kapasitas saya sebagai presiden ke Kota Lumajang yang sudah lama saya inginkan. Pakde Karwo sering bercerita tentang kehebatan Lumajang, tentang pembangunannya, prestasinya, masyarakatnya, dan semua yang menandakan, yang menunjukkan kata beliau bahwa Lumajang terus melangkah ke depan menuju hari esok yang lebih baik. Dugaan saya ternyata apa yang disampaikan oleh Pakde Karwo itu benar. Tadi saya berdialog dengan putra-putri Lumajang, tidak ada yang menampakkan sikap yang pesimis, mengeluh, mudah menyalahkan, menuding ke sana-ke mari, tetapi yang saya dengar adalah apa yang diikhtiarkan, bagaimana mencari jalan untuk menuju ke kemajuan dan banyak hal, dan hasilnya nyata. Kalau masyarakat Indonesia seperti masyarakat Lumajang, negeri kita cepat makmur.

 

Jadi para Kyai, para Ulama yang saya muliakan, bukan hanya religius tetapi juga masyarakat yang dinamis, juga masyarakat yang haus akan kemajuan. Tuhan tidak akan mengubah nasib sebuah kaum, termasuk masyarakat Lumajang, kalau kaum itu dan masyarakat Lumajang tidak mengubah dirinya dan masa depannya, itu benar. Jadi yang saksikan tadi benar. Insya Allah besok saya akan bertemu dengan nelayan dan bertemu dengan saudara-saudara kita yang lain, seraya menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan ini.

 

Sebelum saya ikut-ikutan Pakde membicarakan harga, saya sebagai ummarah ingin mengajak, berharap, dan sekaligus menyampaikan pesan kepada Bapak-Ibu, Saudara-saudara yang sangat saya cintai.

 

Pertama, mari kita menjadi muslimin dan muslimat yang baik, yang baik, sikapnya baik, tutur katanya baik, dan perilakunya baik. Pendek kata baik. Baiknya seperti apa? Contohlah Rasulullah, teladan agung, pemimpin besar di dunia yang memberikan banyak teladan yang harus kita contoh.

 

Yang kedua, mari kita jalankan ajaran Islam yang benar sesuai dengan firman Allah, sesuai dengan sunnah Rasulullah. Jangan mengikuti ajaran-ajaran yang menyimpang yang tidak berdasarkan Al-Quran dan Hadits.

 

Yang ketiga, sebagai umat hamba Allah marilah kita pandai menaburkan kasih sayang, rukun sama yang lain, dan toleran. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, berbeda dalam agama, berbeda dalam suku, berbeda dalam kedaerahan, berbeda dalam etnis, mungkin juga berbeda dalam partai politik, tetapi semua harus rukun memiliki toleransi yang tinggi, sambil sekali lagi menaburkan kasih sayang, menjauhi kekerasan karena Islam adalah agama yang mencintai keteduhan, kedamaian, dan kasih sayang. Itu yang ketiga.

 

Yang keempat, dan seterusnya, ini lebih dalam kapasitas kita, kapasitas Bapak-Ibu dan Saudara sebagai warga negara Indonesia. Kalau tadi sebagai umat hamba Allah. Yang keempat ini, mari kita juga menjadi warga bangsa yang baik. Sekarang kebebasan ada di mana-mana di era reformasi sekarang ini, dijamin oleh Undang-Undang Dasar. Bebas, tetapi ingat kebebasan itu tidak boleh mengganggu kebebasan orang lain, kebebasan tetap ada batasnya, kebebasan disertai akhlak, kebebasan dilaksanakan dengan cara-cara yang bermartabat. Negara kalau hanya menuntut kebebasan, yang disuarakan kebebasan, lantas tanggung jawabnya kurang, tidak patuh pada aturan hukum, berbahaya. Negara kita akan kacau balau, onar. Kalau negara kita gaduh, onar, kacau balau, keamanannya tidak baik, kita tidak bisa membangun ekonomi di Indonesia ini. Kalau ekonomi tidak bisa kita bangun, kita tidak bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat, pangannya, sandangnya, papannya, pendidikannya, kesehatannya, keamanannya, lingkungannya, rasa tentramnya, dan sebagainya, begitu mata rantainya.

 

Yang kelima, mari kita ceritakan kebenaran, jangan suka memfitnah. Fitnah itu lebih kejam daripada atau dibandingkan dengan pembunuhan. Kalau pemerintah yang bekerja siang dan malam ada hasil yang baik, katakanlah hasilnya baik. Kalau pemerintah, meskipun sudah berupaya sekuat tenaga masih ada yang belum baik yang belum berhasil katakanlah juga yang itu belum baik, yang itu belum berhasil. Kalau itu yang disampaikan oleh kita hidup ini tentram, kita pandai bersyukur ketika negaranya berhasil. Coba lihat dunia sekarang ini, banyak negara mengalami masalah yang berat, ekonomi, Eropa ekonominya tergoncang, negara-negara yang tadinya kuat, rontok, pertumbuhannya minus. Ndak apa-apa, biasanya sulit matikan itu, baik, jadi saya lanjutkan, saya lanjutkan. Kita bersyukur, negara lain banyak yang ekonominya susah. Coba sekarang Ibu-ibu, kalau kita lihat televisi, saudara kita kaum muslimin dan muslimat di Mesir, di Syiria, di Irak, di Afganistan, di Pakistan sedang mendapatkan ujian dan cobaan. Mereka tidak bisa beribadah dengan baik seperti kita, berbuka puasa, sahur, dan ibadah yang lain.  Bersyukur kita. Oleh karena itu, sekali lagi, marilah kita pandai berterima kasih, pandai menceritakan kebenaran, seraya kalau masih ada yang kurang-kurang, katakanlah kurang untuk kita perbaiki bersama-sama. Itu yang kelima.

 

Yang keenam, ajakan, harapan, dan pesan saya, ini Lumajang juara kalau ini, berhenti mengeluh, kemudian diganti dengan berikhtiar dan bekerja, bekerja dan bekerja. Kalau itu yang dilakukan, insya Allah, Allah akan memberikan pertolongan, apa yang kita cita-citakan akan terwujud. Mengeluh 24 jam tidak mengubah keadaan. Orang yang mengeluh, memfitnah, semalaman tidak tidur, mungkin lupa shalat karena bingung mengeluh apa, menyalahkan siapa, memfitnah siapa, yang difitnah nyenyak tidurnya, dan tidak meninggalkan ibadahnya, begitu. Itu yang keenam.

 

Nah yang ketujuh, yang terakhir, saya sebagai umara yang sedang mengemban tugas, insya Allah akhir tahun depan saya akan mengakhiri tugas saya, berterima kasih kepada rakyat Indonesia. Kita tunggu hadirnya presiden baru, kita dukung nanti presiden baru agar negara kita kita makin maju. Nah sebelum saya mengakhiri masa jabatan saya insya Allah tahun depan, saya memohon Bapak-Ibu sekalian, rakyat Indonesia, untuk mendukung dan bersama pemerintah memajukan negeri ini, meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, serta mengatasi berbagai masalah yang datang dan pergi. Tidak ada di dunia ini satu negara pun yang tidak punya masalah, selalu ada. Bangsa yang menerima keadaan seperti itu seraya mencari solusi, mencari jalan keluar, dan mengatasi keadaan pasti akan diberikan jalan oleh Tuhan yang Maha Kuasa untuk melangkah ke depan menuju hari esok yang lebih baik. Jadi, pemerintah akan bekerja keras, meskipun tahun depan ada pemilu, kami akan bekerja keras tidak akan berhenti. Saya mohon dukungannya, kebersamaannya supaya rakyat kita makin ke depan makin baik. Itulah tujuh harapan, pesan, dan ajakan saya.

 

Nah, sekarang khusus soal harga Bapak-Ibu. Ada orang bilang presiden itu pasti yang dipikirkannya yang tinggi-tinggi, strategi, kebijakan, globalisasi, yang begitu-begitu. Memang itu juga tugas saya Bapak-Ibu, Indonesia hidup dalam percaturan global harus tampil seraya memperjuangkan kepentingan nasionalnya, mengerti perkembangan Asia, perkembangan Eropa, perkembangan dunia, memiliki strategi, memiliki rencana, kebijakan, mesti, dan itu sebagai presiden yang saya pikirkan, yang saya geluti, dan saya lakukan siang dan malam selama sembilan tahun ini. Tetapi tidak berarti sampai urusan pasar, sampai yang teknik, yang operasional lantas saya lepas tangan, tidak. Hampir seminggu sekali kami mengevaluasi harga-harga yang ada di pasar.

 

Memang kalau Ramadhan Bapak-Ibu, ada harga-harga yang cenderung naik, meskipun juga ada yang tetap bahkan ada yang turun. Itu setahun sekali. Saya sering berkata, kalau naiknya sedikit, biarlah petani kita setahun sekali mendapatkan rezeki yang lebih, betul? asalkan naiknya tidak terlalu tinggi. Kalau naiknya terlalu tinggi, maka masyarakat yang lain tidak bisa membeli. Jadi kalau ada orang teriak-teriak di televisi, teriak-teriak di jalanan, "SBY, turunkan harga pangan serendah-rendahnya", serendah-rendahnya berapa? Petani kita yang kepanasan, kehujanan, bagaimana kalau merugi? Oleh karena itu, harga itu, kalau ini harga Bapak-Ibu, yang penting petani kita, peternak kita, nelayan mendapatkan keuntungan yang layak tetapi sekaligus harga barang ini juga bisa dibeli oleh saudara kita yang lain.

 

Daging sapi misalnya, kalau harganya menuju ke 75 ribu sampai dengan 80 ribu per kilogram, saya sudah cek ke Menteri Pertanian, ke semua, insya Allah petani masih punya keuntungan. Tapi kalau harganya jatuh 30 ribu misalnya menangis, 40 ribu menangis. Tapi kalau harganya melonjak 100, 120, 130 ribu yang lain tidak bisa beli. Yang kami lakukan sekarang, menstabilkan harga itu menuju harga yang pas, baik bagi petani peternak, baik bagi kita semua. Mengapa harga daging sapi cenderung naik kini? Begini, dulu kok cukup? Ya, dulu penduduk kita 200 juta, kelompok menengah yang memiliki kemampuan yang tinggi itu sedikit. Sekarang penduduk kita 247 juta, kelompok menengahnya lebih dari 50 juta. Mereka mengkonsumsi, membeli daging sapi yang jauh lebih banyak dibandingkan dulu sedangkan kita tingkatkan perternakan dalam negeri kita, belum mencukupi. Itulah sebabnya kebijakan pemerintah setahun, dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun ke depan, meningkatkan industri peternakan sapi di dalam negeri biar kuat, biar cukup, biar petaninya untung, kurangnya baru kita beli. Sekarang, meskipun kita kumpulkan semuanya masih kurang. Nah, karena masih kurang kita harus pandai bagaimana menutup kekurangan itu dengan perdagangan yang tepat.

 

Kalau, betul saya juga mengikuti harga beras, gula pasir, kemudian minyak goreng curah relatif stabil. Yang naik memang cabe dan bawang, kalau telur, kentang, sayur-sayuran relatif stabil dan Indonesia itu justru mengekspor sebetulnya. Bawang pun kalau Brebes tidak ada masalah kita juga mengekspor barang-barang. Tapi kadang-kadang banjir, kadang-kadang hujan, cuaca tidak bagus, kurang. Kalau namanya impor sama ekspor itu Bapak-Ibu jangan dibikin serem. Kalau Ibu misalnya bertani di kediamannya cabe, panennya banyak, kan dijual kan Bu? Kalau menjual panennya lebih itu namanya ekspor. Suatu saat itu entah bagaimana kok kurang, beli kan di pasar? Beli itu namanya impor. Di seluruh dunia biasa ekspor dan impor itu, yang penting Indonesia, kami terus menerus berupaya untuk menuju ke swasembada pangan. Alhamdulillah, beras kita sudah aman sebetulnya, cadangan di Bulog dua juta lebih, tertinggi sepanjang sejarah, tetapi saya belum puas sampai betul produktivitas dan produksi padi di seluruh Indonesia meningkat. Jadi pangan bagi kami, bagi saya adalah urusan yang paling penting. Jadi Ibu-ibu tidak usah khawatir, "Jangan-jangan Pak SBY nggak mikir harga pangan". Kami memikirkan.

 

Yang kedua mudik lebaran. Bapak-Ibu mungkin tidak disadari jumlah saudara kita yang mudik lebaran ini sekarang sekitar 30 juta. Motor, kendaraan roda dua, itu lebih dari 2,5 juta yang mudik. Kendaraan roda empat lebih dari 1,5 juta yang pribadi, belum yang penumpang umum, kereta, bus, kapal laut, dan pesawat. Apa artinya? Alhamdulillah di satu sisi, karena ekonomi kita tumbuh, pendapatan sebagian masyarakat meningkat, mereka bisa beli motor dan bisa beli mobil, tentu itu kebahagiaan, kenikmatan. Tapi kalau mudik lebaran istilahnya nikmat membawa sengsara, karena saking banyaknya motor, mobil, dan semua kendaraan macetnya berkilo-kilo.

 

Kami juga tidak diam, ini para menteri di sini ada yang memperbaiki jalan-jalan, titik-titik macet dibongkar, dicari solusinya. Bahan bakar di samping yang sudah ada ditambahkan lagi, termasuk tangki-tangki bensin yang mobile. Kalau ada kecelakaan entah di ruas mana, ada pos kesehatan supaya segera dirawat. Itu yang paling banyak yang meninggal dunia tiap tahunnya adalah pemakai kendaraan motor. Pak Kapolri berapa tiap tahunnya kurang lebih itu? 1000an? 1.200 saudara kita yang dipanggil oleh Allah SWT karena kecelakaan motor setiap tahun.

 

Apa usaha kami? Kami siapkan kapal, motornya naik kapal saja deh, manusianya juga nanti ketemu di mana baru diambil. Tapi kadang-kadang saudara kita ingin gaya-gayaan, tidak mau begitu, sana-sini, sana-sini, ngantuk, dan sebagainya. Itupun kami atasi. Polisi, bapak/ibu, yang kami kerahkan 100 ribu lebih, belum TNI, belum PMI, belum petugas kesehatan, belum pemadam kebakaran, belum petugas pom bensin, belum petugas perhubungan, semua kami kerahkan. Nah artinya apa? Kalau semua sudah diikhtiarkan, di sana-sini mungkin masih ada hambatan, ada kemacetan tertentu, sabar, karena bagaimanapun jumlahnya membludak.

 

Inilah yang ingin saya sampaikan bahwa kami pun juga, apa namanya? mengatasi, memberikan pelayanan dan pengamanan terbaik untuk saudara-saudara kita yang mudik lebaran. Itu kalau terbang dengan helikopter Bapak-Ibu, saya sering mengunjungi, itu seperti semut berkilo-kilo. Memang tumplek blek, tumplek, apa ini? tumplek blek ya?. Begitulah tapi kami terus berusaha untuk mengatasinya.

 

Kemudian tadi Pak de Karwo menyampaikan masih ada saudara-saudara kita yang sebetulnya tidak perlu melakukan seperti itu, aksi-aksi kekerasan, terorisme, bom bunuh diri. Mengapa? Yang jadi korban saudara-saudaranya sendiri. Indonesia adalah penduduk yang beragama Islam terbesar di dunia. Kalau ada yang melakukan aksi-aksi yang nekad seperti itu, membom di sana-sini, yang paling banyak yang tewas, yang meninggal dunia juga umat Islam. Salah tempat, salah cara. Kalau kita ingin memperjuangkan kepentingan Islam agar keadilan tegak, mari, saya juga begitu. Ini  para menteri sering mendampingi saya di berbagai forum, di PBB, di Amerika, di Eropa, di mana pun, saya mengingatkan dunia harus adil, umat Islam juga harus mendapatkan keadilan. Tapi bukan dengan cara-cara melakukan terorisme, bukan dengan cara-cara melakukan pemboman. Oleh karena itu, baik kalau kita selamatkan, Bapak-Ibu, putra-putri kita jangan tergoda dengan aksi-aksi seperti itu.

 

Itulah yang ingin saya sampaikan sebenarnya. Saya hanya rindu untuk bertemu dengan Bapak/Ibu semua, dan nanti pada saatnya tahun depan kalau saya dan istri mengakhiri tugas saya, saya mohon diri, mohon maaf kalau ada kesalahan selama ini. Kami hanya ingin berbuat yang terbaik untuk negara, untuk rakyat, ikhlas, tulus, tapi selalu ada batas kemampuan kami. Dan oleh karena itu, saya mohon dimaafkan tetapi kami akan terus bekerja sampai hari H, sampai jatuh tempo nanti insya Allah pada tanggal 20 Oktober tahun 2014.

 

Saya kira begitu, cabe sudah, mudik lebaran sudah, kekerasan sudah, tapi jangan lupa ajakan dan harapan saya tadi. Islam adalah agama yang menaburkan rahmat bagi semesta alam. Islam bisa menjadi model di dunia ini, peradabannya, kehidupannya, pengetahuannya, dan sebagainya. Dulu peradaban Islam jaya, setelah itu bergeser. Maka saatnya saya kira tidak berlebihan kalau justru umat Islam lebih memfokuskan diri untuk memajukan kehidupan umatnya seraya berkontribusi untuk mengatasi persoalan-persoalan dunia. Jangan ribut sendiri, jangan sibuk sendiri sehingga kita tidak ke mana-mana, tertinggal dengan peradaban yang lain.

 

Itulah pesan saya, para Ulama, saya mohonkan membimbing terus umat supaya menjalankan agama yang benar, dan kemudian memiliki tutur kata, perilaku ,dan sikap-sikap yang benar sebagai seorang yang Islami.

 

Itulah, saya besok mohon diri melanjutkan perjalanan menuju ke Bondowoso, kemudian ke Probolinggo, Pasuruan, dan Surabaya, sebelum kembali ke Jakarta.

 

Demikian Bapak-Ibu, selamat beribadah.

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI